Resta hanya bingung, selama beberapa hari ini dia tertipu dengan sekretaris barunya itu. Aya bisa menyembunyikan wajah yang sesungguhnya dari balik kaca mata dan riasan pucat yang selalu dia tampilkan. Resta mendekat pada gadis itu, untuk menatap lebih jelas wajahnya, menyamakan dengan apa yang ada di ponselnya. Barang kali, itu bukan Aya. Hanya perempuan yang kebetulan mirip saja. Namun, sayang sekali, saat tidurpun Aya masih mengenakan kaca mata besarnya membuat Resta terpaksa membungkukkan badan untuk menarik benda penghalang itu dari wajah Aya.
“Penipu.” gumam Resta sambil menarik kaca mata itu, antara kesal dan geli.
Sial sekali, Aya terusik hanya dengan sentuhan pelan di wajahnya membuatnya harus membuka mata selebar mungkin, karena Aya tidur dalam perasaan was-was, sadar dia bukan sedang di kamar kosnya saat ini.
“ADA APA, PAK?!” sentak Aya panik, sambil memegangi kerah bajunya. Wajahnya kian memucat, Aya juga mendorong pundak Resta dengan kasar, tanpa sengaja. Dia merasa saat itu Resta terlalu dekat dengannya.
“Oh, engg-enggak ada. Itu ada semut di kening kamu.” Resta berdiri, menjawab dengan gugup.
Sial sekali. gerutunya dalam hati.
“Makasih Pak, saya keluar dulu.” Aya membenarkan letak kaca matanya, melihat ponselnya ada di atas ranjang dia segera meraih itu.
“Tadi hape kamu bunyi terus, berisik. Saya terganggu, saya mau bangunkan kamu tapi udah keburu selesai. Tiga panggilan tak terjawab tuh.” Akhirnya Resta memiliki alasan yang logis mengapa dia berada di sini.
“Oh iya Pak, maaf saya lupa bawa hape sebelum masuk ke sini,” sahut Aya, dia hendak menarik gagang pintu. Ingin segera keluar dari sini. Ingatan buruk akan masa lalu membuatnya sedikit gemetar. Meski dia tidak tahu apa niat Resta mendekat padanya ketika dia tidur. Namun, secepat kilat Resta menarik tangannya, hingga gadis itu terpaksa membalikkan badan dan Resta menahannya di balik pintu dengan posisi mereka yang sangat berdekatan.
“Jangan keluar dulu, kamu nggak dengar barusan Nadine manggil saya? dia ada di luar. Kalau kamu keluar dari sini sekarang, ruangan ini akan ketahuan, dan saya nggak punya privasi lagi.” Resta berucap dengan suara yang cukup pelan, wajahnya mereka kini sangat berdekatan.
Aya diam, tidak melawan dengan kata maupun gerakan, dia menunduk dan memang mendengar samar suara seorang wanita sedang mengomel di luar sana. Nadine memang berada di sana.
Hening. Hanya terdengar embusan napas mereka berdua selain suara AC di ruangan itu.
Aya memberanikan diri untuk membalas tatapan Resta yang sepertinya sedang mengambil kesempatan untuk menatap wajahnya lebih dalam.
“Gimana kalau Bu Nadine tetap nungguin di sana?” tanya Aya takut-takut. Setelah beberapa detik membalas tatapan bosnya, dia kembali melihat ke bawah.
“Ya kita akan tetap di sini, sampai dia pergi,” sahut Resta tanpa ragu. Saat ini dia sedang menikmati apa yang ada di hadapannya. Mulai dari mata indah yang terlindung di balik kaca, hidung mancung, bibir ranum dengan warna alami yang sepertinya sangat kissable.
“Tapi, bisa nggak Pak posisinya jangan begini. Tempatnya masih luas loh, saya sesak napas.” keluh Aya. Ya dia memang merasa sesak seakan kekurangan oksigen. Tidak pernah sebelumnya Aya berdekatan seperti ini dengan seorang lelaki dewasa yang bukan mahramnya. Apalagi, bos tampan yang punya sejuta pesona. Namun Aya menyadari Resta bukanlah cowok polos dan baik. Saat Resta mengakui sudah pernah melihat perempuan telanjang, Aya bisa menilai bagaimana pergaulannya.
“Oh maaf, saya hanya mau memastikan supaya kamu nggak kabur. Kacau privasi saya kalau sampai ketahuan Nadine.” Bisik Resta, lalu lelaki itu mundur beberapa langkah membiarkan Aya terbebas darinya.
Lelaki itu berbaring santai di ranjangnya, sementara Aya masih berdiri di balik pintu dengan perasaan tak keruan.
Sial banget dah. Umpatnya dalam hati, merasa dia kali ini terjebak bersama Resta.
Aku lagi di luar. Ada apa? nanti sore aja kita ketemuan, aku benar-benar sibuk.
Resta membalas pesan singkat itu kepada Nadine setelah wanita itu menanyakan keberadaannya.
Oke, sore ketemu. Sekarang aku lagi di kantor kamu. Atau aku tunggu di sini aja? kamu jam berapa balik ke kantor? dan kamu, sama siapa? Aya?
“Ada kursi untuk duduk, ada tempat tidur untuk rebahan, kenapa kamu berdiri?” tanya Resta dengan volume suara yang dikecilkan. Resta kembali mengalihkan pandangannya pada wanita penuh tipi daya yang sedang berdiri kebingungan di sudut sana.
“Nggak apa-apa Pak, saya di sini aja,” jawb Aya pelan.
“Kalau Nadine nggak juga pergi dari ruangan saya sampai sore, berarti kamu mau berdiri di sana sampai sore?”
Aya menghela napasnya, akhirnya yang dia lakukan adalah duduk di lantai beralaskan karpet, daripada Resta terus berkicau.
“Astaga, Aya.”
“Yang penting saya nggak berdiri, Pak,” sahutnya santai.
Resta tidak lagi peduli, terserah wanita itu saja. Pikirnya. Dia kembali menatap layar ponselnya, saat Nadine kembali mengirimnya chat.
Aku tunggu kamu di sini aja.
***
Nadine enaknya diapain ya? 😂
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
💜 Cindy Cantik 💜
hahahahaaaa mkaasiih nadine 😅😅
2023-10-20
0
⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️
Resta langsung jingkrak2 sambil tepuk tangan .... *dalam pikirannya 😅
2023-05-23
0
⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️
ah ... jangan sampe Aya terbuai pesona Resta ...
kalo pun iya ... Resta musti bebersih dulu mandi kembang 7 rupa .... "puasa una inu" 7 hari 7 malam ... dan periksa dokter untuk dapet "sertifikat" bersih dari segala penyakit k3l4m!n ...
kebayang aja sering "main" sama Nadine yg udah bekas ...
jadi curiga deh ... jangan2 biarpun pacaran sama Resta, tapi kalo una inu mah Nadine sama siapa aja sesuai kebutuhan ... 🤪
2023-05-23
0