KANGEN

"SORRY, GUE GAK BISA. GUE GAK SUKA SAMA LO. LO SAMA SEKALI BUKAN TIPE GUE."

"Gue gak suka sama cewek sombong, sok kaya, sok cantik kayak lo."

Deluna mematung ditempat. Ucapan Arash terdengar bangai sambaran pertir. Dia mencoba mencerna kata kata Arash barusan. Ya, itu adalah sebuah penolakan. Penolakan secara sadis dan tanpa perasaan.

Dia memang sudah puluhan kali ditolak oleh Om Manu. Tapi tak setragis ini, tak dipermalukan dengan kata kata kasar didepan semua orang.

Sedangkan Arash, cowok itu pergi meninggalkan Deluna tanpa perasaaan. Dia bahkan tak menggubris ucapan teman temannya yang mengatainya macam macam. Mulai dari keterlaluan, gak punya hati, parah lo dan entah apalagi yang keluar dari pada mulut anak Ander.

"Kasihan banget."

"Sumpah, kalo gue sih, malu banget.

"Rasain tuh gimana rasanya ditolak. Selama ini dia kan sok kecakepan, suka sering nolak cowok tanpa perasaan. Karma is real."

"Kalau gue digituin, auto bunuh diri."

Deluna memejamkan matanya mendengar satu persatu cibiran yang dialamatkan padanya. Dadanya sesak, bahkan rasanya dia hampir tak bisa bernafas. Kalau boleh memilih, dia ingin pingsan saja saat ini.

Sari, Hani dan Monic segera menghampiri Deluna dan membawa cewek itu pergi. Mereka yang tidak dibully aja rasanya panas, apalagi Deluna?

"Gimana? udah Ngaku kalah sekarang?" Tanya Selena dengan smirk dibibirnya. "Deluna, Deluna, sekarang lo ngerasain kan, apa itu MALU."

Deluna diam saja, dia masih syok. Dia masih memikirkan apa alasan Arash menolaknya. Bukankah semuanya sudah dibicarakan kemarin. Semua sudah ok. Tapi kenapa endingnya malah kayak gini.

"Diem lo." Bentak Hani.

"Heh, ketua lo itu udah kalah dari gue." Cibir Selena sambil mendorong bahu Hani.

"Bacot." Monic balas mendorong Selena. "Dia belum kalah, waktunya belum selesai. Lo belum bisa bilang Deluna kalah." Serunya yang kesal sekali pada Selena.

"Udah Mon, udah. Ntar lo ikutan gila kalau ngeladenin orang gila." Sari menarik tangan Monic agar tak cari masalah dengan Selena.

Ketiga cewek itu, Sari, Monic dan Hani, membawa Deluna kembali kedalam kelas. Mereka sangat khawatir dengan keadaan Deluna.

"Lun, lo gak papa kan?" Sari sangat khawatir. Dia melihat Deluna seperti hanya diam saja sejak tadi. Padahal Deluna yang dia kenal tak seperti ini. Walaupun Deluna tak menangis, tapi sahabatnya tahu jika cewek itu terluka dan malu.

"Gue ditolak Sar." Lirih Deluna.

"Udahlah Lun, gak usah dipikirin. Ntar kita yang akan bikin perhitungan sama si Arash sialan Gitu." Geram Hani sambil mengepalkan telapak tangannya.

Brakk

Semua mata menoleh saat mendengar suara pintu dibuka kasar. Ternyata Mikail yang datang. Cowok itu tak tahu kejadian tadi karena dia sedang berada diruang Osis untuk mendaftarkan dirinya sebagai calon ketos tahun ini.

"Lun, lo gak papa kan? gue denger dari anak anak ka___."

"Mik, gue mau pulang." Potong Deluna.

"Ya udah, yuk." Sebelah tangan Mikail menyaut tas Deluna dan sebelahnya menggandengan lengan cewek itu.

Sepanjang koridor menuju parkiran, Deluna manjadi pusat perhatian. Sepertinya tim yang bahagia atas ditolaknya dia lebih banyak daripada tim yang merasa iba. Buktinya dia masih terus mendengar julidan dari siswa lainnya.

...*****...

BUGH

Jibril menonjok Arash yang sedang berada di basecamp Ander. Arash yang tanpa persiapan apa apa langsung tersungkur dilantai. Cowok itu mengusap darah yang keluar dari ujung bibirnya sambil tersenyum sinis menatap Jibril.

"Bangun lo." Teriak Jibril yang tampak begitu emosi. Mumpung sekarang lagi dibasecamp, kesempatan Jibril untuk menghajar cowok itu. Kalau dirumah, dia tak mau sampai ketahuan mamanya.

Arash yang baru akan berdiri malah ditendang dengan keras oleh Jibril hingga kembali tersungkur. Arash yang tak terima terus mengumpati Jibril. Dia lalu bangkit dan membalas serangan Jibril. Mereka berdua saling baku hantam hingga membuat teman teman yang awalnya hanya menonton jadi melerai.

"Berhenti woi."

"Berhenti."

Anak Ander mencoba melerai saudara yang sedang berkelahi itu.

"Diomongin baik baik, jangan kayak gini. Kalian saudara." Seru Marco.

"Puas lo." Teriak Jibril sambil mengatur Nafasnya yang masih tak beraturan. "Puas lo setelah balas dendam ke Deluna?"

Mendengar kata balas dendam membuat anak Ander saling tatap satu sama lain. Dendam? Arash punya dendam pada Deluna? Kenapa? Dendam apa?

"Gue yakin semua ini ulah lo. Gue kenal Deluna. Gue tahu cewek seperti apa dia. Dia cewek dengan gengsi tinggi. Gue gak yakin dia mau nembak lo kalau gak ada sesuatu. Dan ini pasti salah satu rencana lo untuk mempermalukan dia, iya kan?" Jibril ingin maju untuk menyerang Arash kembali tapi tubuhnya dipegangi oleh teman temannya.

"Udah Bril, udah."

"Dia itu bajingan." Pekik Jibril yang benar benar udah kehilangan kesabaran.

"Kita tau lo kesel, tapi gak dengan kekerasan jugakan nyelesaiinnya?" Ujar Reza mencoba menenangkan.

"Bajingan lo Rash. Lo itu cuma sampah. Kembali sana ke tempat asal lo." Jibril mengambil tasnya yang tergeletak di lantai lalu pergi meninggalkan basecamp.

Arash masuk kedalam kamar setelah Jibril pergi. Dia terus terngiang ucapan Jibril.

Puas lo setelah balas dendam?

Rasanya tidak, dia bahkan tidak merasakan kepuasan setelah membalas dendam Pada Deluna. Justru kenapa dia merasa hatinya sakit.

"Apa gue udah keterlaluan?" Arash bermonolog sambil memegangi kepalanya. Cowok itu mengambil sesuatu dari dalam laci nakasnya. Sebuah foto, foto Deluna kecil yang masih dia simpan sejak dulu. Foto itu tak pernah disentuh lagi sejak dia pindah ke Itali.

Memorinya kembali berputar Kemasa lalu. Masa masa SD dimana setiap saat dia memperhatikan wajah Deluna sambil senyum senyum sendiri. Dimana setiap saat, dia selalu memikirkan ingin memberi apa pada gadis kecil itu untuk mendapat simpatinya.

Setiap pagi dia akan bersemangat berangkat sekolah agar bisa bermain bersama Deluna. Walau endingnya, Deluna tak pernah mau bermain dengannya.

"Deluna, kalau besar nanti, kamu mau menikah denganku gak? kayak gini." Arash menunjukkan foto pernikahan mama dan papanya pada Deluna.

"Emang kalau udah gede harus menikah ya? Aku gak ngerti." Tanya gadis kecil yang masih polos itu.

"Kata namaku iya. Mau ya Deluna menikah sama aku?"

"Gak mau, Kamukan jelek. Nanti aku malu kalau difoto kayak gini." Deluna menunjuk foto pernikahan orang tua Arash.

"Aku cantik, kamu jelek, gendut , gak cocok. Aku mau nikah sama Om Manu aja kalau udah gede. Diakan ganteng, kayak prince."

"Kalau aku berubah ganteng, kamu mau gak?"

"Hahaha..... mana bisa kamu ganteng. Kamu kan jelek. Lagian kamu power ranger bisa berubah?"

"Aku itu princess, jadi mau menikah sama prince kayak dicerita dongeng. Masa aku menikah sama bola? Hahaha."

...*****...

Arash tak bisa konsentrasi saat Pak Ronald guru fisika tengah menjelaskan materi. Dia hanya sibuk menatap bangku Deluna yang kosong sejak kemarin. Ya, sudah dua hari gadis itu tidak masuk sekolah.

Tiap hari cowok itu stalking IG Deluna, berharap ada instastory yang membuatnya tahu kenapa gadis itu tidak sekolah. Tapi nyatanya gadis itu tak pernah online.

"Mon, Deluna kenapa gak masuk sekolah dua hari?" Tanya Arash pada Monica saat bel istirahat baru berbunyi.

"Ngapain nanyain dia?" Jawab Monic jutek.

"Dia sakit." Sahut Hani yang tak sengaja mendengar pertanyaan Arash.

"Sakit apa?"

"Sakit hati karena ulah lo." Jawab Hani sambil mendorong kasar pundak Arash.

"Hei cowok sok kegantengan, sok paling kaya, sok paling hebat. Lo pikir dengan semua itu lo bisa seenaknya sama cewek?" Maki Hani dengan suara lantang hingga atensi seluruh anak kelas tertuju pada mereka.

"Lo bakal nyesel karena udah nolak Deluna."

"Udah Han udah. Yuk kekantin aja." Sari menarik lengan Hani, mengajaknya keluar karena keributan itu sudah mulai menarik perhatian.

"Yuk, Lagian gue gedek ngelihat muka cowok sok yess ini." Hani mengepalkan tangannya lalu pergi bersama Sari dan Monica.

Arash mengambil ponselnya, mencari nomor wa Deluna di grup kelas. Tapi ternyata HP cewek itu tidak aktif.

"Lo kenapa gak masuk Lun? gue kangen." Gumam Arash dalam hati.

...*****...

***Sorry karena kemarin gak up. Author lagi ditempat yang sedikit susah signal. Lagi mudik ke kampung halaman.

Jangan lupa like, KOMEN dan hadiah buat Author. Besok jangan lupa vote nya***

Terpopuler

Comments

DozkyCrazy

DozkyCrazy

gelleh

2024-05-27

0

😍wike😍

😍wike😍

kok aku nangis ya di part ini

2023-09-10

0

Bidari Maulida

Bidari Maulida

😭😭😭😭 sakit kali thor.

2023-06-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!