CALON SUAMI GUE

"GUE AKAN PINDAH SEKOLAH."

What, ketiga teman Deluna syok mendengarnya. Keputusan apa ini? Apa tidak terlalu tergesa gesa. Apa ini jalan satu satunya? Prestasi Deluna sangat banyak, dia selalu juara umum, selalu membanggakan sekolah dengan memenangkan banyak sekali olimpiade. Apa sepadan jika dia keluar hanya dengan sebuah penolakan yang memalukan.

"Enggak, gue gak setuju." Sahut Hani.

"Gue juga."

"Gue juga."

Sari dan Monica juga sama. Mereka tak bisa membiarkan sahabatnya itu keluar dari sekolah. Mereka memang baru bersahabat sejak kelas XI, hanya Monic yang sudah bersahabat sejak kelas X, tapi hubungan mereka sudah sangat dekat.

"Jangan tinggalin kita, Please." Pinta Monic dengan mata yang mulai berkaca kaca. Cewek itu merangkul pundak Deluna dan menggenggam tangannya.

"Jangan korbanin persahabatan dan kebersamaan kita hanya gara gara Arash. Gak sepadan Lun. Kebersamaan kita terlalu berharga untuk ditukar dengan penolakan cowok sialan itu." Hani begitu berapi api kalau udah menyangkut Arash. Bahkan dia tak mau lagi menginjak basecamp Ander, terlalu muak pada Arash. Kalau saja dia bukan ketua, Hani pasti sudah menghasut anggota lainnya untuk mengeluarkan Arash.

"Benar kata Hani Lun, jangan korbanin persahabatan kita gara gara anjing itu." Sari yang ingin insaf jadi kembali mengeluarkan kata mutiara.

"Bukan hanya gara gara hal memalukan itu. Tapi kalian tahu sendirikan, sekarang hari kamis, dan senin, hari terakhir perjanjian gue sama Selena. Kalian bisa bayanginkan, gimana perasaan gue kalau sampai kalah. Gue bakal diinjak injak sama tuh anak. Udah dinyinyirin satu sekolah, terus ditambah jadi jongosnya Selena. Gimana gak tambah ngenes hidup gue."

"Huft, iya juga sih." Sahut Monic lemas.

"Gimana kalau kita buat perjanjian baru sama Selena. Kita bertiga aja yang gantiin lo giliran jadi jongosnya Selena. Kita ikhlas kok. Iya gak guys." Sari menatap Monic dan Hani untuk minta persetujuan.

"Iya gue setuju." Jawab Monic.

"Gue juga gak keberatan kok." Hani menggenggam tangan Deluna untuk meyakinkan cewek itu jika para sahabanya rela ngelakuin itu untuknya.

"Makasih, kalian emang sahabat terbaik gue." Deluna merentangkan kedua tangannya dan memeluk sahabat sahabatnya. "Tapi gue yakin, Selena gak akan setuju, incaran dia itu gue, bukan kalian."

"Belum dicoba Lun, gimana kalau dia mau?"

"Gue gak mau ngerepotin kalian guys."

"Kita gak repot sama sekali kok."

Deluna sangat bahagian memiliki sahabat seperti mereka. Sabahat yang selalu ada untuknya disaat senang maupun susah. Setidaknya, walaupun seluruh sekolah mencibirmya, dia masih punya 4 sahabat yang selalu ada untuknya. Hani, Sari, Monica dan Mikail.

Obrolan mereka terpaksa berhenti karena bel sudah berbunyi, yang artinya, jam istirahat mereka udah berakhir.

Arash yang baru memasuki kelas menatap ke arah Deluna, tapi cewek itu menunduk dan bersikap seolah sibuk dengan bukunya. Padahal dia sengaja tak ingin beradu tatap dengan Arash.

"Gue denger, Deluna mau pindah." Bisik Galang pada Arash yang baru duduk.

Pindah? sudah jelas tidak akan dibiarkan oleh Arash. Selama bertahun tahun dia terpisah dengan Deluna, dan baru bisa bersama lagi. Pindah? tak mungkin.

Bukan mudah bagi Arash untuk kembali ke Indonesia. Orang tuanya menentang keras. Baru setelah cowok itu berusia 18th,orang tuanya mengizinkannya kembali ke Indonesia. Itupun dengan syarat harus tinggal bersama tantenya, mama Jibril.

Arash hendak menghampiri Deluna. Tapi baru selangkah, Bu Mulan, guru bahasa Inggris udah terlanjur masuk. Dengan berat hati, Arash kembali duduk ditempatnya.

Setelah bel pulang, Arash buru buru nyamperin Deluna yang udah siap siap pulang.

"Gue mau ngomong."

Deluna membuang nafas kasar. Sumpah demi apapun, dia tak ingin bicara dengan Arash saat ini.

"Gak usah gangguin Deluna lagi." Sahut Monic.

"Gak usah ikut campur, ini urusan gue sama Luna."

"Heh, urusan Luna urusan kita juga." Hani maju sambil berkacak pinggang dan memeloti Arash.

Arash berdecak. Sepertinya sulit untuk bicara dengan Deluna saat ada ketiga sahabanya itu. Dia memilih keluar kelas dan meninggalkan Deluna.

"Thanks buat bantuannya." Deluna segera menggendong ranselnya dan pamit pada teman temannya. Sianh ini dia bersemangat karena dijemput oleh Om Manu.

Deluna berjalan cepat meninggalkan sekolah. Mengabaikan tatapan mengejek serta julidan yang masih saja tertuju padanya.

Senyum Deluna mengembang saat melihat mobil Manu yang terparkir tak jauh dari gerbang sekolah. Dia tak sabar ingin segera bertemu Om kesayangannya itu.

srett

Deluna terkejut saat ada yang menarik tangannya.

"Arash!"

Ya, siapa lagi kalau bukan Arash. Jangan diingat bahwa tadi dia menyerah, tidak. Dia sengaja menunggu Deluna dikoridor lalu mengikuti cewek itu.

"Lepasin." Desis Deluan. Deluna menatap ke arah mobil Manu. Takut jika pria itu melihat dia bersama seorang cowok.

"Gue mau ngomong."

"Ngomong apa lagi sih? bukannya tadi udah ngomong? Cepetan Lepasin gue. Gue gak mau anak anak salah paham dan berfikir jika gue masih ngejar ngejar elo." Deluna tak nyaman dengan tatapan siswa lainnya. Dan yang paling membuatnya resah adalah Manu. Gimana kalau pria itu melihat dan salah paham.

Deluna kepedean gak sih kalau berfikir Mamu akan salah paham atau cemburu? Diakan buka apa apanya.

"Ikut gue, kita bicara dimobil gue." Arash berusha menarik tangan Deluna masuk kembali ke dalam gerbang.

"Gue udah dijemput, Lepasin." Deluna berusaha berontak.

"Mikail masih diparkiran."

"Bukan Mikail, Gue dijemput pacar gue, lepasin Ar."

"Enggak, gak bakal."

"Ar, sakit." Deluna terus saja berontak.

"Lepasin dia." Suara itu seketika membuat Arash dan Deluna menoleh. Manu berjalan menghampiri Deluna dan Arash.

"Om tolongin Deluna."

"Lepas." Geram Manu sambil mencengkeram lengan Arash.

"Siapa anda ikut campur masalah saya?"

"Dia calon suami gue."

Jeder

Mata Arash membulat sempurna mendengar ucapan Deluna. Calon suami? Deluna sudah punya calon suami? Arash melepaskan cekalan tangannya. Dia menatap Manu dengan tatapan permusuhan.

Sedangkan Manu, dia juga syok mendengar Deluna bilang dia calon suaminya.

"Ayo Om kita pulang." Deluna melingkarkan tangannya dilengan Manu lalu pergi bersama pria itu meninggalkan Arash yang masih cengo.

Terpopuler

Comments

Bunda Rainissa

Bunda Rainissa

Om Manu auto shock dooong.... dibilang calon suami😀😀... terserah author aja daaah, jodohnya Deluna...,😀

2021-12-07

0

ayu_indrian

ayu_indrian

mamp*sss tu arasss😆😆😆

2021-12-06

0

Siti Cholifah

Siti Cholifah

kasian arash thoor 😭😭

2021-12-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!