"Ini sudah sore, ayo kita pulang ke mansion," ajak abangnya.
"Iya."
"Eh, itu apa?" Sang Abang pun melihat Humaira memeluk buku tebal.
"Buku diary Kakek, Bang. Mau aku baca, jadi mau aku bawa," jawab Humaira.
"Oh, kalau entar udah selesai baca, kita baca gantian ya?"
"Oke."
Dua beradik kakak itu pun keluar dari rumah tua, mereka menutup jendela, pintu dan menghidupkan lampu bagian dalam dan luar rumah itu. Biasanya, rumah ini sering di kunjungi oleh Kakek, tetapi sekarang kakek sudah tiada. Dulu, waktu mereka kecil, rumah ini adalah tempat paling ternyaman bagi mereka untuk bermain.
Tak lama, mereka sampai di rumah, Humaira langsung ke kamar dan mandi, begitu pula dengan kakak laki-lakinya itu, usai membersihkan diri, mereka kumpul bersama di ruang makan, karena ayah mereka juga sudah pulang kerja.
"Bagaimana hari-hari kalian?" Sang ayah memulai obrolan.
"Menyenangkan Pa, karena kami diliburkan hari ini, aku dan Abang memilih pergi ke rumah kakek, sudah agak berdebu karena sudah beberapa bulan ini tak ada yang berkunjung," urai Humaira.
"Oh, kalian sering-seringlah berkunjung kalau begitu."
"Iya, Pa. Oh ya, rencananya aku mau renovasi ulang rumah kakek, perbaiki beberapa yang lapuk, cat baru biar terang dan lain-lainnya," jelas Humaira.
"Baiklah, tapi jangan terlalu banyak yang di rubah Sayang."
Mereka pun makan malam, berbincang hangat, kemudian melanjutkan aktivitas masing-masing. Begitupula dengan Humaira, setelah makan dan mengobrol dengan keluarga, dia pun masuk ke dalam kamar dan kembali membaca diary sang kakek.
***
Diary Kakek •••
Hari ini, Ari bersama adik-adiknya pergi ke rumah Nelma. Kedatangan mereka benar-benar kejutan, apalagi dengan tujuan Ari datang kemari.
“Hari ini saya datang berniat meminang putri Bapak dan Ibu, jika kalian berkenan,” ucapnya santun.
Bukan hanya Nelma dan orangtuanya saja yang terkejut, namun juga adik-adik Ari. Semalam dan pagi ini, dia tidak menjelaskan apapun pada mereka, hanya diminta menemaninya ke rumah Nelma.
“Tuan Muda, apakah ini benar?” tanya Ibu Nelma antusias.
“Ya, Bu. Saya sangat serius. Pertama kali bertemu Nelma saya merasa nyaman, dia baik membuat saya merasa tenang. Dia terlihat seperti wanita rumahan. Aku menyukai itu," ujar Ari.
Pinangan Ari tentu saja di terima oleh keluarga Nelma, apalagi Nelma sendiri sangat senang mendengar lamaran itu. Tetapi tidak dengan Hardi, ia merasa patah hati dengan sangat. Hatinya benar-benar hancur. Berita tentang lamaran Ari pada Nelma menggemparkan di desa.
Ari pun menikahi Nelma dengan acara sederhana, ia beralasan sangat sibuk, tidak bisa merayakan pesta pernikahan dengan meriah. Pernikahan Ari dengan Nelma membuat kepercayaan rakyat semakin tinggi padanya, hingga ia mudah membangun apapun di desa.
Hardi dengan wajah sedih mendatangi tempat mereka menikah, Ari menyunggingkan senyum kemenangan dan liciknya pada pria itu.
***
Seminggu sudah mereka menikah, Ari memutuskan tidur di Villa miliknya bersama adik-adiknya, ia tidak tidur sekamar dengan Nelma. Membiarkan Nelma menghabiskan waktu bersama orangtuanya. Ia beralasan agar Nelma melepaskan rindu kepada kedua orangtuanya karena ia akan di bawa ke kota.
Beberapa hari kemudian, Ari beserta adik-adiknya kembali ke kota dengan membawa Nelma.
“Aku pergi dulu, Bu, Yah.” Nelma memeluk kedua orangtuanya.
“Patuh, hormati dan cintai suamimu, Nel,” petuah Ayahnya.
“Jaga diri baik-baik di sana, jangan sampai sakit,” sambung Ibunya.
“Iya." Nelma mengangguk, lalu membalik badannya, bergabung bersama Ari dan adik-adiknya.
Mereka pun melakukan perjalanan beberapa jam.
Setelah beberapa jam berlangsung, mereka sampai di rumah yang sangat besar. Nelma terpana melihat rumah besar itu, sangat besar, seperti istana. Bahkan mulutnya sampai ternganga.
“Susi!” Ari memanggil seorang pelayan.
“Iya, Tuan Muda.” Seorang pelayan bergegas mendekat.
“Bereskan gudang, suruh dia tidur di sana.” Ari menunjuk Nelma.
Vilzha hendak menjawab namun Hasan menatapnya tajam, begitu pula dengan Rasyid menggelengkan kepalanya. Akhirnya gadis itu terdiam.
‘Untuk apa menikah? Jika akan menyiksanya?’ Semua adik-adiknya berpikiran seperti itu.
Nelma tersenyum, baginya tak masalah, ia tidur di gudang, di gubuk derita sekalipun, asalkan ia bisa melihat wajah pria yang baru saja menikahinya.
“Mari, Nona,” ajak Susi sang pelayan.
Susi membawa Nelma ke gudang yang berada di samping dapur. Ia membantu Susi berkemas, merapikan kasur usang itu.
“Nona Muda yang sabar, ya,” ucap Susi lirih.
Semua orang di rumah ini sudah tahu jika Ari menikahi wanita di desa, walaupun pernikahan itu dirahasiakan tak diumumkan pada publik. Mereka berpikir jika Tuan Muda mereka menghamili gadis desa, lalu terpaksa menikahinya. Mereka juga tahu kalau Ari sangat kejam dan memiliki banyak wanita untuk bersenang-senang.
Nelma tersenyum mendengarnya, ia tak terlalu mengerti apa yang dikatakan pelayan itu. Yang ia pahami sekarang, ia adalah istri pria yang ia sukai sejak lama. Ia sangat bahagia.
“Nona, silahkan istirahat dulu. Jika mandi, kamar mandinya ada di sebelah, soalnya ruangan ini tidak ada kamar mandi di dalamnya,” jelas Susi.
“Iya, di desa aja mandi ke sungai kok, Bi. Jadi jangan sungkan, gak apa-apa,” jawab Nelma.
“Kalau begitu, saya permisi dulu, Nona. Ingin melanjutkan pekerjaan saya yang tadi.” Susi sang pelayan pun berpamitan.
“Iya, Bi. Makasih."
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
D'Roman Djam
eh! iya juga ya. pembeljaran pkk skrg mah udah gak ada lgi. kmi dlu mana ada diksih skokh uanh.modal sendiri kami iuran. bawa beras bawa cabe dikit sorang.
2020-09-27
6
Pentol2 🤗
Eh? sekolahnya ngasih uang 100.000 nih? Wah, enak dong
2020-09-26
2
Radin Zakiyah Musbich
saya mampir,
sekalian ijin promo ya thor.... 😁
jangan lupa mampir di novelku dg judul "AMBIVALENSI LOVE"
kisah cinta beda agama....
tinggalkan jejak ya 🥰🥰🥰
2020-09-11
2