TELAT

Deluna melihat gerbang besar SMA Antariksa sudah tertutup rapat. Itu tandanya, dia sudah terlambat.

"Gara gara Pak sidik Deluna terlambat." Omel cewek itu pada supir yang sebenarnya tidak bersalah.

"Kok saya Non. Perasaan nona yang keluar rumah tadi udah kesiangan." Sangkal Pak Sidik sambil menoleh kebelakang, dimana Deluna sedang duduk sambil bersedekap. Bibir cewek itu monyong kedepan hingga membuat Pak Sidik ingin sekali menguncirnya pakai karet nasi goreng.

"Berani bantah ya."

"Gak bantah, cuma bicara fakta."

"Pokoknya semua ini gara gara Pak Sidik, valid no debat." Ujar Deluna tanpa mau dibantah.

"Sekarang anterin Deluna ke rumah Om Manu."

"Loh, kok kesana, gak jadi sekolah?"

"ENGGAK!" Tegasnya dengan kedua mata membulat sempurna.

"Saya gak berani, takut dimarahi tuan."

"Ya udah, sekarang aku telepon daddy dan bilang kalau aku terlambat gara gara Pak sidik. Aku bilang Bapak nyetirnya gak bener sampai nabrak kucing."

"Heh, kucing???? kapan saya nabrak kucing?" Pak sidik garuk garuk kepala.

"Pokoknya bapak nabrak kucing, dan gara gara itu, kita harus membawa kucing itu kedokteran hewan dulu. Dan akhirnya saya telat." Deluna mengambil ponsel ditasya dan segera mencari nomor telepon daddynya.

"Ok, ok, saya anterin ke rumah Pak Manu."

Yesss

Teriak Deluna dalam hati. Seketika dia menyimpan kembali ponselnya ke dalam tas.

Bukan hanya sekali dua kali seperti ini. Berkali kali Pak Sidik terpaksa menuruti kemauan Deluna. Kalau bukan karena gaji tinggi, malas sekali dia menjadi supir cewek itu. Bikin ngelus dada tiap hari, bikin darah tinggi.

"Tapi bagaimana kalau tuan marah?" Pak Sidik masih ragu.

"Tenang, yang penting kita berdua gak buka mulut, daddy gak akan tahu. Yang daddy tahu, hari ini Deluna sekolah. Udah yuk buruan."

Dengan terpaksa Pak Sidik menghidupkan kembali mesin mobilnya dan melaju menuju rumah Manu.

Tapi tiba tiba

Chiiit.....

Pak Sidik mengerem mendadak membuat Deluna yang tidak memakai sabuk pengaman langsung terjungkal kedepan.

"Bisa nyetir gak sih pak!" Teriak Deluna sambil mengusap keningnya yang terbentur sandaran jok depan.

"Kayaknya, nabrak kucing Non."

"Udah deh gak usah Ngada Ngada. Hanya gara gara saya ngomong nabrak kucing, terus bapak nabrak kucing beneran? ucapan saya gak seluar biasa itu efeknya. Buruan jalan." Titah Deluna yang tak sabar ingin segera bertemu Manu.

Iya kali, mungkin dia hanya kepikiran tentang kucing. Makanya berhalusinasi nabrak kucing. Tak ingin berdebat, Pak sidik segera menghidupkan kembali mesin mobilnya. Tapi baru sebentar berjalan.

Chiiittt...

Lagi lagi Pak Sidik mengerem mendadak.

"PAK SIDIK. Mau gue pecat." Pekik Deluna yang mulai kehabisan kesabaran.

"Maaf Non, ada mobil yang tua tiba nyalip terus berhenti didepan."

Tok tok tok tok

"Keluar." Seseorang yang baru keluar dari mobil depan menggedor kaca pintu mobil Deluna.

Pak Sidik melihat orang yang mengetuk kaca mobilnya. Pria itu memakai seragam SMA. Tapi kenapa dia yang tampak marah? bukankah dia yang salah karena berhenti mendadak didepan, kenapa dia yang ngamuk.

"Tanggung jawab anda." Bentak cowok itu saat Pak Sidik baru keluar.

"Tanggung jawab?" Pak Sidik mengernyit bingung.

"Anda sudah menabrak kucing, tapi main kabur Gitu aja. Seenggaknya lihat dulu keadaannya. Gak berperikehewanan."

"Beneran saya nabrak kucing?"

"Maksud anda saya bohong? Mundur balik kalau tidak percaya."

Pak Sidik menghela nafas. Sepertinya benar, tadi dia tidak berhalusinasi, dia beneran nabrak kucing.

"Ada apaan sih pak?" Tanya Deluna yang baru saja keluar dari dalam mobil.

"Deluna." Gumam cowok itu.

Deluna mengernyit bingung. Darimana cowok itu tahu namanya. Perasaan baru pertama kali bertemu.

"Lo, kenal gue?" Tanya Deluna yang tak ingin terus menebak nebak.

"Eng, enggak. Gue....gue baca badge nama lo." Jawab cowok itu terbata bata. Seperti orang yang sedang berbohong.

Deluna memperhatikan seragam cowok itu. Badge yang tertulis dilengan cowok itu adalah SMA Antariksa. Itu artinya mereka satu sekolah. Tapi kenapa Deluna tak pernah melihat cowok itu.

Rasanya aneh, mengingat cowok itu yang Good looking, harusnya dia populer dong. Tapi kenapa Deluna gak kenal?

"Saya nabrak kucing beneran Non. Dan Kayaknya kita mesti ngurusin kucing itu dulu. Kata orang, pamali ninggalin kucing yang habis ditabrak, takut kualat." Kata Pak Sidik.

"Ya udah, bapak urusin. Saya naik taksi aja." Deluna mengambil tasnya di mobil lalu menyegat taksi yang kebetulan lewat.

...******...

Deluna segera turun dengan semangat 45 sesampainya didepan rumah Manu. Sebenarnya bukan rumah, tapi ruko tiga tingkat yang digunakan Manu sebagai studio foto sekaligus tempat tinggal. Ya, Manu adalah seorang fotografer.

Tok tok tok

"Om Manu....Om.... bukain pintunya dong." Teriak Deluna didepan rumah Manu.

Tok tok tok

"Om Manu.... "

Ceklek

"Baby." Manu terkejut melihat Deluna pagi pagi datang kerumahnya. Gadis itu memakai seragam sekolah, tapi kenapa malah kerumahnya? Selokahannya gak lagi pindah ke rukonya kan?"

"Om Manu, Ish.....bangun tidur kenapa udah ganteng aja sih. Gimana Baby gak makin cinta cobak." Ujar Deluna sambil senyum senyum terpesona. Padahal Manu hanya memakai celana kolor dan kaos oblong. Rambutnya juga masih acak acakan gak karuan, masih aja dibilang ganteng. Fix, cinta emang buta.

"Ini jam sekolah Baby, kenapa kamu malah kesini?" Tanya Manu sambil menghembuskan nafas kasar sambil menggaruk garuk tengkuknya yang tidak gatal.

"Baby telat, jadi bolos." Jawabnya dengan ekspresi yang dibuat seimut mungkin. Siapa tahukan Manu bisa terpesona.

"Astaga baby, gimana kalau daddy kamu tahu?"

"Gak bakal tahu kalau Om gak ngasih tahu." Jawab Deluna sambil menerobos masuk kedalam rumah Manu.

Baby adalah panggilan sayang Manu untuk Deluna. Sayang yang dimaksud, bukan sayang antara laki laki ke perempuan. Lebih kepada sayang seorang om pada ponakannya.

Deluna adalah anak dari sahabat Manu. Usianya 17 tahun, bulan lalu dia baru merayakan sweet seventeen. Manu, dia sudah mengenal Deluna sejak orok, sejak cewek itu baru lahir.

Tapi beda dengan Manu, Deluna menyukai Manu sebagai seorang laki laki. Walaupun usia mereka terpaut 18 tahun, tapi sama sekali tak menyurutkan cinta Deluna.

Berkali kali Deluna menyatakan cintanya pada Manu, berkali kali juga Manu menolaknya. 20 kali Deluna menembak, 20 kali juga Manu menolak.

"Om baru bangun tidurkan? berarti belum sarapan dong. Gimana kalau baby masakin?" Tawar Deluna sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Masak?" Manu speechless.

"Iya, masak."

"Kamu bisa masak?"

"Ngeremehin baby nih. Jangankan masak, jadi istri juga udah siap lahir batin." Goda Deluna sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Ya sudah sana masak. Om mau mandi dulu." Kalau diterusin, Deluna akan makin menggodanya. Lebih baik cewek itu ditinggal mandi aja

"Mau ditemanin gak?"

"DELUNA." Manu menggeram sambil memelototi cewek itu.

"Hahaha.. ....Just kidding." Deluna membentuk huruf V dengan jari jarinya. "Ekspresinya Gitu banget, bikin Baby makin emesh aja, pengen peyuk." Deluna mendekat dan hendak memeluk tapi Manu buru buru mendorong bahu cewek itu.

"Om mandi dulu." Manu segera kabur berlari kelantai atas.

Deluna terkekeh melihat Manu yang salah tingkah. Cewek itu memang tak pernah lelah menggoda Manu.

Setelah Manu naik kelantai atas, Deluna segera menuju dapur. Cewek itu memang sudah sangat hafal dengan bagian rumah Manu. Terlalu sering datang meski selalu berakhir dengan dipaksa untuk pulang alias diusir.

Deluna mengambil ponselnya dan mencari resep masakan di internet. Deluna mana bisa masak. Dia tadi hanya sok sok an bisa, buat menarik simpati Manu.

"Bawang putih, kunyit, lada." Deluna membaca resep bumbu untuk menggoreng ayam. Tadi dia melihat ada ayam di dalam kulkas.

"Astaga, gue gak tahu apa itu lada, kunyit. Susah banget sih cuman mau goreng ayam. Apa gue harus belajar dulu ke Kak Ros ya biar bisa buat ayam goreng yang enak? Kata upin ipin kan ayam gorengnya kak Ros enak. Gak bisa apa ayam langsung dicemplugin ke dalam minyak panas doang?" Deluna bermonolog.

Tak ingin membuang waktu, Deluna segera mengambil ayam di kulkas. Masalah bumbu, dia tak mau ambil pusing. Kasih garam aja langsung goreng.

Huwek Huwek.

Deluna mau muntah mencium bau ayam mentah. Dia segera melemparkan ayam itu ketempat sampah dan memikirkan opsi masakan lain.

Telur mata sapi.

Cerdas kan Deluna. Dia langsung kepikiran masakan itu. Tapi, tunggu dulu.

Sial, Stok telur dikulkas habis.

Deluna mencak mencak, bingung harus memasak apa.

Otak mikir, mikir cepat. Jangan pinter matematika, fisika sama kimia doang. Ayo mikir masakan.

Gara gara sok sok an mau masak, jadi susah sendiri kan?

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Oh sahabat bapaknya Deluna toh, Berarti emang udah tua dong, Cinta emang buta deh..😂😂

2024-05-28

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Umur Manu 35 Berarti,bujang lapuk..

2024-05-28

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

🤣🤣🤣🤣

2024-05-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!