Pemuda bertubuh besar dan tinggi datang bersama rombongannya, dia adalah Niko Wakil Ketua OSIS. Dia dikenal sangat tegas, bahkan hampir semua murid di SMP ini takut kepadanya, bukan hanya karena tubuhnya yang besar dan kekar, akan tetapi dia anak yang pintar dan anak dari salah seorang konglomerat dinegara ini. Dia hebat silat dan juga ikut pelatihan tinju.
"Apakah kalian ingin menjadi jagoan?"
Semua hanya diam berbaris berjajar dengan rapi yang disusun oleh dua pemuda lainnya, Niko terus bertanya kepada mereka tetapi mereka masih diam. Niko menampar mereka semua satu persatu, mereka semua hanya bisa mengeraskan rahang menahan perih di pipi.
"Apakah kalian tuli? atau kalian bisu? dimana rasa jagoan kalian tadi?"
Niko memukul perut salah seorang team Rido. " Auchh...." dia meringis menahan sakit diperutnya.
"Maaf kakak senior, kami tidak akan berkelahi lagi." jawab Rido sebagai pemimpin team.
Seorang pria tampan berwajah tirus, memakai kacamata dan jam tangan ditangannya. Berjalan mendekat kearah mereka dengan aura yang mengintimidasi.
"Apakah kalian tau dengan kesalahan yang kalian perbuat?"
Pertanyaan itu seperti anak panah menancap otak mereka. Dia adalah Ketua OSIS namanya Eri, dia dikenal dingin dan pendiam sangat jarang berbicara. Entah kenapa dia bisa terpilih menjadi Ketua OSIS, apakah karena dia pintar atau wajahnya yang tampan membuat mata lawan jenisnya berbunga-bunga di masa pemilihan saat itu.
"Jawab!" hardik Niko.
"Maafkan kami kakak senior, kami semua bersalah, kami telah membuat rusuh dan membuat pertandingan persahabatan ini menjadi berantakan. Kami tidak akan melakukannya lagi." jawab Yangki mewakil seluruh team yang berkelahi hari ini.
"Baiklah karena kalian telah mengakui kesalahan kalian, kami tidak akan memperpanjang permasalahan ini ke Guru Pembimbing, cukup kami yang akan menghukum kalian." ucap wanita cantik yang tinggi dan montok yang berdiri disamping Ketua OSIS.
Dia adalah bendahara OSIS namanya Niken, dia sepupu Niko dia juga hebat silat dan ikut pelatihan tinju bersama Niko. Wajahnya imut dan cantik, bertubuh tinggi dan montok, rambut panjang berikat kuncir tinggi.
"Sekarang kalian push up 200x masing masing dan mengangkat semua barang-barang itu kemeja sekretaris OSIS." ucapnya sambil menunjuk barang dan tempat sekretaris berada sekarang.
Beberapa murid kelas dua membawa beberapa bangku kehadapan rombongan OSIS itu. Entah mereka sedang mencari muka, atau karena takut dengan Niko atau memang mereka sangat pengertian.
Eri duduk terlebih dahulu dan diikuti Niko dan lainnya, sedangkan Niken berdiri dihadapan mereka yang sedang push up. Seseorang memberi penggaris kayu yang panjang 60cm kepadanya, dia mengambil dan tersenyum licik kearah mereka.
Mereka satu persatu dipukul dengan penggaris itu bagi siapa yang push up nya tidak benar dan berhenti. Jika tidak benar akan diulang kembali dari hitungan 1 sampai 200x.
"Wajah imut dan cantik tidak mengubah kekejamannya," gumam salah seorang dari mereka dalam hati.
Diantar mereka semua hanya Rido dan Yangki yang melakukan Push up dengan benar, dan mereka tidak merasakan penggaris melayang ke tangan dan kaki mereka.
"Kalian berdua antar mereka dan bagi barang yang akan mereka bawa ke tempat sekretaris dan awasi mereka, pastikan mereka yang mengerjakannya,"
"Kami akan mengawasi mereka dengan benar kakak."
Rido dan Yangki mengangkat barang-barang itu ketempat yang diperintahkan, sungguh melelahkan bagi mereka. Mereka dua orang Tuan Muda dari keluarga terpandang, tidak pernah mengangkat barang-barang bahkan mereka selalu dilayani dirumah mereka masing-masing.
Rido mengeluh karena barang-barang ini banyak dan seharusnya bukan hanya mereka saja yang melakukan tapi yang lain bisa membantu. Tapi, murid lain membantu mereka akan dipastikan Niko dan Niken akan memberikan hukuman untuk mereka.
Yangki hanya diam saja, walau sebenarnya dia ingin mengeluh tapi dia menyadari kalau mereka bersalah. Yangki tidak terlalu egois seperti Tuan Muda Arnel dan Rido.
Rido berjalan lunglai dan malas-malasan melihat masih banyak menumpuk barang yang harus mereka semua pindahkan, walaupun semua yang dihukum dibagi tugas sama rata, tetapi tetap saja barang itu menggunung.
Rido menendang kardus berat yang entah apa isinya didalam itu, dia kesal karena sangat berat. lalu, dia menendang kardus yang lebih kecil disebelahnya. didalam kardus itu keluar satu buah bola kaki dan menggelinding tepat ke panggul Una.
Una adalah bendahara kelas Rido, Rido kaget dan sedikit malu. Awalnya dia ingin minta maaf, tapi mulut pedas Una sangat luar biasa yang membuat Rido mengurungkan niatnya.
"Dasar Laki-laki tukang bikin onar, gak dikelas, gak di acara tetap saja bikin onar. Wajar aja kamu dihukum, kamu itu yang memulai duluan perkelahian ini. Jelas-jelas Yangki yang menang tapi tidak mengakui."
"Udah ngomongnya?"
"Udah, Kenapa emang?"
Rido kesal bukan main mendengarnya, lagi-lagi Yangki yang dipuja semua orang bahkan wanita yang disukainya pada pandangan pertama juga memuji laki-laki yang memukulnya saat itu. Wanita itu adalah Una, dia tertarik saat pertama kali bertemu dikelas saat itu.
Akhirnya semua barang telah dipindahkan, mereka bersandar kelelahan, meminum air mineral yang diberikan sekretaris OSIS kepada mereka.
"Karna semuanya sudah selesai, sekarang kalian pergilah mandi dengan yang lain karena nanti malam kita akan melanjutkan permainan," ucap sekretaris cantik berkulit eksotis itu.
Malam harinya semua murid melakukan permainan lempar tanya jawab dan teka teki beserta balasan pantun, siapa yang kalah akan dihukum bernyanyi atau berjoget ditengah lingkaran siswa.
Malam ini berjalan dengan lancar, tidak ada murid yang rusuh. Acara malam ini berjalan bahagia. Tapi tidak dengan Arnel yang dongkol sedari tadi menatap dua remaja diseberang sana.
Tentu saja itu Yangki dan Aira, Aira melihat dan meraba memar yang ada ditangan dan diwajah Yangki karna perkelahian tadi sore.
"Apa sangat sakit?"
"Tidak apa-apa Ra, namanya juga laki-laki."
Aira menjewer telinga Yangki "Oh kalau laki-laki berkelahi terus ya, nanti kalau wajahmu hancur kamu tidak dikejar-kejar cewek lagi, kamu akan jomblo seumur hidup."
"Hahaha... Tidak apa-apa, asalkan kita masih bisa berteman."
Percakapan mereka terhenti karena bola berhenti tepat di hadapan Yangki, dan gumpalan tali pandu tepat berhenti didepan Arnel. Mereka berdua diberi pertanyaan yang sama
"Dia panjang dan sebesar genggaman tangan mempunya dua biji, jika masuk kedalam tempat gelap dia akan hidup, Benda apakah itu?"
Arnel mengernyitkan keningnya "Benda apa yang hidup sama biji?" pikirnya.
"Senter Kakak senior" jawab Yangki.
"Benar, sekarang Arnel yang kalah, silahkan bernyanyi atau menari, boleh membawa temannya atau sendiri."
Arnel berdiri dan menatap kearah Aira, lalu dia berjalan dan menarik tangan Aira ketengah.
"Aku akan menari dengannya"
"Baiklah, hidupkan musik!” perintah Kakak senior itu pada temannya yang menyetel musik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
chonurv
Aira anak baik yang patuh. tapi bener sih sekarang fokus dulu ke sekolah biar pikirannya nggak dewasa sebelum waktunya.
2020-09-12
3
Priska Anita
Nyimak disini juga thor 💜
2020-08-30
1
Yhu Nitha
like2
2020-08-30
1