CEMBURU

Baru saja Deluna ingin menyedot kembali bobanya, tapi nahas.

Pluk

Es boba segar itu sudah terjatuh ditanah gegara ada yang menabrak bahunya dengan kasar.

"****, gak punya mata lo?" Maki Deluna geram.

"Lo aja yang megangnya gak bener."

Deluna segera menoleh mendengar suara itu. Suara yang sejak kemarin selalu dia dengar. Suara yang selalu bisa membuat dia naik darah lagi dan lagi.

"Arash."

"Iya, gue. Kenapa?"

"Lo sengajakan nabrak gue?" Seru Deluna sambil memelototi dan mendorong bahu Arash kasar.

Arash mengibas ngibaskan tangannya dibahu yang baru disentuh Deluna. Seolah olah tangan Deluna mengandung banyak kuman yang berbahaya.

Sebenarnya dia memang sengaja. Rasanya tidak terima saja kalau Deluna minum dari bekas sedotan yang baru dipakai Jibril.

Cowok itu tersenyum miring lalu berlalu begitu saja tanpa menjawab pertanyaan Deluna.

"Hei, budeg lo." Teriak Deluna tapi tidak dijawab oleh Arash. Cowok itu malah pergi seolah olah tak terjadi apapun..

Deluna yang kesal celingukan mencari sesuatu. Hingga akhirnya dia menemukan batu kecil ditanah dan melemparkannya pada Arash.

Bugh

Batu itu tepat sasaran mengenai punggung Arash. Melihat itu, buru buru Deluna mengambil sapu dan bersenandung kecil pura pura tak tahu apa apa.

"Lo yang nimpuk gue?" Tanya Arash yang tiba tiba saja sudah berdiri didepan Deluna.

Deluna tak menggubris, dia terus saja menyapu sambil bernyanyi.

"Budeg lo."

"DELUNA."

"Elo ngomong sama gue?" Deluna menunjuk dirinya sendiri.

"Enggak, sama sapu. Ya sama elo lah. Emang ada orang lain selain lo?"

"Dih, Ngegas banget. Ngidam lpg ya nyokap lo pas hamil."

"Nggak usah ngalihin topik. Elo yang Nimpuk gue pakai batu?"

"Nimpuk apaan, orang gue dari tadi nyapu."

"Lo pikir gue bodoh. Kalau bukan lo siapa lagi, setan?"

"Astaga." Deluna pura pura syok. "Jangan jangan lo ditimpuk setan penunggu sekolah. Halaman belakang ini emang angker. Lo kan anak baru, jadi gak tahu."

"Elo setannya." Tunjuk Arash sambil melotot. "Gitu banget ya, lo mau narik perhatian gue. Naksir gue lo?" Ledek Arash sambil menyeringai.

"Apa? naksir ? Hahaha.... Kepedean lo."

"Beneran lo gak naksir gue?" Arash melangkah maju hingga memaksa Deluna bergerak mundur.

"Paan sih lo." Deluna mulai deg degan saat Arash masih saja bergerak maju dan menatapnya lekat lekat.

"Kenapa? lo kok tegang gitu. Jadi bener lo naksir gue?" Arash menyeringai lalu mendorong bahu Deluna hingga mentok di pohon. Kedua lengan cowok itu mengurung Deluna, hingga membuat cewek itu tak bisa bergerak Kemana mana.

"Gak, gak usah ge er." Dari nada suaranya, Deluna terdengar panik.

"Lo mau gak jadi pacar gue?" Tanya Arash serius sambil memajukan wajahnya kearah wajah Deluna. Membuat Deluna mau tidak mau menatap cowok meresahkan itu.

Gue gak salah denger kan? Arash nembak gue? Ternyata jadian sama dia gak Sesusah yang gue pikir. 4 hari aja dia udah nembak gue. Astaga Deluna, pesona lo emang gak ada duanya. Bye bye Selena, lo kalah lagi kali ini.

"Kok lo bengong? mau jadi pacar gue?"

"Mau." Jawab Deluna sambil mengangguk dan tersenyum.

"Hahaha.... " Tawa Arash seolah menyadarkan Deluna. Sepertinya ada yang tidak beres.

"Sayangnya gue gak mau jadi pacar lo." Ujar Arash sambil terkekeh. "Selamat, anda kena prank."

Sialan, dasar Arash gila, gak punya otak. Berani Beraninya dia ngerjain gue.

"Lo pikir gue beneran nembak lo? Jangan terlalu ngarep nona."

"Hahaha... " Deluna balas menertawakan Arash. "Gue juga cuman bohongin lo. Gue tadi aslinya mau ngomong. MAU, TAPI BOONG. Elo aja yang duluan kegeeran. Kasian banget sih... " Cibir Deluna.

Untung gue bisa ngeles. Kalau enggak, mau ditaruh mana ini muka.

Arash yang kesal karena gagal bikin Deluna malu dan baper, segera pergi meninggalkan tempat itu.

...******...

Deluna berdecak kesal setelah membaca chat dari mommy nya. Dia menghela nafas lalu meletakkan kepalanya diatas meja.

Mommynya bilang jika ibu Pak Sidik yang tinggal di Lampung sakit keras. Membuat pria itu harus cuti beberapa hari. Dan kerena daddy dan mommy nya sedang berada di diluar kota, mereka meminta Deluna agar berangkat dan pulang bersama Mikail.

"Lo kenapa?" Tanya Monic.

"Pak Sidik pulang ke Lampung. Mommy nyuruh gue berangkat dan pulang sama Mikail."

"Terus, apa masalahnya?"

"Lo tahu sendirikan, beberapa hari yang lalu gue berantem sama Dewi. Dan kalau sekarang gue minta Mikail antar jemput, apa gak makin ngamuk tuh cewek." Ujar Deluna dengan wajah frustrasi.

"Ya juga sih. Tapi kan cuma beberapa hari doang. Gue rasa gak papalah."

"Gue gak mau egois Mon. Gimanapun, Mikail itu Cowoknya Dewi. Gue gak mau selalu minta waktunya Mikail. Gue juga harus mikirin perasaannya Dewi."

"Iya juga sih. Eh, kenapa lo gak minta jemput Om Manu?"

Huft, Deluna makin frustrasi saat mendengar nama Manu. Ya, dia sangat merindukan pria itu saat ini.

"Itu dia masalahnya, Daddy sama mommy ke Bali itu juga sama Om Manu. Mereka barengan ke sana karena acara baby showernya tante Amira, sahabat mereka. Bahkan Bokapnya Mikail juga ikut."

Kalau saja Manu tak ikut, Deluna pasti sangat Happy karena bisa minta anter jemput Manu. Kapan lagi coba ada kesempatan sebagus ini.

"Eh, kenapa gak minta anter jemput Arash aja." Bisik Monic. Arash duduk dibelakang mereka, jadi kalau ngomongin Tuh cowok harus bisik bisik.

"Iyuh.... ogah banget."

"Kok ogah? katanya mau deketin dia? Udah nyerah lo? Udah siap jadi jongosnya Selena?"

Argh....makin frustrasikan Deluna kalau ingat soal taruhannya itu. Apa iya dia minta dianterin Arash? gengsi dong, mau ditaruh mana mukanya. Bagus kalau Arash bilang iya, kalau ditolak?

"Cepetan ngomong sama Arash. Dia udah siap siap pulang tuh." Monic menyenggol lengan Deluna.

Deluna menghela nafas lalu menoleh kebangku belakang.

"A___" Baru saja dia membuka mulut, Arash sudah main pergi aja.

"Kelamaan mikir sih lo." Omel Monic. "Buruan kejar ke parkiran."

"Gak malu maluin Mon?"

"Malu dikit gak papa, daripada jadi jongosnya Selena."

"Enggak deh gengsi gue. Mending minta anter Mikail aja. Dewi urusan belakangan."

Baru saja Deluna ingin keluar kelas, dia melihat Mikail datang.

"Lun tadi daddy lo chat gue. Nyuruh gue nganter jemput lo selama mereka masih di Bali. Tapi sory banget ya. Kayanya hari ini gue gak bisa ngenter. Gue udah terlanjur janji sama Dewi mau nemenin dia ke toko buku." Ujar Mikail dengan rasa bersalah.

"Gak papa Mik."

"Tapi janji, besok gue bakal jemput lo kesekokah. Hari ini, gue minta Jibril nganterin lo ya?'

"Gak usah. Gue naik taksi online aja."

"Lo yakin?"

"Iya yakin. Udah sana, Entar Dewi ngamuk lagi." Deluna mendorong Mikail agar segera pergi menemui Dewi.

Dengan langkah gontai, Deluna berjalan menuju gerbang sekolah. Tapi tanpa sengaja saat menoleh ke parkiran, dia melihat Arash yang sedang berdiri bersandarkan bodi mobil sambil mengobrol dengan beberapa anak Ander.

Sepertinya bener kata Monic. Dia harus mendekati Arash, waktunya tinggal 10 hari lagi. Dan Deluna gak mau sampai kalah taruhan.

"Hai Arash." Sapa Deluna saat dia sudah sampai ditempat Arash.

"Deluna cantik, kok Arash aja yang disapa? kita kita enggak?" Tanya Galang sambil melihat teman temannya.

"Yok i. Kita juga pengen kali disapa cewek cantik." Goda Ilham.

"Ya udah, gue pulang dulu ya." Bukannya merespon Deluna, Arash malah pamit pada teman temannya.

"Arash tunggu." Deluna menarik pergelangan tangan Arash saat cowok itu hendak membuka pintu mobilnya. "Sopir gue cuti. Anterin gue pulang ya?"

"Masih waras lo minta gue anterin pulang? Kita gak sedekat itu hingga lo minta gue nganterin lo pulang. Jadi gak usah sok sok an akrab sama gue."

Jleb

Ucapan Arash sungguh menohok. Membuat Deluna malu setengah mati. Apalagi didepan anak anak Ander kayak gini. Sumpah, udah bener bener gak punya muka dia.

Anak anak Ander menatap tak percaya kearah Arash dan Deluna. Tak menyangka jika Deluna bakal mendapatkan penolakan sesadis itu.

"Ayang Deluna, ayo Aak Galang anter pulang." Dari ucapan Galang, terdengar seperti belas kasihan. Membuat Deluna tambah ingin menangis.

"Gue naik taksi aja." Jawabnya pelan.

"Tuh ngerti. Ngapain pula minta anterin gue. Bilang aja kalau lo mau modusin gue. Cih, cara lo kampungan girl."

Inilah yang ditunggu Arash, mempermalukan Deluna seperti yang cewek itu lakukan saat SD dulu.

"Rash, lo keterlaluan." Ujar Damian.

"Ayo gue anter pulang." Jibril yang baru datang segera menarik tangan Deluna. Membawa cewek itu berjalan kearah tempat dimana motornya diparkir.

Arash mengepalkan tangannya. Dia segera masuk kedalam mobil dan membanting pintunya keras keras saat melihat Jibril membantu Deluna mengenakan helm.

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Gila si Arash, Itu kan tingkah waktu kalian masih anak2 juga,Ntar jgn sampe lo yg jilat ludah sendiri..Luna juga ngapain sih sampai segitu ogeb nya ,kesel aku..

2024-05-28

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Bodoh Deluna ngerendahin harga diri kek gitu,Mending naik taxi on line aja,Jangan kayak org susah aja lo...

2024-05-28

0

😍wike😍

😍wike😍

kebakaran si arash

2023-09-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!