Langkah Bella terhenti dengan detak jantungnya yang seolah berhenti pula.
Deg!
Suara itu begitu familiar, baik Bella ataupun Fhia begitu hapal suara milik siapa itu, Azam.
Dengan pikirannya yang berkecamuk, Bella pun mulai memutar setengah tubuhnya, berbalik dan melihat Azam berdiri di sana.
Azam nampak berbeda dari terakhir yang ia lihat. Kini Azam menggunakan kacamata, seperti Azam kecil dulu. Baju yang digunakannya pun hanya pakaian biasa, tidak ada jas seperti yang selama ini ia kenakan.
Azam dan Bella saling tatap dengan tatapan yang entah. Namun keduanya sama-sama merasakan desiran yang begitu dahsyat.
Belum sempat keduanya berucap, ada pria lain yang datang dan langsung berdiri tepat disebelah Bella.
Edward datang entah di waktu yang tepat atau tidak. Awalnya ia hanya ingin menemui Bella, namun siapa sangka jika ia malah melihat Azam disini.
"Kamu sudah pulang?" tanya Edward seolah mengabaikan Azam yang menatap mereka dengan nanar. Sebenarnya Edward tahu betul jika pria itu adalah Azam, dari pada menyapa ia lebih memilih untuk pura-pura tidak tahu.
Lalu bersikap seolah memiliki hubungan yang spesial dengan Bella.
Berusaha memperkuat posisinya sendiri.
Bella tidak menjawab pertanyaan Edward itu, dia hanya mengangguk kecil.
"Ayo," ajak Fhia pada Bella untuk melanjutkan langkahnya dan meninggalkan pria brengsek itu.
Dan dengan hatinya yang merasa sesak, Bella mencoba acuh dan kembali memunggungi Azam.
"Bel," panggil Azam sekali lagi.
Membuat kaki Bella terasa berat untuk melangkah. Sebenarnya pun ia ingin bicara, mengakhiri ini semua dengan cara yang lebih baik.
Namun entahlah, keinginan hatinya itu kini kalah dengan ego.
Dan tanpa memperdulikan Azam lagi Bella terus melangkah, masuk ke dalam lobby apartemen dan meninggalkan Azam.
Sementara Azam terpaku dengan satu tangannya yang terkepal kuat.
Ia sadar diri, saat ini ia tak punya kuasa untuk bertindak semaunya seperti dulu. Apalagi pria di dekat Bella tadi Azam pun mengetahuinya, Edward Saverun. Salah satu pengusaha di negara ini.
Azam benci dengan ketidakmampuan yang ia punya.
Azam benci pada dirinya sendiri yang menyebabkan ini semua terjadi.
Dan membenci diri sendiri adalah hal yang kini membuatnya tidak berdaya. Karena memaafkan yang paling sulit, adalah memaafkan diri sendiri.
"Kamu bodoh Zam!" ucap Azam yang ia tujukan pada dirinya sendiri.
Menghela nafasnya pelan akhirnya Azam melangkahkan kakinya yang terasa berat, pergi dari sana dan kembali ke Indonesia.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Masuk ke dalam lobi apartemen Edward ingin membawakan kantong plastik belanjaan Bella, namun Bella menolak dan mengatakan jika ia bisa sendiri.
"Apa dia suamimu?" tanya Edward saat mereka bertiga sudah berada di dalam lift dan naik ke lantai 10 gedung ini, unit apartemen Bella ada di lantai itu.
Ditanya seperti itu Bella pun menoleh pada Edward dan membalas tatapan pria ini.
"Benar kamu tidak tahu siapa dia?"
Edward langsung tersenyum kuda, karena dia memang sudah tahu semua tentang Bella, juga termasuk Azam.
"Maaf, aku tau dia suamimu," balas Edward.
"Ku rasa ide yang bagus untuk membuatnya berpikir jika kita memiliki hubungan," timpal Edward lagi membuat Bella menghembuskan napasnya pelan.
"Tidak, itu malah akan mempersulit semuanya," jawab Bella dengan wajahnya yang nampak dingin.
Membuat Edward merasa bersalah seketika. Azam dan Bella memang belum resmi bercerai, mereka masih sah menjadi suami dan istri saat ini. Dan memiliki hubungan dengan orang lain memang akan menjadi masalah, apalagi di persidangan nanti.
"Maafkan aku," pinta Edward dengan sungguh-sungguh. Ia bahkan ingin sekali menyentuh tangan Bella, namun urung karena ingat saat dulu mengatakan jika mereka harus memiliki jarak.
Fhia yang merasa suasana jadi canggung pun mulai bingung juga harus bagaimana. Untunglah saat itu pintu lift langsung terbuka, mengalihkan perhatian semua orang dari kecanggungan itu.
"Ayo cepat, tanganku sudah lelah," ucap Fhia, lalu mengambil langkah lebih dulu untuk keluar dari dalam lift dan segera menuju unit apartemen mereka.
Bella dan Edward pun mengikuti.
"Bell, maafkan aku," pinta Edward lirih, kini keduanya berjalan beriringan.
Dan dengan senyum yang di paksakan Bella pun menganggukkan kepalanya.
"Makan siang lah disini, aku dan Fhia yang akan masak," tawar Bella. Membuat senyum Edward yang tadi hilang kini kembali muncul dengan segera.
Hubungan mereka memang hanyalah sebatas teman dan hanya Edward yang terus mencari kesempatan untuk membuat hubungan teman itu semakin dekat.
Namun Bella pun tidak menampik, jika kehadiran Edward disini mampu menghilangkan pikirannya tentang Azam. Meski hanya sementara namun Edward berhasil mengalihkan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Indonesia.
Ben sudah menunggu kepulangan Azam dari Singapura. Menjemput tuannya ini dengan mobil yang ia punya.
Namun di perlakukan seperti ini malah membuat Azam merasa tidak nyaman. Karena kini ia bukan siapa-siapa dan Ben bukan pula asistennya lagi.
"Ben, tidak perlu menjemput ku, aku bisa pulang sendiri menggunakan taksi."
"Bukankah kita teman?" tanya Ben, membuat Azam terdiam seketika. Karena hatinya yang luka tentang Bella di Singapura beberapa jam yang lalu membuat Azam sampai menyakiti Ben pula.
Padahal Ben selalu ada disaat ia sedang berada dalam kesulitan.
Mengusap wajahnya dengan kasar, Azam pun meminta maaf.
"Maafkan aku Ben."
"Tidak masalah, ayo pulang."
"Biar aku yang bawa mobilnya," pinta Azam dan Ben menurut.
Hari-hari berikutnya, hubungan Azam dan Ben semakin membaik. Ben pun mulai tidak berbicara secara formal dengan Azam, tidak ada kata saya dan anda lagi. Namun sudah berubah menjadi aku dan kamu.
Ben, Arnold dan Julian adalah tiga sahabat yang selalu membantu Azam untuk bangkit.
Berkat bantuan ketiga pria itu kini Azam sudah mulai bekerja di 3 kedutaan luar negeri sebagai seorang penerjemah. Jika ada pertemuan penting ia akan langsung terbang ke negara itu dan menjadi penerjemah di sana, Australia, Perancis dan Malaysia.
Bekerja di kedutaan Australia berkat bantuan Arnold, di kedutaan Perancis berkat bantuan Julian dan di Malaysia berkat bantuan Ben yang meminta tolong pada paman Shakir.
Amang Shakir dan acil Sanja yang sudah tahu tentang hidup Azam pun merasa iba, karena itulah mereka sedia membantu meski secara diam-diam di belakang Adam dan Haura.
Kini tujuan Azam hanya satu, bekerja pula di kedutaan Singapura agar bisa lebih dekat dengan Bella.
"Minta bantuan amang Edgar, aku yakin beliau bisa," ucap Julian.
Kini Julian, Arnold, Ben dan Azam sedang bersama.
"Ku rasa tidak, karena acil Luna begitu setia dengan ayah Adam," balas Azam.
"Sudahlah, tidak perlu bekerja di kedutaan Singapura, jika Allah mengizinkan, kamu dan Bella akan bertemu di manapun," seloroh Ben dan di benarkan oleh semua orang.
Mereka semua tersenyum sampai akhirnya pintu ruangan mereka di ketuk.
Salah satu karyawan Arnold mengantarkan sebuah surat untuk Azam.
Diantara kebahagiaan yang sedang mereka rasa, tiba-tiba ada satu yang kembali membuat dada sesak, terlebih bagi Azam. Karena surat itu adalah Surat gugatan cerai dari pengadilan agama.
Ayah Adam dan papa Agra mulai bergerak untuk memisahkan dirinya dengan Bella.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
guntur 1609
emang azam bodoh. baru sadar loe..caru yg sempurna..mana ada manusia yg sempurna di dunia ini begok
2024-07-28
0
Anonim
dapat surat gugatan cerai pasti ambyar hatimu Azam...
2024-03-29
0
himmy pratama
Bella punya pribadi yg baik ..TDK prn tergoda dgn banyak lelaki yg menyukai nya..salut dgn pribadi bella
2024-03-20
1