“Ganti bajumu, setelah ini kita tidur,” ucap Azam.
Memilih tidak menjawab pertanyaan Bella dan meminta istrinya itu untuk mengganti baju.
Azam bisa mendengar dengan jelas Bella yang menghela nafasnya berat, mengisyaratkan kekecewaan.
“Sebenarnya kamu sadar tidak, jika kamu itu sangat egois?” tanya Bella, kini ia menerima uluran baju yang diberikan oleh Azam. Namun wajahnya dingin, tanpa ekspresi.
Kekesalan Bella sampai membuatnya tak bisa marah lagi. Hanya merasa hatinya yang teremat.
“Aku tahu, aku sadar aku egois. Karena itulah malam ini tidurlah bersamaku,” balas Azam.
Dan Bella hanya diam, mengedipkan matanya dan menjatuhkan air mata.
Sementara Azam membeku, air mata itu membuatnya tergugu. Namun hanya dengan cara seperti inilah ia bisa membuat Bella tinggal. Mencintai dengan cara yang paling egois.
“Aku tidak mau tidur di kamar, aku akan tidur disini saja,” ucap Bella, suaranya masih saja dingin dan berucap dengan lirih.
“Baiklah, kita akan tidur disini.”
Lagi, Bella menghembuskan nafasnya pelan. Semua jawaban Azam terasa menyakitkan baginya.
“Kenapa masih disini? kamu ingin melihatku ganti baju?”
“Kenapa tidak, aku akan tetap disini.
“Aku tidak memakai Bra.”
“Bukan masalah.”
“Tapi bagiku masalah!”
Mendengar suara tinggi Bella, membuat Azam tersenyum kecil. Ia lebih tenang melihat Bella yang marah-marah daripada bersikap dingin padanya.
“Baiklah, aku akan memunggungi mu,” jawab Azam seraya memutar tubuhnya dan benar-benar membelakangi Bella.
Dan Bella menatap punggung itu, ingin sekali dia menendangnya.
“Sudah?” tanya Azam setelah beberapa menit ia menunggu.
Tapi Bella hanya diam, sungguh enggan untuk menjawab. Hingga akhirnya Azam berbalik dan melihat sang istri yang sudah
mengganti bajunya.
Baju milik Azam yang terlihat kebesaran di tubuh kecil Bella., kaos itu bahkan panjangnya hingga sampai ke paha. Namun lebih nyaman digunakan ketimbang dress malam tadi.
“Kamu tidak ingin mencuci muka?”
Hening.
Bella sungguh kesal tiap kali mendengar Azam bicara dan seolah memerintahnya. Namun ia tak bisa menolak perintah itu, karena ia pun membutuhkannya. Ganti baju dan kini cuci muka.
Tentu saja aku mau cuci muka, bodoh! BODOH! Kesal Bella di dalam hati.
Dengan kesal Bella bangkit dari duduknya, bukan mencari kamar mandi tapi menuju dapur. Unit apartemen disini semuanya sama, dan karena itulah Bella hafal betul dimana tempat-tempatnya.
Bella mencuci wajahnya di wastafel sana, membuat Azam yang mengikutinya mengulum senyum.
“Sebegitunya kamu tidak ingin masuk kamar kita,” ucap Azam, terdengar meledek di telinga Bella.
Tapi wanita cantik ini tetap diam, menahan kekesalan dan amarahnya dalam-dalam.
Ia akan ikuti semua kemauan Azam, dan setelah lepas dari pria brengsek ini ia akan segera berlari jauh.
Dari dapur bella benar-benar kembali ke ruang tamu, lalu memilih sofa panjang dan merebahkan dirinya di sana.
Dan tanpa diduga oleh Bella tiba-tiba Azam ikut berbaring di sebelahnya, membuat tubuhnya terhimpit diantara Azam dan Sofa.
Sekuat tenaga Bella mendorong tubuh Azam namun ternyata ia malah ikut jatuh.
Brug!
Bella jatuh tepat diatas tubuh Azam, lalu setelahnya seperti pencuri Azam sedikit mengangkat kepalanya dan mencuri sebuah ciuman di bibir ranum sang istri.
Melumaatnya cepat hingga meninggalkan rasa kebas meski hanya sejenak. Kedua netra Bella membola, bahkan langsung bangkit dan duduk diatas tubuh Azam.
“Kamu menggodaku?” tanya Azam.
Sebuah pertanyaan yang tidak masuk akal bagi Bella.
Gila. Batin Bella. Ia hendak bangkit namun Azam malah menahan pinggangnya kuat, sementara Azam bangkit membuatnya duduk dan memangku sang istri diatas karpet tebal ruang tamu ini.
“Jangan menyentuhku, jangan menciumku, jangan membuatku lebih membencimu,” hardik Bella dengan tatapannya yang tajam. Kini keduanya berada di jarak yang sangat dekat. Bahkan nyaris tak berjarak. Apalagi Azam menahan tubuh Bella agar tak berkutik di atas pangkuannya.
“Bencilah aku sepuasmu Bell, sampai kamu bosan membenciku,” balas Azam dengan tatapannya yang dalam.
Sepersekian detik kemudian ia menahan tengkuk Bella dan melabuhkan ciumannya diatas bibir sang istri.
Satu tangannya yang lain tak tinggal diam, mendekap erat tubuh Bella agar wanita ini tidak bisa bergerak.
Berulang kali meronta namun tetap tak bisa melepaskan pagutan itu, suara mengeluhnya malah terdengar seperti lenguh.
Sampai akhirnya Bella lelah dan memilih diam, tangannya hanya mampu meremat baju Azam kuat. Sentuhan ini sungguh ia benci.
Bella hanya diam, membiarkan Azam menikmati bibirnya yang ranum. Menyesaapnya dalam bahkan memainkan lidahnya di dalam sana.
Namun saat Azam hendak melepas baju milik sang istri, Bella langsung menahan, ia menggeleng diantara bibirnya yang masih diciumi oleh Azam.
Membuat Azam dengan perlahan melepaskan pagutannya.
“Aku mohon jangan,” lirih Bella. Ia menunduk dan lagi-lagi menjatuhkan air mata.
Entahlah, di mata Azam seolah ia tak ada harga dirinya sama sekali.
Dan melihat air mata itu kembali jatuh membuat hati Azam kembali terenyuh. Buru-buru ia menarik Bella dan membawanya masuk ke dalam
dekapanya. Lalu bangkit dan menggendong Bella untuk masuk ke dalam kamar mereka, menggendong Bella seperti bayi Koala.
“Aku tidak akan melakukannya tanpa izinmu Bell,” ucap Azam, ia merebahkan tubuh Bella lalu mencium keningnya.
Merebahkan pula tubuhnya sendiri di samping sang istri, lalu kembali mendekap Bella erat.
Tak peduli meski Bella memunggunginya.
Sesaat hanya ada keheningan, tangis Bella pun kembali mereda dengan sendirinya.
“Arra, dengarkan aku bicara,” ucap Azam akhirya.
Bella yang matanya masih terbuka pun hanya mendengarkan, tidak berniat untuk menjawab. Cukuplah tubuhnya yang dipeluk erat oleh Azam. Ia tak mau mulutnya bicara juga.
“Aku mencintaimu Bella, sangat.”
“Kamu adalah Arraku, gadis cerewet, cengeng, banyak maunya, genit dan suka berpoya-poya. Kamu adalah wanitaku,” jelas Azam lirih.
Azam terus bicara sementara bella hanya mendengarkan.
Perihal Raya, Azam yakin jika ia tidak mencintai wanita itu. Rasa yang ia punya tentang Raya hanyalah bentuk simpati semata, melihat Raya seolah ia melihat ibunya dulu. Yang bekerja menjadi pembantu untuk menghidupi keluarganya.
Saat bekerja di rumah kedua orang tuanya dulu Raya juga masih bersekolah.
“Pagi dia sekolah dan siangnya bekerja di rumah. Lalu disisi lain aku melihatmu, pagi sekolah dan pulangnya bersenang-senang, terus seperti itu sampai akhirnya aku membandingkan kalian.”
Lagi, air mata Bella jatuh lagi saat mendengar ucapan Azam itu. Azam tidak tahu, jika ia seperti itu karena ingin menghilangkan kesedihannya tentang status Bella. Statusnya yang ternyata hanya anak angkat.
Pihak keluarga memang tidak pernah mempermasalahkan itu, tapi teman-teman di sekolahnya selalu menjadikannya bahan tertawaan. Tidak ingin bersedih Bella memilih bersenang-senang.
Bahkan tak jarang ia berlibur ke luar negeri meski hanya akhir pekan.
“Maafkan aku tentang itu, aku tahu saat kita remaja juga bukan waktu yang mudah bagimu, tentang ayah Agra dan mama Sarah. Maaf, karena aku baru menyadarinya sekarang,” ucap Azam lagi, kini pun ia ikut menangis, sumpah Azam sangat merasa bersalah.
“Aku memang membencimu Bella, sampai aku tidak bisa membedakan, aku benci atau cinta. Karena mulutku selalu berkata benci tapi tiap kamu tak ada aku selalu mencari.”
"Karena cintaku itulah, sampai kapanpun aku tidak akan menceraikanmu."
Setelah mengatakan itu Azam memutar tubuh Bella, membuat keduanya saling berhadapan dan kembali Azam menjatuhkan sebuah ciuman.
Lama memagut bibir sang istri namun Bella tetap saja tak membalas. Sampai akhirnya Azam melepaskan ciumannya itu dan mendekap Bella erat.
"Tidurlah, selamat malam."
Kecupan di kening sebagai penutup malam ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Eti Alifa
cinta yg aneh🤭
2024-05-25
0
Anonim
Bella mau tidur seranjang dg Azam semoga awal yg baik. Gunakan kesempatan ini sebaik-baiknya Zam...
2024-03-30
0
himmy pratama
perlahan Bella akan kembali padamu Azam. yg tenang berusahalah sll
2024-03-21
1