Azam tersenyum menatap Bella yang menatapnya tajam. Mata seperti elang itu, deru napasnya yang memburu dan kedua tangan Bella yang melenggang di pinggang, Azam sungguh merindukan pemandangan ini.
"Apa yang kamu lakukan! buka pintunya!" pekik Bella, ia yakin kini wajahnya sudah memerah penuh amarah.
Sedangkan Azam memilih tidak peduli, ia melangkahkan kakinya begitu saja melewati Bella. Sementara pintu sudah aman terkunci dengan password yang ia ketahui sendiri.
"AZAM!" panggil Bella, kini ia berteriak dan menghentakkan kakinya kuat. Melihat Azam yang masuk lebih dalam ke unit apartemen ini.
Sementara Bella sungguh enggan untuk melangkahkan kakinya masuk, ia tak sudi masuk ke dalam sana.
"Azam!" panggil Bella lagi tapi Azam benar-benar tidak peduli. Azam pergi ke dapur dan mengambil sebotol air mineral untuk diteguknya.
Suara teriakan Bella masih terdengar dari ruang tamu. Azam menyeringai, melihat sampai batas mana Bella akan bertahan di sana.
"Azam! buka pintunya! aku tidak sudi ikut masuk bersamamu! AZAAAM!!" teriak panjang Bella hingga nafasnya memburu.
"Berhentilah berteriak, nanti tenggorokan mu sakit. Kamu mau minum?" tawar Azam, ia kembali datang kemari dan mengulurkan botol mineralnya tadi pada sang istri.
Isinya masih ada setengah.
"Aku tidak sedang bercanda Zam, buka pintunya sekarang!" jawab Bella dengan nada mengancam, bahkan tatapan tajam masih ia berikan pada Azam.
"Malam ini tidurlah disini, ini juga rumahmu," balas Azam, masih belum hilang pula senyum di bibirnya.
Malam ini ia akan berpuas-puas menghabiskan waktu bersama sang istri. Meskipun Bella terus memaki Azam akan menerimanya dengan senang hati.
"Aku bilang aku sedang tidak ingin bercanda Zam, BUKA PINTUNYA!" bentak Bella lagi.
"Aku tidak akan membuka pintunya, bahkan jika sampai besok pagi kamu belum mau mendengarkan aku bicara aku tetap tidak akan membuka pintunya. Selamanya kita akan terkurung disini," balas Azam, lagi-lagi senyum itu ia tunjukkan pada sang istri.
Senyum yang membuat Bella benar-benar muak.
"Aku benci padamu! aku tidak perlu mendengarkan penjelasan apapun, kamu tau apa yang paling aku inginkan? kita bercerai!" jawab Bella, masih dengan kepalanya yang mendidih.
Dan Azam pun menggelengkan kepalanya pelan.
"Sampai kapanpun aku tidak akan menceraikan mu. Aku mau ganti baju, ayo kalau mau ikut," ajak Azam. Ia bahkan segera berlalu dari sana dan menuju kamarnya.
Sedangkan Bella hanya terpaku seraya mengepalkan kedua tangannya erat.
Bella berulang kali menekan-nekan tombol pintu Azam, berusaha menebak apa password apartemen ini. Namun berulang kali mencoba ia selalu gagal, sampai akhirnya tombol itu tidak bisa digunakan sampai 30 menit kedepan.
"Argh!!" Bella berteriak frustasi, berulang kali memukul pintu itu dengan kesal.
"Aku benci padamu! aku bencii!!"
"Dasar pria brengsek! badjingan! menjijikkaaan!!"
"Aku benci padamu!!
Pintu kamar Azam sengaja ia buka, hingga terdengar jelas olehnya semua umpatan Bella itu. Tapi lagi-lagi Azam hanya tersenyum, bahkan makian Bella pun kini selalu membuatnya rindu.
Selesai mengganti bajunya, Azam kembali menghampiri Bella di ruang tamu. Membawa baju kaosnya yang berwarna hitam untuk Bella.
Kini Bella masih menggunakan dress malam.
"Gantilah bajumu, kamu mau ganti baju disini atau di kamar kita," ucap Azam, ia tak peduli semua makian Bella dan malah mengulurkan kaos hitam itu kearah Bella.
Dengan kekesalannya yang sudah di ubun-ubun, Bella merampas kaos itu dan melemparnya asal ke atas lantai.
"Aku tidak sudi memakai bajumu, buka pintunya sekarang!" pekik Bella lagi dan lagi.
Tapi Azam tetap tak peduli, ia memungut baju yang dibuang Bella. Kembali ke kamar dan mengambil baju baru, lalu kembali memberikannya pada Bella.
"Kamu tidak suka warna hitam ya, coba pakai yang putih," ucap Azam.
Bella sampai kehabisan kata-katanya. Akhirnya Bella pilih menangis, ia berjongkok dan menyembunyikan wajahnya di dengan kedua tangan.
Tangis Bella pecah, bahkan terdengar meraung.
"Aku benci padamu Zam! aku benci! aku mau keluar dari sini! aku tidak sudi bersamamu!" ucap Bella diantara isak tangisnya.
"Buka pintunya!" tuntut Bella.
Dan Azam pun ikut berjongkok dihadapan Bella.
"Ganti bajumu, ayo," ajak Azam, namun tangan kanannya yang menyentuh lengan Bella langsung ditepis.
"Jangan menyentuhku!"
"Kalau begitu bangunlah, ganti baju dulu."
"Kamu ini bodoh tuli atau bagaimana? aku mau keluar dari sini bukan ganti baju!"
"Kita sama saja, tuli dan bodoh. Bukannya aku sudah bilang, ganti baju dulu tapi kamu tidak mau dengar."
"AZAM!!" pekik Bella, ia benar-benar benci Azam yang tidak bisa diajak bicara seperti ini.
"Kamu tidak ingin aku melihatmu ganti baju? kenapa? bahkan aku sudah melihat semuanya."
Brug!
Azam terjatuh karena Bella langsung mendorong tubuhnya kuat setelah mengucapkan kata-kata vulgard itu.
Bella sungguh benci tiap kali mengingat kenangannya dengan Azam, ia benci, sangat benci.
Tapi Azam malah terkekeh, ia mencoba bangkit dan kembali ke posisi semula, duduk berjongkok si hadapan Bella.
"Pakai baju ini, setelah itu cuci mukamu," setelah itu Azam bangkit, menuju ruang tengah dan menghidupkan televisi di sana.
Saat ini sudah jam 11 malam.
Mendengar suara televisi menyala, kemarahan Bella semakin meradang. Namun sia-sia saja jika ia bicara dengan Azam.
Bella akhirnya memilih kembali membuang baju pemberian Azam itu. Melemparnya asal di atas lantai dan memilih duduk di ruang tamu.
Ia diam di sana, menunggu malam berlalu.
5 menit menunggu dan Azam tak mendapati pergerakan istrinya itu. Azam lantas bangkit dan kembali menghampiri Bella.
Dilihatnya sang istri yang duduk di atas sofa, sementara baju putihnya kembali tergeletak asal di atas lantai.
Lagi, Azam memungut baju itu, kembali ke kamar dan menggantinya dengan yang baru. Kini kaos berwarna navi yang Azam bawa.
"Ganti bajumu," ucap Azam.
Tapi kali ini Bella hanya diam, ia sudah lelah memaki Azam namun tidak dipedulikan. Bella bahkan melipat kedua tangannya didepan dada dan memalingkan wajahnya.
Melihat itu, lagi-lagi Azam tersenyum. Ia yakin kini apapun yang akan ia lakukan Bella akan tetap diam.
Azam lalu memilih duduk persis disebelah sang istri dan benar saja, Bella tetap bergeming. Diam dan memalingkan wajahnya.
"Arra," panggil Azam, menggoda.
Tapi yang di goda makin membuang wajahnya jauh-jauh. Bukannya senang, Bella malah makin meradang.
Merasa Azam terus saja mempermainkan hidupnya.
"Maafkan aku," ucap Azam lagi setelah cukup lama diam ada diantara mereka.
"Aku sudah memaafkan mu," balas Bella cepat, namun belum sudi menatap Azam.
"Tapi maaf tidak bisa membuat rumah tangga kita kembali utuh Zam. Rumah tangga kita sudah ternoda dan aku ingin mengakhirinya. Bisakah kali ini saja kamu mendengarkan aku? memikirkan apa mau ku?" tanya Bella bertubi.
Membuat Azam seketika terdiam,l dengan tenggorokannya yang tercekak, Selama ini ia memang tidak pernah mendengarkan Bella, apa mau Bella atau bagaimana pendapat Bella.
Azam selalu bertindak semaunya, berpikir jika ia selalu benar.
"Aku ingin kita berpisah Zam, harus berapa kali aku bicara agar kamu mengerti," timpal Bella lagi dengan suaranya yang lirih.
Suara yang begitu menyayat hati Azam, permohonan wanita yang dicintainya untuk berpisah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
andi hastutty
Semangat azam kamu sudah dikasi kesempatan 1 kali tapi menyia nyiakan
2024-09-15
0
Anonim
semangat berjuang Azam...
2024-03-30
0
himmy pratama
Ben padu Dewe wong loro wi..
2024-03-21
1