Masih menggunakan baju milik Azam, Bella keluar dari dalam apartemen suaminya itu dan Azam pun mengikuti, mengantar kepulangan sang istri ke unit apartemennya sendiri.
“Aku akan menunggumu disini,” ucap Azam, ia menggenggam erat tangan Bella dan berjalan beriringan.
Bella diam saja, malas untuk menanggapi.
“Jam berapa kamu pergi?”
“Jam 10.”
“Aku akan mengantarmu ke Bandara?”
“Naik apa? Memangnya kamu mobil?” tanya Bella dengan nada bicaranya yang sinis. Kini keduanya sudah sampai persis di depan pintu apartemen milik Bella.
Ditanya seperti itu membuat hati Azam merasa berdenyut sejenak. Seolah mengingatkan betapa tidak berdayanya dia saat ini.
“Aku bisa mengantarkan mu menggunakan taksi.”
Bella tersenyum sinis, meremehkan jawaban Azam itu.
“Tidak perlu, aku bisa pergi berdua dengan Fhia.” Jawab Bella, ia menarik tangannya namun Azam masih betah menahan.
“Aku akan berusaha untuk membuatmu bahagia, juga memenuhi semua kebutuhanmu, aku hanya butuh waktu dan kamu untuk tetap di sampingku,” ucap Azam, ia menatap lekat kedua netra Bella. Tatapan dalam yang membuat Bella pun tak nyaman.
Hatinya kembali berdesir setiap kali menatap mata sayu milik Azam, sudut hatinya merasa tak tega, namun egonya mengatakan ini memang pantas Azam terima.
Ya, aku tidak boleh goyah, aku tidak ingin kembali terluka. Batin Bella.
Tak banyak lagi pembicaraan diantara keduanya, sampai akhirnya mereka berpisah. Bella menghembuskan nafasnya lega saat ia sudah masuk ke dalam apartemen dan mengunci pintu itu.
Lalu terdengar suara Fhia yang berteriak memanggilnya.
“Bella! Ya ampun! Akhirnya kamu kembali, baru saja aku ingin menghubungi polisi,” ucap Fhia dengan memburu, antara lega dan kesal sekaligus atas tindakan Azam semalam. Apalagi Ben mencekal tangannya, menahan tubuhnya hingga tak berkutik.
“Mana pria brengsek itu? Dia harus kita beri pelajaran!” kesal Fhia.
Kekesalan Fhia hilang saat ia melihat Bella yang hanya diam, lalu diperhatikannya Bella dari atas sampai bawah yang nampak begitu seksi.
Hanya menggunakan kaos panjang yang menutupi tubuh bagian atasnya. Melihat itu Fhia menelan salivanya dengan susah payah, ia yakin betul jika semalam Azam melakukan tindakan keji pada sang sahabat.
“A-apa Azam melakukannya padamu? Apa dia memaksamu untuk melakukan itu?” tanya Fhia dengan suaranya yang putus-putus, takut tebakannya itu benar.
“BRENGSEK! Jadi dia benar-benar melakukannya!? Pekik Fhia karena Bella hanya diam saja.
Dan saat Fhia hendak keluar untuk menghampiri Azam, Bella dengan cepat menahannya.
“Tidak Fhia, tidak seperti itu,” jawab Bella akhirnya.
Mereka berdua duduk di sofa ruang tamu dan Bella langsung menjelaskan semuanya. Apa yang terjadi semalam dan apa keputusan yang ia ambil sekarang.
“Aku akan meminta Edward untuk datang dan setelah itu kita pergi dari sini,” ucap Bella, mengakhiri ceritanya.
Fhia yang bingung harus bagaimana pun hanya bisa menganggukkan kepalanya setuju.
Fhia mengemas baju sementara Bella coba menghubungi Edward.
Di percobaan panggilan pertama, telepon itu langsung mendapatkan jawaban antusias dari Edward.
“Apa yang terjadi, tumben sekali menghubungi aku pagi-pagi begini?” tanya Edward, bertanya dengan senyum di bibirnya.
Hanya mendengar suara Bella sudah membuatnya bersemangat.
“Maaf, apa aku mengganggumu?” tanya Bella, jujur saja ia masih merasa canggung untuk meminta bantuan kepada Edward, namun kini tak ada lagi yang bisa ia mintai pertolongan.
Menghubungi papa Agra ataupun mama Sarah hanya akan menambah beban pikiran kedua orang tuanya.
“Tidak, aku senang kamu menelpon, katakan apa yang bisa ku bantu?”
“Bawa aku pergi,” balas Bella langsung tanpa menunggu lama.
Mendengar itu Edward mengerutkan keningnya, lalu mulai memahami saat Bella pun mulai menjelaskan keadaannya. Ia ingin Edward membantunya untuk pergi dari Azam. Selama proses sidang cerainya belum usai Bella tidak ingin bertemu dengan suaminya itu.
Dan mendengar penjelasan Bella, Edward pun makin tersenyum lebar.
“Aku pasti akan membantumu,” jawab Edward.
Setelahnya Edward meminta pada Bella untuk menunggu.
Dan 20 menit kemudian akhirnya Edward sampai di apartemen Bella.
Ben yang tidak sengaja melihat kedatangan pria itu pun segera memberitahu Azam.
Membawa beberapa kantong belanjaan di tangan, Ben menghampiri Azam yang sedang berkutat di meja kerja. Menerjemahkan buku sebanyak yang ia bisa.
“Zam, ada Edward di apartemen Bella, apa kamu tahu?” tanya Ben langsung, ia meletakkan kantong plastik itu di atas meja dan melihat kearah Azam yang langsung berhenti bekerja.
Memutar kursinya dan membalas tatapan Ben.
“Apa maksudmu? Kenapa pria itu ada di apartemen Bella?” tanya Azam dengan nada tidak terima, ia bahkan langsung bangkit dan melepas kacamata.
Menghampiri Ben dengan tidak percaya.
“Edward ada di apartemen Bella,” ucap Ben lagi.
Dan tanpa bertanya lagi Azam langsung menuju apartemen istrinya, memastikan sendiri tentang ucapan Ben itu.
Langkah Azam terhenti saat ia tiba di depan unit apartemennya sendiri, Azam melihat Bella dan Edward di sebelah sana. Keduanya keluar bersama dan ada Fhia pula. Pandangan Azam pun turun, melihat 1 koper yang Edward pegang.
Dan saat Azam mendekat, Bella memilih bersembunyi dibalik tubuh Edward. Membuat Azam mengepalkan tangannya kuat dengan hati yang terasa teremat.
“Bell,” panggil Azam, ingin istrinya itu keluar. Tapi Bella tetap bergeming, terus bersembunyi di balik tubuh Edward.
Sampai akhirnya beberapa pria berbadan kekar menghampiri mereka. Orang-orang suruhan Edward untuk menghalau Azam.
“Maaf Tuan Azam, tapi Bella tidak ingin bertemu dengan Anda,” ucap Edward, membuat Azam menatapnya tajam dan Edward pun membalas tak kalah tajamnya.
“Bella!” panggil Azam lagi. Tapi istrinya itu. benar-benar tidak peduli.
Hati Azam sungguh hancur melihatnya, apalagi Bella terus bersembunyi di balik tubuh pria asing ini.
Azam tidak terima, ia ingin marah. Namun semuanya tertahan di ujung lidah. Yang bisa Azam lakukan hanyalah mengepalkan tangannya kuat.
Melihat Bella yang dengan acuh melewatinya begitu saja, lalu pergi dengan pria lain.
“Sabar Zam, sekarang bukan waktumu untuk bersama Bella, tapi yakinlah, jika kamu terus berusaha Bella akan kembali padamu,” ucap Ben setelah Bella dan semua orang itu menghilang dari pandangan keduanya.
Sementara Azam hanya bergeming.
Menatap nanar pintu lift yang sudah tertutup di ujung sana.
Kini ia mulai tau, apa yang dirasakan Bella dulu saat melihatnya bersama Raya.
Dadanya sesak bahkan membuatnya sulit untuk bernafas.
“Ayo pergi,” ajak Ben lagi, tapi kaki Azam begitu berat untuk bergerak. Seolah Bella sudah membawa pergi semua tenaganya.
“Istighfar Zam, kepalamu harus dingin, saat ini Bella sedang marah.” Ben terus berucap, tidak ingin Azam sampai terpuruk dan putus asa.
Mendengar kata istighfar itu membuat Azam mulai sadar, lalu membenarkan ucapan Ben.
“Astagfirullahaladzim,” ucap Azam lirih, meleburkan semua sesak yang ia rasa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Aluna 『ᴷᴍ』
Intinya berhati-hatilah dengan caramu memperlakukan orang. Apa yang kamu lakukan pada orang lain memiliki cara yang lucu untuk membalasmu, sama saat pertama kali Bella melihatmu memeluk Raya, Itulah mungkin yang kamu rasakan sekarang,,,
2024-12-21
0
komalia komalia
biar si azzam merasakan apa yang dirasakan bella
2025-01-23
0
Anonim
Azam bakal kehilangan jejak Bella kah ???
2024-03-30
0