DENDAM ATAU CINTA

BRAKK

Suara pintu dibanting membuat Jibril terjingkat. Cowok yang sedang sibuk mengerjakan PR itu sontak meletakkan penanya dan menoleh kearah pintu.

Tampak Arash yang yang masuk kedalam kamarnya dengan raut wajah sedikit tegang.

"Apa maksud lo tadi?" Tanya Arash to the point.

Jibril menghela nafas, cowok itu lalu menutup bukunya. Dia paham apa yang dimaksud Arash. Tidak lain tidak bukan pasti masalah Deluna.

"Emangnya kenapa kalau gue nganter Deluna pulang? jelous lo? bukannya lo tadi udah nolak dia?"

"Gue gak suka ya Bril."

"Kenapa? kasih gue alasan yang jelas?"

"Lo tahu kan alasan gue pindah kesini. Gue pengen balas perlakuan Tuh cewek ke gue. Dan lo bukannya bantuin gue, malah sok sok an jadi pahlawan."

Jibril tersenyum miring mendengarnya? Bosan dia mendengar alasan yang klise itu.

"Urusan balas dendam lo, gak ada hubungannya dengan gue. Gue gak masalah lo geser posisi gue sebagai ketua Ander. Tapi masalah buat gue jika lo nyakitin Deluna." Tekan Jibril sambil menatap Arash tajam.

"Gak salah denger gue? Lo masih cinta sama dia? Kalau aja lo lupa Bril." Arash mendorong dada Jibril dengan telunjuknya. "Deluna pernah nyakitin lo. Dia pernah mempermainkan lo."

Jibril terkekeh mendengarnya. Membuat Arash kian emosi.

"Jangan samain gue sama lo. Gue bukan pendendam kayak lo. Gue bukan cowok lebay yang hanya karena ditolak saat SD terus dendam."

BUGH

Sebuah bogem mentah melayang ke wajah tampan Jibril. Membuat darah segar mengalir dari sudut bibir cowok itu.

"Apa lo bilang? hanya?" Arash menarik bagian leher kaos yang dipakai Jibril. Mata cowok itu memancarkan sorot yang begitu menakutkan. Tapi tidak bagi seorang Jibril, cowok itu sama sekali tidak takut. Dia tetap tenang. Apalagi ini dirumah. Dia tak ingin mamanya kecewa jika melihat dia dan Arash sampai berkelahi. Bagaimananpun, mereka saudara. Dan mamanya Arash, secara langsung menitipkan cowok itu pada mamanya Jibril.

"Lo gak tahu yang gue rasain Bril. Elo gak ada diposisi gue. Dia nolak gue berkali kali. Dia menghina gue, mempermalukan gue didepan teman teman. Dia juga selalu kasar sama gue. Gak pernah mikir gimana perasaan gue." Teriak Arash lalu melepaskan cekalannya di baju Jibril.

"Kalau lo lupa Rash. Deluna masih kecil saat itu, masih SD. Dan asal lo tahu, Deluna sekolah diusia yang masih kecil. Dia beda setahun dari kita. Saat itu dia masih usia 6 tahun. Apa lo pikir, anak diusia itu bisa lo suruh mikirin perasaan lo."

"Bulshit."

"Gue gak yakin, dendam lo yang bikin lo kembali ke Indonesia dan sekolah di Antariksa. Gimana kalau alasannya karena lo masih sayang sama Deluna? lo masih terobsesi sama dia?"

Arash tak menjawab, dia memilih keluar dari kamar Jibril. Dia juga tak paham, apa yang sebenarnya membuatnya seperti ini, apa dendam? atau karena cinta?

Dia ingin sekali membalas Deluna, mempermalukan cewek itu seperti apa yang dia lakukan dulu. Tapi aneh, bukan kepuasan yang dia rasakan saat berhasil mempermalukan Deluna. Tapi perasaan yang dia sendiri tak mengerti.

Arash pindah ke SD lain saat kenaikan kelas 2. Selalu dibully terutama oleh Deluna membuat cowok itu memilih pindah. Setelah tamat SD, dia sekeluarga pindah ke Itali. Tapi Arash masih selalu stalking akun medsos Deluna. Dia selalu tahu perkembangan apapun tentang cewek itu. Dia juga tahu jika Jibril, sepupunya itu, pernah jadian dengan Deluna.

Dia selalu minta info tentang Deluna dari salah satu anak Ander kepercayaannya.

...******...

Deluna keluar dari mobil Mikail dengan langkah malas. Kenapa? karena situasinya tidak tepat. Diaparkiran tampak segerombolan anak Ander sedang merokok. Tempat parkir siswa dengan guru memang terpisah, membuat mereka leluasa merokok ditempat ini. Ada juga Arash diantara mereka.

"Pagi Princess Deluna." Sapa Ilham, salah satu fans fanatik Deluna.

"Pagi." Jawab Deluna singkat.

"Pagi pagi tuh muka kok udah ditekuk aja. Ada masalah? cerita dong sama Aak Galang." Goda Galang. Cowok yang tidak pernah lelah caper ke Deluna walau tak pernah direspon.

Arash tak bersuara, dia hanya memperhatikan teman temannya menggoda Deluna.

Deluna tak menanggapi, dia memilih berjalan cepat dan meninggalkan parkiran.

"Tumben lo bawa mobil Mik?" Tanya Reza.

"Selama supirnya cuti, gue anter jemput Deluna. Cewek itu selalu ngomel kalau gue bonceng pakai motor. Yang panas lah, rambutnya acak acakan lah. Pokoknya ribet kalau sama dia. Jadi gue bawa mobil aja."

Deluna bernafas lega setelah keluar dari parkiran. Sumpah, dia masih malu gegara peristiwa kemarin. Rasanya dia tak punya muka jika berhadapan dengan anak Ander.

"*Ar*ash, bisa anterin gue gak? Kita gak sedeket itu hingga lo minta gue anter. Gak usah sok akrab."

Tunggu, tunggu, itu kok mirip dialog Deluna dan Arash kemarin. Tapi siapa yang ngomong.

"Hahaha..... Kacian deh yang ditolak mentah mentah. Emang enak." Cibir Selena and the gank. Merekalah yang tadi menirukan dialog antara Arash dan Deluna kemarin.

Sepertinya mereka sedang berbahagia sekarang, berbahagia diatas penderitaan Deluna. Entah siapa yang ngasih tahu, kenapa mereka bisa sampai tahu kejadian kemarin.

"Gimana Deluna? Mau lanjut, atau nyerah?" Tanya Selena yang sekarang sudah berjalan disamping Deluna.

"Nyerah aja deh." Sahut Caca, antek antek Selena.

"Mending lo nyerah. Gua gak kejam kok. Kalau lo nyerah sekarang, gua bakal ngasih lo diskon. Ya...gak usah sampai sebulan lah jadi jongos gue. 3 minggu aja, gue diskon seminggu. Kurang baik apa coba gue?"

Deluna mengepalkan tangannya. Bagaimanapun, ini masih di area sekolah. Dia harus bisa jaga imej. Baru beberapa hari yang lalu masuk BK, takkan sekarang udah kangen BK lagi.

"Gak ada kata nyerah dikamus hidup seorang Deluna. Lagian baru 5 hari, masih ada 9 hari lagi. Gak usah kepedean bakal menang deh lo." Sinis Deluna sambil berjalan cepat meninggalkan mereka bertiga.

Sungguh pagi yang enggak banget. Udah ketemu anak Ander di parkiran, dihina Selena. Uh....sungguh lengkap penderitaan Deluna. Moodnya benar benar drop. Jadi makin kangenkan dia sama Om Manu, mood boosternya itu.

Sesampaimya dikelas, Deluna melihat genk teletabisnya udah berkumpul. Disaat dia sedang kacau, mereka malah enak enakan makan puding buah naga. Pasti buatan mamanya Sari, dia kan penjual puding online.

"Tega kalian makan disaat gue gak ada?" Ujar Deluna sambil menyaut kotak makan berisi puding yang ada diatas meja Sari.

"Lo sih kelamaan datangnya. Sini pudingnya, enak banget, gue masih mau lagi." Hani menarik kotak makan yang dipegang Deluna.

"Enak aja, ini tinggal bagian gue. Gue belum sarapan." Deluna mengangkat wadah itu keatas agar Hani tak bisa merebutnya.

"Gue minta dikit lagi." Hani masih saja berushaa merebut wadah puding tersebut.

"Enggak, ini bagian gue." Deluna terus menjauhkan wadah tersebut dari jangkauan Hani. Mereka terus berebut hingga tanpa sengaja, Deluna yang berjalan mundur menabrak seseorang.

BUG

Puding itu terjatuh dan mengenai orang tersebut.

"Damn." Umpat Arash dengan kedua mata melotot melihat lengan bajunya kena tumpahan puding. Merah, karena itu adalah puding buah naga.

Hani buru buru kabur kembali ke bangkunya. Sedangkan Deluna, cewek itu menelan ludahnya dengan susah payah melihat aura kemarahan di sorot mata Arash.

"Sory."

"Sory lo bilang?" Teriak Arash sambil memegang kedua bahu Deluna dengan kasar.

Kelas yang awalnya gaduh tiba tiba jadi senyap. Atensi semua anak tertuju pada Deluna dan Arash.

"Gu, gue gak sengaja, Suer."

Arash melepaskan bahu Deluna lalu pergi keluar kelas. Cowok itu sepertinya sedang marah besar.

"Kejar, kejar dia begok. Minta maaf." Ujar Sari.

Deluna mengangguk lalu berlari mengejar Arash.

"Arash tunggu, Arash." Teriak Deluna tapi tak dihiraukan sama sekali oleh Arash. Cowok itu berjalan cepat menuruni anak tangga. Kelas mereka memang berada dilantai dua.

Deluna berlari menuruni anak tangga. Tapi karena tergesa gesa, dia terpeleset ditangga.

"Aww... "Pekik Deluna yang merasakan keseimbangannya hilang.

BUG

Deluna meringis saat bokongnya mencium lantai yang sangat keras. Beruntung posisinya sudah dibawah, tinggal beberapa anak tangga lagi. Kalau masih diatas, entah apa yang akan terjadi padanya.

KREKKK

Deluna melotot saat rok yang dia kenakan sobek dibagian sisinya. Membuat cewek itu buru buru menutupi pahanya dengan kedua tangan.

Muka Deluna memerah karena malu. Apalagi ini didepan kelas X, malu banget dia. Rasanya udah pengen nangis kejer aja.

Arash membuang nafas kasar lalu mendekati Deluna. Dia melepaskan satu persatu kancing bajunya. Membuat Deluna dan semua yang ada disana menatap heran.

"E, elo mau Ngapain?"

"DIAM."

Arash melepaskan bajunya. Sekarang hanya tinggal kaos warna hitam bertuliskan Ander dibagian belakang yang menempel ditubuhnya.

Arash berjongkok lalu menutupi rok Deluna yang sobek dengan baju seragamnya. Arash mengikat lengan bajunya dipinggang Deluna agar tak terlepas saat cewek itu berjalan.

Astaga, so sweet banget gak sih. Bikin Baper siapapun yang melihat. Tanpa sadar Deluna senyum senyum sendiri.

"Makanya, rok kekecilan gak usah dipakai." Sinis Arash sambil kembali berdiri.

"Makasih." Ujar Deluna lalu ikut berdiri.

"Gak usah ge er dulu. Gue kayak gini cuman karena kasihan lihat lo. Lo tampak MENYEDIHKAN." Tekan Arash lalu pergi meninggalkan Deluna.

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Nah itu maksud aku sama dgn Jibril,Anak umur 6 tahun tau apa dia soal pacaran,Arash aja yg gak bener, Masih ingusan juga,sok soan mau pacaran..ckk

2024-05-28

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

SKAKMATT buat Arash..

2024-05-28

0

DozkyCrazy

DozkyCrazy

pengecut

2024-05-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!