Attention Please! Cerita ini hanya fiktif belaka 😄 (16+)
Setelah lama menunggu, akhirnya aku dapat taksi. Saat aku mau jalan ke taksi...aku tidak sadar kalau di depan aku ada kalan rusak dan aku tak sengaja melangkahkan kakiku di sana. Kakiku sedikit keseleo dan agak memar. Ck. Ceroboh sekali aku ini.
05:00 PM
Setelah sampai aku langsung masuk ke dalam rumah dengan kaki pincang.
"Haa~~h, akhirnya sampai juga." Aku menghela nafas sebentar setelah berada di dalam rumah.
"Dari mana saja kau?" Tanya Han di depanku.
Iya kaget. "Bukan urusanmu," jawabku dan beranjak pergi tapi ditahan oleh Han.
"Jawab dulu. Baru pergi," kata Han sambil mendorongku hingga punggungku terbentur di pintu.
"Asal kau tahu, kau tidak perlu mendorongku," geram ku.
"Biar aku tebak, kau... Tadi pergi dengan Glendy?" Tuduh Han membuatku agak kecewa.
"Tebakan mu salah. Kau meninggalkanku pulang, aku jadi pulang naik taksi, taksinya kena macet, bannya kempes 4 kali di dua ban. Puas?!"
"Lalu apa yang kau bicarakan dengan Glendy waktu di lapangan basket? Jangan lupakan tempat kalian mengobrol di belakang tempat supporter basket, mencurigakan," ujar Han mendekat ke arahku.
"Kami hanya ngobrol biasa, Glendy itu teman sekolahku waktu di Vietnam. Bahkan dia titip salam untukmu. Tapi... Sebentar, kau cemburu?" Tanyaku tiba-tiba.
"Iya, kenapa?" Tanyanya padaku, tanpa menunggu jawaban dariku dia menahan kedua tanganku di atas kepalaku dan menciumi bibirku dengan kasar.
Aku cukup kaget dengan apa yang dia lakukan, memberontak? Tentu saja kucoba. Berhasil pada percobaan pertama? Itu tidak terjadi, Han terlalu kuat apalagi saat dia marah. Kemarahannya dapat kurasakan dari bibirnya.
Astaga, aku harus apa? Ini sakit, sungguh.
"Seharusnya kau diam saja, memberontak hanya menghabiskan tenaga mu. Aku masih tahu batasan," kata Han setelah menciumiku tapi belum melepas tanganku.
"Hentikan itu! Kita impas," ucapku tanpa sadar karena pengaruh emosi.
Astaga Keceplosan. Bagaimana sekarang?
"What do you mean, baby?" Tanya Han mengangkat daguku dengan satu tangannya dan menyeringai.
"Emm... Tidak-tidak," jawabku sambil menggeleng dan memaksa tersenyum agar Han tidak curiga.
"Ck. Bicara saja, kau lupa kalau aku bisa melakukan lebih dari yang tadi kulakukan?!" Paksa Han.
"H-hah?"
"Entah ini polos atau bodoh." Han mencium bibirku dengan paksa lagi. Tentu saja aku memberontak lagi, Han melepas tanganku lalu aku mendorongnya.
"Masih tidak mau menjelaskannya?" Tanya Han setelah ku dorong sambil mendekat lagi ke arahku.
"Iya-iya! Baiklah! Aku akan cerita! Tadi aku juga cemburu saat kau sedang dengan Yura," jawabku dengan emosi, aku menunduk setelah mengatakan itu, dan mata berkaca-kaca. Itu memang selalu terjadi padaku ketika emosiku sudah keluar.
"Untunglah kau melihatnya," ucap Han sambil mendongakkan kepalaku keatas untuk menatapnya lalu menyeringai. Secepatnya aku melepas tangan Han yang memegang rahang ku.
Aa~... Jadi dia sengaja.
"Aku sengaja melakukannya. Ah sudahlah, itu tidak penting lagi," kata Han sambil memberiku jalan untuk pergi.
Aku pun segera beranjak dari sana dengan kaki yang masih sakit saat dibawa berjalan, perasaan kesal dan bingung juga.
Baru berjalan dua langkah tiba-tiba Han menggendongku dari belakang.
"Kenapa kau?" Tanyaku bingung pada perlakuan Han yang tiba-tiba.
"Duduk dulu di sini dulu," kata Han agak ketus sambil mendudukkan ku di sofa, lalu dia pergi ke dapur. "Seharusnya aku yang bertanya begitu padamu. Kenapa bisa seperti ini?" Tanya Han.
"Ini hanya keseleo ringan, tidak usah repot-repot," jawabku, tapi Han tidak meresponnya. Apalagi sekarang? Han datang dengan membawa obat keseleo, semacam krim, dia duduk di sampingku lalu mengoleskannya di kakiku yang agak memar.
"Mungkin akan sedikit hangat nanti, tapi tidak apa-apa."
"Dia khawatir? Begini rupa Han ketika panik?" Pikirku sambil menatap Han.
"Kenapa menatapku?" Tanya Han dengan nada ketus.
Padahal tadi sudah bagus. "Tidak ada."
"Lain kali hati-hati kalau jalan," ucap Han dengan nada rendah dan memandang mataku.
"Em. Baiklah." Sialan, aku nyaman jika seperti ini. Han tampan, sangat tampan.
"Jangan ceroboh lagi. Kau mau kemana sekarang?" Tanya Han.
"Aku mau ke kamar," ucapku sambil berdiri, tapi dengan cepat Han langsung menggendongku.
"Biar kuantar."
"Tidak us-"
"Jangan buang-buang tenaga mu hanya untuk menolak hal ini, kau tau aku tidak akan menurunkan mu walaupun kau memohon. Dan satu lagi, aku akan terlihat seperti tidak punya rasa kasihan jika aku tidak menolong mu." Potong Han sambil berjalan menuju kamarku.
Itu lumayan, ternyata dia perhatian juga. Kukira dia hanya orang yang pemaksaan dan tidak tanggap dengan lingkungan sekitar.
"Em... Itu, koperku bagaimana?" Tanyaku pada Han sambil memegang lengannya (untuk berpegangan seharusnya di leher). Aku seketika jadi gugup karena perhatiannya, ya sekali-sekali.
"Nanti kubawa ke kamarmu."
"Baiklah."
Setelah sampai di kamar, aku langsung ke kamar mandi untuk mandi dan... Memikirkan hal yang tadi terjadi, silahkan bayangkan sendiri apa yang aku bayangkan. Itu karena cara orang berpikir beda-beda.
Saat aku keluar dari kamar mandi Han ada di sofa kamarku, aku hanya sedikit kaget. Catatan : aku sudah selesai mandi dan memakai pakaian, jika dia ada di ruang ganti beda lagi ceritanya.
"Sejak kapan kau di sana?" Tanyaku.
"Baru saja. Ayo makan, oh ya, kakimu masih sakit?"
"Kakiku sudah tidak sakit lagi, tadi krimnya kubawa ke sini jadi kupakai lagi selesai mandi. Seharusnya tunggu aku di dapur saja," ucapku sambil duduk di sofa.
"Aku yang akan bertanggung jawab jika terjadi apa-apa denganmu, kau seharusnya ingat itu. Mamaku menyayangimu, sangat-sangat menyayangimu, jika dia dengar terjadi sesuatu denganmu Mamaku akan meneror ku. Besok kita ke rumah sakit untuk menemui keponakanmu, Mama, Papa, Kakak, dan Kakak ipar mu. Aku akan terlihat seperti tidak menjagamu jika kau jalan seperti tadi di depan mereka. Jadi... Aku hanya berjaga-jaga, lebih baik kau jangan terlalu banyak jalan hari ini," nasehat Han panjang kali lebar sambil memandangku setelah dia selesai bicara.
"Nada bicaranya lembut, kenapa anak ini membuat jantungku tidak tenang?" Pikirku masih dengan wajah datar.
"Makanlah. Oh ya, itu koper mu," ujar Han sambil menoleh ke arah koperku.
"Ternyata kau khawatir juga ya kalau terjadi sesuatu padaku," ucapku hanya menyimpulkan, sungguh... Tidak ada maksud lain. "Terima kasih sudah membawa koperku."
"Percaya diri sekali kau," kesalnya sambil makan.
"Aku hanya membuat kesimpulan, tidak lebih... tapi percaya diri sedikit juga tidak apa-apa jika kau beranggapan seperti itu," kataku sambil tertawa kecil dan melanjutkan makan.
Setelah selesai makan, Han membereskan piring dan bilang, "Kau diam saja di sini atau tidurlah lebih cepat, jangan ke mana-mana. Dan jika perlu sesuatu, telpon aku... Jika teriak, itu kurasa susah untuk didengar." Lalu Han pergi dari kamarku dengan membawa piring yang tadi kami pakai.
Apa maksudnya jika teriak itu susah untuk didengar?
...***...
TBC🙂
Mohon dukungannya readers ( ꈍᴗꈍ)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Вet¡¡πа ♡
mampir kak Othor..semngat terus
2022-01-10
1