TARUHAN

BYURRR......

Sampan yang dinaiki Deluna terbalik, membuat gadis itu tercebur kedalam danau.

"BABY." Teriak Manu, Jef dan Nini bersamaan.

Manu segera melepas kemejanya dan masuk kedanau untuk menyelamatkan Deluna. Pria itu berenang dengan cepat lalu meraih tubuh Deluna dan membawanya ketepi.

Dengan hati hati Manu membaringkan tubuh Deluna dipinggir danau.

"Baby bangun sayang." Manu menepuk nepuk pipi Deluna. Gadis itu tidak sadarkan diri, membuat ketiga pria disana panik bukan kepalang.

"Baby Deluna, bangun, jangan takut takutin Nini dong Beb."

Manu menekan dada Deluna, melakukan CPR. Tapi Deluna tetap belum sadar juga.

"Baby sadar sayang, kamu akan baik baik saja. Om tidak akan membiarkan sesuatu yang buruk terjadi pada kamu." Ujar Manu sambil terus melakukan CPR.

Nafas buatan dong. Ayo Om, kasih baby nafas buatan.

Suara hati siapa lagi kalau bukan Deluna. Gadis itu sebenarnya tidak pingsan, dia hanya berpura pura demi mendapatkan nafas buatan.

"Bos, Kayaknya perlu nafas buatan." Ujar Jef. "Gimana kalau gue yang ka___"

"Gak usah dilanjutin, gue tahu apa yang ada diotak lo." Potong Manu.

"Terus gimana? Bos mau kasih nafas buatan?"

Yes, akhirnya gue bakalan dicium Om Manu. Gapapalah first kiss gue kayak gini.

"Buruan bos, keburu metong dia nanti." Ujar Nini.

"Tuh mulut bisa enggak, gak usah ngomong yang aneh aneh." Semprot Manu.

"Lo aja Ni." Titah Manu.

"Maksudnya?"

"Lo yang ngasih nafas buatan."

Oh no, enggak enggak. Gak mau gue dicium tuh laki melambai. Najis najis. Gak ikhlas lahir batin first kiss sama dia.

"Buruan."

"Harus gue bos?" Nini menunjuk dirinya sendiri. "Jef aja." Tolaknya.

"Iya bos, gue aja." Jef sangat antusias.

"Enggak, pokoknya lo Ni. Cepet atau gue pecat."

"Ok ok." Nini segera bergeser kedekat kepala Deluna. Setelah menelan ludah dengan susah payah, dia mendekatkan wajahnya kewajah Deluna.

"TIDAKKKK." Pekik Deluna sambil membuka matanya lebar lebar. Dia segera mendorong Nini agar menjauh darinya. Ogah banget dia dicium laki laki bertulang lunak. Yang ada muntah muntah tujuh hari tujuh malem dia.

"Kok, kok, kok. " Jef melotot melihat Deluna tiba tiba sadar dan duduk. "Lo gak pingsan Lun?"

Deluna tak menanggapi Jef. Dia menatap Manu dengan tatapan murka.

"Om tahu kamu cuma pura pura. Waktu Om melakukan CPR, gak ada air yang keluar dari mulut kamu. Kamu gak nelan banyak air. Dan seketika Om ingat. Kamu juara renang tingkat SMA."

Ya, Deluna memang seorang atlet renang. Sejak balita cewek itu sudah bisa berenang. Daddy nya yang memang hobi banget berenang selalu mengajak Deluna berenang bersamanya.

"Terus, tadi ngapain nolongin baby?"

"Lupa." Jawab Manu sambil membuang nafas kasar. Ya, saking paniknya, dia mendadak bodoh dan amnesia. Dia sama sekali tak ingat jika Deluna seorang atlet renang.

...****...

Deluna berjalan santai memasuki SMA Antariksa. Hari ini dia datang lebih awal karena tak mau telat kayak kemarin. Kalau sampai dua hari bolos, akan jadi masalah. Sekolah akan menelepon orangtuanya, dan itu bisa membuatnya ketahuan jika kemarin bolos.

BRUKKK

"Setan." Umpat Deluna saat dia jatuh tersungkur di tanah. Mata Deluna mendelik melihat siapa yang menabraknya barusan.

Bukan, bukan cogan yang menabraknya kayak ditipi tipi, terus nolongin, lalu jatuh cinta. Tapi seorang cewek.

"Ups sorry." Ujar Selena sambil tersenyum miring. Bibirnya berkata Sory, tapi senyumnya seolah berkata rasain lo.

Ya, yang menabrak Deluna adalah Selena. Musuh bebuyutan yang selalu cari masalah dengannya. Sebabnya bukan lain karena iri. Cewek itu terlalu iri pada Deluna yang menang dua kali berturut turut dipemilihan putri sekolah mengalahkan dia.

Selain itu juga karena Jibril. Selena menyukai Jibril, tapi Jibril malah menyukai Deluna dan jadian dengan Deluna walau hanya sebentar.

"Gak punya mata lo?" Bentak Deluna sambil berdiri dan menepuk nepuk pantatnya yang kotor.

"Punya, sayangnya nih mata ogah ogahan kalau dipake ngelihat Lo. Cewek sok kecakepan."

"Apa lo bilang? sok kecakepan?" Ujar Deluan sambil mencengkeram lengan Selena. "Gue gak sok kecakepan, tapi emang cakep. Ralat, sangat cakep sekali hingga lo iri sama gue." Deluna melepaskan cengkeramnnya lalu mendorong Selena hingga jatuh.

Beruntung sekolah masih sepi, jadi gak terlalu menarik perhatian.

"Anjing." Umpat Selena sambil berusaha berdiri.

"Babi." Balas Deluna.

"Monyet."

"Sapi."

"Ayam."

"Kodok."

Heleh kok malah tebak tebakan nama hewan gini sih. Gak kreatif banget umpatanya thor.

"Yakin lo cakep?" Tanya Selena sambil tersenyum meremehkan.

"Gak yakin, tapi sangat yakin. Buktinya Jibril lebih milih gue daripada lo. Menyedihkan."

"Ok fine. Lo emang bisa dapetin Jibril. Tapi bukan artinya lo cewek paling ok disekolah ini."

"Astaga." Deluna geleng geleng. "Kapan sih lo bisa ngakuin kalau gue lebih segalanya daripada lo?"

"Gue bakal ngakuin lo lebih segalanya dibanding gue jika___"

"Jika apa?"

"Jika lo bisa naklukin cowok baru dikelas lo yang bernama Arash."

"Hahaha.....cuma itu doang?" Deluna terkekeh mendengar syarat yang menurutnya terlalu mudah itu.

"Gue kasih lo waktu sebulan buat bisa jadian sama dia. Kalau lo bisa, gue bakal ngakuin didepan semua anak SMA Antariksa kalau lo emang cewek paling cakep disekolah ini. Tapi kalau lo gagal, lo harus jadi kacung gue selama sebulan."

"Lo nantangin gue?" Deluna menunjuk dirinya sendiri sambil tersenyum sinis.

"Sebulan kelamaan. Dalam waktu dua minggu, gua pastiin kalau gue udah jadian sama dia."

"Sombong."

"Deluna Gitu. Gak ada seorangpun yang bisa nolak pesona seorang Deluna Kalandra."

"Ok Deal, dua minggu. Gue tunggu kabar jadian kalian. Bye." Selena segera berlalu meninggalkan Deluna.

Astaga, semoga saja cowok bernama Arash itu beneran cakep. Kalau jelekkan Males gue.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***