Toktoktok! Toktoktok! Suara pintu kamar Aira di ketok dari luar.
“Iya, sebentar ya bi, aku lagi pakai baju nih.” sahut Aira dari dalam kamar.
Beberapa menit kemudian, Aira selesai memakai bajunya dan membuka pintu kamar.
"Tu..Tuan Muda, silahkan masuk. Ada perlu apa Tuan Muda?"
Arnel masuk dan duduk di kursi belajar Aira sambil mengetuk-ngetuk meja belajar Aira pelan.
"Aku cuma mau ingetin kamu, jadi cewek itu jangan kecentilan dan gak usah lengket-lengket dengan Yangki, dia itu cowok dan kau itu cewek!"
"Dan... aku akan satu kelompok kemah denganmu, jadi kamu siapkan semua keperluan ku. Pergilah kekamarku setelah kamu membereskan semua peralatan mu, ada Bi Susi juga disana."
"Baiklah Tuan Muda."
Tidak lama kemudian Aira memasuki kamar Arnel dan memeriksa semua barang bawaan yang telah disiapkan bi Susi. Selimut, jaket, P3K, obat nyamuk, minyak telon dan lainnya. Setelah membereskan semuanya, bi Susi memakaikan sepatu Tuan Muda Arnel.
"Dasar manja, sudah besar pakai sepatu saja tidak bisa! dan masih merepotkan bibi saja," Aira bergumam dalam hati.
Tentu saja hanya berani bergumam dalam hati, jika sampai terdengar akan membangunkan singa lapar yang akan merepotkan.
"Kenapa kau masih berdiri disana dan memandangku? cepat bereskan semua barangku cewek desa!"
"Semuanya sudah siap Tuan Muda."
"Baiklah kalau begitu, Bi siapkan sarapan!"
Di meja makan...
Arnel duduk ditengah antara Ari dan Sekretaris Zack, disusul dengan Aira duduk disamping kanan Ari. Begitu pula dengan bi Susi segera meletakan susu panas dan nasi goreng untuk Tuan Muda Arnel dan Nona Muda Aira.
"Bagaimana persiapan barang-barang bawaannya kesekolah?"
"Semuanya sudah disiapkan paman, barang-barang milik Tuan Arnel juga sudah disiapkan."
"Tuan?" Ari mengernyitkan keningnya.
"Arnel sekarang kalian sudah besar kenapa masih memakai kata tuan, itu terdengar tidak akrab, seharusnya kalian memanggil nama saja."
"Ah, tidak apa-apa paman, aku lebih suka dengan panggilan ini. Teman- teman dikelas juga memanggil begitu."
Ari hanya menghembuskan nafas panjang, dia berharap agar mereka berdua lebih akrab tanpa ada rasa batas. Tapi, putra semata wayangnya selalu memberi batas kepada Aira seperti majikan dan pekerja.
"Oh ya, nanti kamu jaga Aira baik-baik ya disana!"
"Kenapa harus aku? dia bukan anak kecil lagi yang musti dijaga, dan aku bukan pembantunya."
"Dasar bocah ini!" ( Ari memukul pelan bahu putranya)
"Dia itu wanita, nanti kalian semua akan berkumpul dan berbaur bersama antara laki-laki dan perempuan, walaupun ada Guru Pembimbing tetap saja kalian semua para remaja berdarah muda,"
"Darah muda itu penuh gejolak, puber itu kadang berbahaya kalau ada kesempatan."
"Berbahaya?" tanya Arnel kaget.
"Iya, saat laki-laki ataupun perempuan dalam masa puber, pandangan mereka sering terlena terkadang untuk menemukan jati diri sendiri dan tidak bisa membedakan yang baik lagi benar."
"Semua laki-laki terlihat tampan dan gagah, semua perempuan terlihat cantik dan sexsy, senang berhias agar terlihat tampan dan cantik, senang bergaul dengan lawan jenis,"
"Hm.. terkadang ada yang bisa dan tidak bisa mengontrol diri."
"Mengontrol apa?"
"Mengontrol tindakan yang belum pantas dilakukan seperti menyentuh, memeluk dan mencium lawan jenis."
"Oh, itu namanya puber? berarti perbuatan seperti itu berbahaya?"
Cih, dasar laki-laki sampah!, kemarin dia menyentuh tangan cewek desa. Awas saja kamu!" gumam Arnel dalam hati mengingat saat Yangki menarik tangan Aira kebangku taman.
Sebenarnya maksud Ari bukan menyentuh seperti itu, maksudnya menyentuh dalam tindakan tidak wajar. Tapi, putra semata wayangnya telah berasumsi berlebihan.
Mereka akhirnya selesai sarapan dan sibuk dengan urusan masing-masing. Ari dan Sekretaris Zack pergi kekantor begitu juga Arnel dan Aira diantar oleh Pak Tanto kesekolah.
Murid-murid sudah ramai berkumpul dihalaman sekolah, mereka membentuk kelompok masing-masing sesuai dengan pembagian kelompoknya.
Arnel dan Yangki saling bertatap tajam seperti dua pedang yang bersilang yang ingin saling membunuh lawan. Bagaimana tidak, Yangki telah meminta guru memindahkan Arnel ke kelompok yang lain, tapi guru tidak mengindahkan.
Masing-masing kelompok mereka membuat kemah-kemah menjadi dua untuk perempuan dan laki-laki agar bisa tidur terpisah. Setelah membuat kemah, mereka semua dikumpulkan dan mendengar arahan dari Kepala Sekolah dan perwakilan Guru Pembimbing.
Acara pertama dari penutupan MOS ini dimulai dari pertandingan menari dan melukis, dilanjutkan dengan tarik tambang, dan memasak bersama hingga makan bersama.
Sorenya dilakukan pertandingan volly dan sepak takraw. Pertandingan volly ini juga membuat kehebohan gara-gara team Yangki melawan team Rido.
Mungkin masih dendam dengan masalah kemarin, Rido seolah sengaja memukul bola dengan kuat kearah Yangki terus menerus. Tapi, Yangki sangat jago bermain volly dari dulu. Dia menangkis bola dari Rido dan membalas kembali pukulan bola ke arah lawan dengan lincah.
Rido tersulut emosi bukan main, awalnya dia hanya ingin memberi pelajaran dengan memukul bola ke arah Yangki, dia tidak menyangka mendapati lawan yang tangguh. Selama ini dia yang paling jago bermain volly di sekolahnya yang dahulu.
Rido bermain dengan sangat serius tapi Yangki masih bisa menangkis setiap serangan bola yang dipukul oleh teamnya, dan team Rido kalah selisih point tiga dari Yangki.
Rido tidak terima dan mengatakan wasit curang dan ingin bertanding kembali, pertandingan menjadi ricuh dan mereka saling pukul memukul.
"Hei, kalau kalah sportif dong, ini cuma pertandingan persahabatan," Ucap salah seorang team dari Yangki.
"Kalian jangan sok dan bangga dulu, kalian tidak tau Tuan Muda Rido selalu menang dan juara dalam team volly dengan kami, kalian pasti curang."
"Ya, kalian menyogok wasit berapa?" timpal team Rido yang lain.
"Benar-benar bocah, sudah kalah tidak mau mengakui dan menuduh orang lain curang," balas team Yangki.
"Kau, berani sekali berbicara begitu kepada Tuan Muda Rido!"
"Siapa peduli, aku tidak takut padanya," jawab Yangki dengan sinis
"Brengsek, kau pikir aku juga takut padamu!
Brugh!!!
Prak!!!
Bugh!!! “Auwwchh...”
Pukulan demi pukulan, team Rido dan team Yangki saling memamerkan kehebatan kekuatan lengan dan tinju mereka masing-masing. Semua murid yang berada disekitar sana berlari menghindar dan sebagian melaporkan kepada guru pembimbing.
Aira masih terdiam berdiri melihat mereka berkelahi dan menutup matanya, tiba-tiba tangannya ditarik oleh Arnel.
"Apa kau sedang menunggu pukulan tanpa arah kearahmu? kenapa kau masih berdiri disana? kau berharap teman laki-laki sampahmu itu menang?"
"Maaf, bukan begitu Tuan Muda. Aaa..akuuu.."
"Aku apa?
"Bisakah Tuan Muda melepaskan tanganku? tanganku terasa sakit."
"Aduuhh sakitnya tanganku, apa Tuan Muda marah karena aku menonton pertandingan volly Yangki ya? tadi pagi dia melarangku agar tidak dekat dengan Yangki selama acara penutupan MOS ini. Dia seperti meremas tanganku dengan kuat." gumam Aira dalam hati.
"Hah? Dia bilang tangannya sakit karena aku memegang tangannya? lalu, kemarin saat laki-laki sampah itu menarik tangannya dia tidak merasa sakit sama sekali? Kurang ajar sekali cewek desa ini." dongkol Arnel dalam hati.
Plak! Arnel menepuk kuat bahu Aira dengan memelotot.
"Awuchh!" Ringis Aira mengelus bahunya.
"Berani sekali kau melawan dan menjawab perkataan ku?"
"Maaf Tuan Muda, saya tidak berani lagi."
"Kamu disini saja, tunggu guru menyelesaikan perkelahian mereka."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Reanza
lanjut baca
2021-06-16
0
Mey Ra
jadi ke inget cinta monyet dlu...🤣🤭🤭
2021-03-30
1
chonurv
taman kenangan
2020-09-08
0