Sehabis shalat subuh, Azam duduk di meja kerjanya dan mulai membuka buku tabungan.
2 bulan bekerja sebagai penerjemah ia sudah menghasilkan banyak uang. Namun banyak juga pengeluaran yang ia gunakan. Yang paling besar adalah untuk membayar jasa pengacaranya, Oka Kaligis. Yang lainnya untuk kulu kilir ia ke Singapura-Indonesia dan sebagian untuk membayar Ben.
Sebenarnya Ben menolak bayaran itu, namun karena tidak ingin melukai harga diri sang Tuan, Ben terpaksa menerimanya.
Menatap angka terakhir di buku tabungannya dan Azam menghembuskan napas pelan.
“Apa yang bisa ku beri untuk Ryu dan Haruka?” gumam Azam, bertanya.
Azam masih ingat betul, dulu saat ia dan Bella menikah, Ryu dan Haruka memberinya satu set jam tangan pasangan. Harga jam tangan itu pun tak main-main.
Bahkan semua uang di tabungannya pun tidak cukup untuk membeli salah satunya.
Lamunan Azam teralihkan saat ponselnya diatas meja bergetar. Ia langsung melihat layar ponsel itu dan melihat ada panggilan masuk dari Ryu.
“Panjang umur,” gumam Azam seraya tersenyum tipis. Baru ia memikirkan sang sahabat, kini Ryu menelponnya.
Azam menjawab telepon itu dan keduanya saling bertukar salam.
“Kamu harus datang di pernikahanku dan Haruka Zam, kamu tau, kamu adalah salah satu tamu terpenting untukku,” ucap Ryu, sebelum Azam bertanya apa tujuannya menelpon.
“Tidak perlu memberi apapun padaku dan Haruka, karena kehadiranmu jauh lebih berharga dari semua hadiah,” timpal Ryu lagi. Ryu sadar betul bagaimana pribadi Azam, dia akan membalas kebaikan teman-temannya dengan berkali-kali lipat. Tahu kondisi Azam sedang sulit, Ryu tidak ingin memberatkan sahabatnya itu.
Pertemanan mereka jauh lebih berharga daripada semuanya.
Dan mendengar ucapan Ryu, membuat tenggorak Azam tercekak. Ia teringat ucapan sang ayah saat ia dan Azura kecil dulu, bahwa sahabat adalah hal paling berharga setelah keluarga.
Dan karena keegoisannya, ia hampir saja membuat persahabatan mereka hancur.
“Maafkan aku Ryu.”
“No, jangan meminta maaf! Kamu adalah saudaraku.”
Azam tidak bisa lagi menahan, air matanya mengalir dengan lancang. Bahkan helaan napas panjangnya pun sampai di dengar oleh Ryu.
“Aku akan menunggumu,” ucap Ryu.
Dan setelahnya panggilan itu terputus.
***
Saat matahari mulai terbit.
Azam pun bersiap untuk menghadiri persidangan kedua perceraiannya dengan Bella. Pengacara Oka datang menjemput ia dan Ben.
Lalu bersama-sama menuju pengadilan Agama.
Sampai disana Azam tercengang. Karena semua keluarga datang. Ayah Adam dan ibu Haura, papa Agra dan mama Sarah, acil Aida dan amang Yuda juga adik dan sepupunya, Azura, Agatha, Alesha dan Alghazali.
Mereka semua duduk di barisan yang sama, sementara ia duduk di barisan yang lain berdua dengan Ben.
Azam berulang kali melihat kearah mereka, namun semua keluarganya nampak Acuh. Membuat Azam menelan ludahnya dengan kasar.
Sampai akhirnya Azura dan Agatha bangkit lalu duduk disebelahnya.
“Kami mencintaimu Bang,” bisik Agatha.
Mereka lantas Saling menggenggam tangan satu sama lain untuk memberikan kekuatan.
Sidang pun dimulai, sidang yang diagendakan untuk tergugat menyampaikan keberatannya.
Pengacara Oka mulai buka suara. Mengatakan bahwa kliennya tetap ingin mempertahankan rumah tangga ini. Sejak awal pernikahan mereka tidak memiliki komunikasi yang baik, terlebih kisah masa lalu makin memperkeruh semuanya.
Kliennya dan penggugat sama-sama belum berusaha untuk membuat rumah tangga ini utuh, hanya kesalahpahaman yang terus menguasai.
Kliennya mengaku bersalah atas tuduhan selingkuh itu dan klienya pun membenarkan. Namun Penggugat pun melakukan kesalahan yang sama pula.
Pengacara Oka menunjukkan beberapa foto kedekatan Bella dengan Edward, selama beberapa waktu lalu di singapura. Foto yang akhirnya membuat kubu Bella terpojok.
Tidak sampai disana, Pengacara Oka pun memanggil seseorang yang menjadi saksi untuk memperkuat pernyatannya.
Pengacara Oka memanggil saksi itu dan keluarlah Raya. Membuat semua orang terkejut kecuali Azam dan Ben.
Sebelum Raya pergi dari Jakarta waktu itu, Azam meminta Raya untuk menjadi saksinya di pengadilan, guna mempertahankan rumah tangganya dengan Bella.
Raya menerimanya, meski hatinya pun merasa tersiksa.
Ia melakukan ini demi menebus rasa bersalahnya pada Azam. Karena ketidaktahuannya ia sudah membuat Azam sampai tidak menghadiri pemakaman nenek Zahra.
“Tuan Azam tidak pernah mencintai saya, beliau hanya bersimpati karena melihat saya seperti Nyonya Haura. Sejak usia remaja saya sudah membantu ibu untuk bekerja di rumah keluarga Malik. Pagi saya sekolah dan siang hingga malam saya membantu ibu ...”
“Saat tuan Azam menawarkan sebuah pertemanan, ibu saya selalu mendesak saya untuk selalu mendekati tuan Azam, tidak peduli meski dulu tuan Azam dan Nyonya Bella sudah dituanangkan....”
Semua keluarga Malik tercengang saat mendengar ucapan Raya itu, dia berucap saat ada Al-Quran diatas kepalanya. Mereka marah, namun terus mencoba tenang. Tidak ingin membuat sidang ini gaduh.
“Ibu juga memanfaatkan kondisi ayah saya yang sakit untuk terus membuat tuan Azam bersimpati,” jelas Raya, ingat masa itu ia meneteskan air matanya. Menyadari betapa bodohnya ia saat itu.
“Cukup!” ucap Oka, kembali mengambil jalannya sidang, ia tidak ingin saksinya tertekan.
Oka kembali berucap, bahwa kliennya sampai bisa memiliki hubungan terlarang itu karena masa kecilnya yang hidup susah dengan sang ibu. Lalu melihat kegigihan dan kerja keras Raya seperti ibunya dulu.
Azam yang masih remaja mengira itu cinta, yang ternyata hanyalah simpati semata. Karena sejatinya sejak dulu Azam pun sudah mencintai Bella.
Mendengar ucapan Oka, kini Adam yang merasa sesak dihatinya. Tentang Azam kecil yang harus hidup susah bersama Haura adalah kesalahannya.
Adam meremat tangannya kuat mencoba bertahan dari rasa sakit di hatinya yang menyiksa.
2 jam, akhirnya sidang itu usai.
Hakim mengatakan jika sidang keputusan untuk perceraian Azam dan Bella akan kembali di gelar satu bulan mendatang.
Sidang yang akan menjadi penentu, gugatan Bella di kabulkan atau tidak.
“Ayo kita pulang,” ajak pengacara Oka, ia sudah melakukan yang terbaik. Dan kini semua keputusan ada pada hakim dan kehendak tuhan.
Azam pun mengangguk, ia dan Ben bangkit dan meninggalkan ruangan persidangan itu.
Hingga saat hendak menuruni anak tangga gedung pengadilan Agama langkah Azam terhenti, ia mendengar namanya di panggil. Dipanggil oleh seseorang yang suaranya begitu ia rindukan.
“Azam!” paggil ayah Adam seraya mendekati Azam.
Kini keduanya berdiri saling berhadapan. Adam menatapi wajah sang anak yang nampak lebih kurus, juga matanya yang nampak lelah.
“Maafkan Ayah,” ucap Adam langsung, ia bahkan langsung memeluk sang anak erat. Membaa Azamnya masuk ke dalam dekapan.
Semua keluarga malik menangis saat melihat pemandangan itu. Azura dan Agatha bahkan memeluk pula ibunya erat.
“Maafkan aku Yah,” jawab Azam di dalam pelukan sang ayah.
Ben pun diam-diam menunduk dan menghapus air matanya.
“Saat di Jepang nanti, buatlah Bella kembali padamu,” ucap Adam, ia melerai pelukannya dan menatap bangga pada sang anak.
Adam pun selama ini mengawasi anaknya dari jauh secara diam-diam. Apapun yang dilakukan anaknya itu selalu terpantau dari matanya.
Termasuk tentang rencana kepergian Azam dan teman-temannya ke Jepang.
”Tentu, aku akan membawa istriku kembali,” jawab Azam.
Kini semangatnya semakin meninggi, apalagi saat semua keluarganya sudah mendukung seperti ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Aluna 『ᴷᴍ』
Mungkin Ayah Adam ingin Azam mengganti kenangan pahit yang diarasakan oleh Bella yang dulu, karena mengembalikan kepercayaan seseorang tak mudah,, apalagi momennya waktu itu sangaat menyatt hati bella,,
2024-12-21
0
Tika Karina
aku menangis 😭😭😭😭
2025-01-27
0
DIJAH ajja
sumpah mewek
2024-12-19
0