Attention Please! Cerita ini hanya fiktif belaka 😄
"Berarti kau benar-benar orang yang waktu itu aku lukai ya? Skill-mu lumayan juga ternyata untuk melawanku yang sudah bertahun-tahun berada di dunia bayangan," puji Han sambil ikut memandang laptopku.
"Karena kau sudah tahu itu suara siapa, langkah selanjutnya kita harus ke kantormu." Aku mencoba mengalihkan topik.
"Baiklah, aku ikuti alurmu mengubah topik. Tapi, kantor itu ditutup semenjak aku pergi."
"Bagus kalau begitu, berarti tidak ada kegiatan lagi yang mengeluarkan sampah," ujarku tetap fokus pada laptopku.
"Kenapa kau semangat dengan sampahnya?" Tanya Han.
Kenapa Han bertanya seperti itu? Aku bukan orang yang reflek menjelaskan tujuanku, apalagi disaat seperti ini. "Nanti juga kita tau, kau punya pinset tidak?" Tanyaku.
"Untuk apa?" Tanya Han menatapku.
"Ya, pinjam saja kalau punya."
"Coba kucari dulu di kotak P3K."
Aku hanya mengangguk saat Han sudah berjalan ke dapur, aku kembali pada laptopku.
"Ini," ucap Han sambil memberiku barang yang kuminta.
"Baiklah, terima kasih. Mau berangkat ke kantor sekarang?" Tanyaku pada Han yang baru saja duduk.
"Ck, nanti saja. Tunggu Nenek pulang," jawab Han benar-benar ketus.
Aku kan cuma nanya, jawabnya biasa aja kali hewan. Sabar Blyss... "Hubunganmu dengan Yura bagaimana kabarnya?" Tanyaku agar aku tidak terlarut-larut dalam kekesalanku.
"Seminggu lalu kami hilang kontak," jawabnya sambil menyalakan TV.
"Berarti kalian sempat dekat lagi ya?"
"Pemanfaatan," jawab Han kesal dan singkat.
"Aku tertawa di atas penderitaanmu," jawabku sambil makan camilan dengan santai. "Kau tidak memberi pembelaan waktu kau dituduh?"
"Untuk apa? Kalau media masa sudah dihasut ya pembelaan tidak akan berkesan," jawab Han.
"Iya juga."
"Oh ya. Bagaimana dengan lukamu waktu itu?" Tanya Han.
"Itu sudah kering," jawabku, Han malah menarik tanganku yang dilukainya waktu itu. "Sakit bodoh."
"Hanya memastikan," ucap Han sambil melepas tanganku setelah dia melihat lukanya benar-benar membekas di lenganku dengan senyum puas.
Kenapa aku harus menolongnya? Tapi ini demi memasukkan Tuan Hoke ke penjara. "Kau bisa sakit juga ya ternyata."
"Itu terjadi kadang-kadang," jawab Han kesal.
"Iya-iya."
Tak lama kemudian nenek datang, kebetulan sekali kami sedang buru-buru.
"Nenek kemana saja?" Tanya Han setelah nenek membuka pintu.
"Biar nenek duduk dulu," ucapku menyela.
Nenek tersenyum lalu duduk di sofa sebelahku.
"Han, Papamu sedang sakit sekarang," jawab nenek sabar.
"Nenek tadi ke sana?" Tanyaku duluan.
"Iya Blyss."
"Sebaiknya kita berangkat sekarang Blyss." Ajak Han tiba-tiba lalu pergi ke kamarnya
"Kalian berdua mau ke mana?" Tanya nenek.
"Kami mau ke kantor Han nek," jawabku, lalu berlari menuju kamar untuk mengambil barang-barangku.
Saat aku kembali dari kamarku, Han sudah duluan ada di sofa sambil memakai sepatu.
Aku duduk di samping nenek lalu memakai sepatuku juga, setelah itu memasukkan hp dan laptopku ke dalam tas.
"Kalian berdua hati-hati ya, semoga masalah ini cepat selesai," doa nenek memandangku dan Han bergantian.
"Iya nek, nenek jangan mengkhawatirkan kami ya. Jaga kesehatan nenek," ujar Han berdiri lalu keluar rumah, aku mengikutinya dari belakang bersama nenek.
Setelah pamit kami berdua masuk ke mobil masing-masing lalu berangkat, sesuai rencana, kami pergi ke rumah Han dulu, Han ada keperluan katanya. Setelah itu kami berdua ke rumahku, Han menyarankan menggunakan satu mobil saja agar mudah, setelah dari rumahku kami menuju rumah orang tua Han untuk mengambil kunci kantor.
Aku pikir pengambilannya akan dengan izin orang tua, setelah di halaman rumah aku dilarang Han untuk ikut ke dalam rumah, aku curiga dengan hal ini.
"Kau tidak membiarkanku ikut masuk, karena kau tidak izin mengambil kunci ini ya?" Tanyaku saat Han sudah kembali.
"Tentu saja. Jika izin akan lama, lagi pula papa sedang sakit. Biar istirahat dulu saja." Jawabnya tanpa rasa bersalah sambil menjalankan mobilnya
Itu tidak salah juga. "Terserah kau saja." Sahutku memandang keluar mobil.
11:00 AM
Kami sampai di kantor Han dengan cepat, keadaan kantor Han sepi, sepi sekali.
Kurasa ini akan selesai dengan cepat. Semoga iya tuhan. "Untunglah sepi."
"Memangnya siapa yang kau pikir ada di sini?" Tanya Han mengikutiku dari belakang menuju pintu utama kantor.
"Orang yang ingin tahu tentang keadaanmu sekarang mungkin?"
"Siapa? Paparazi?" Tanya Han sambil membuka pintu kantor lalu menoleh ke arahku
Aku hanya berdehem sambil manggut-manggut saat Han menoleh ke arahku.
Setelah pintu dibuka aku langsung mengeluarkan sifat asliku di dalam kantor (kelakuan monyet yang kawin dengan gorila).
"Hati-hati saja bisa tidak?" Tanya Han sambil mengikutiku dari belakang menuju ruangan pribadi Han.
Setelah sampai aku memakai sarung tangan karet lalu membuka berkas yang ditanda tangani oleh Han gadungan. Aku memastikan bahwa pulpen yang digunakan benar-benar pulpen dengan tinta biru.
"Lihatlah, tinta pulpennya warna biru. Kau pernah bilang bahwa kau tidak pernah memakai pulpen yang tinta nya warna biru bukan?" Tanyaku pada Han yang baru saja masuk keruangan.
"Iya, kau memperhatikannya?" Tanya Han.
"Maaf."
"Untuk apa meminta maaf?" Tanya Han tersenyum tipis di depanku.
"Tidak," jawabku dengan wajah yang datar tapi jantungku hampir lompat rasanya.
Sekarang aku benar-benar panik, tapi memangnya kenapa jika aku benar-benar menyukainya? Apa ada masalah jika aku menyukai Han? Kenapa aku sepanik ini? Melawan 3 orang sekaliguspun aku tidak seperti ini. Sudahlah.
"Yasudah," sahut Han menaikkan alisnya.
Setelah mengembalikan berkas ke tempatnya, aku menuju tempat sampah di ruang itu.
"Ini satu-satunya tempat sampah di ruangan ini kan?" Tanyaku.
"Iya," jawab Han mendekat.
Saat aku buka tempat sampahnya, aku bahagia mendapat apa yang aku cari.
"Dapat," ucapku sambil mengambil sepasang sarung tangan karet dan sebuah pulpen.
"Itu yang kau cari?" Tanya Han tepat di sampingku.
"Iya, benar," jawabku sambil tersenyum bangga.
"Baiklah, kau sangat pintar, Nona," komentar Han.
"Terima kasih," jawabku lalu menggoreskan pulpen itu, dan benar itu pulpen tinta biru yang sama yang dipakai untuk tanda tangan.
"Sepertinya, orang yang disuruh Yura untuk memalsukan tanda tangan tidak sepenuhnya bekerja sama kepada Yura," ucapku sambil tersenyum.
"Pak Zerl itu sudah lama bersamaku."
"Bagaimana dengan keluarga pak Zerl?"
"Sudah berkeluarga, dan punya 3 anak, orang tuanya pun masih hidup. Dan itu jadi tanggung jawabnya."
"Pantas dia mau melakukan ini. Secara, manusia mana yang menolak uang imbalan atas pekerjaan seperti ini. Tapi aku bangga pada pak Zerl," ucapku sambil memasukkan selop tangan pulpen ke dalan plastik khusus.
"Pak Zerl punyaku, kau bangga padanya seakan-akan dia bekerja untukmu," kesal Han.
"Up to you brow." Aku segera menggendong tasku. "Kau mau tinggal di sini dulu? Aku tunggu di mobil kalau begitu," ledekku sambil berjalan keluar.
"Heh."
Han ternyata tidak ingin tinggal di sini tanpa pegawai.
...***...
TBC😅
Mohon dukungannya readers😄
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Aris Pujiono
selalu nyicil
2022-01-12
1
💕🅳🅰🆁🅰 𝖒𝖆𝖓𝖎𝖘 💞
semangat kak aku nyicil ya baca nya
2022-01-11
1