Attention Please!
Cerita ini hanya fiktif belaka 😄
50 menit berlalu, kami berempat sampai di depan sebuah rumah yang tidak terlalu besar... terdapat pengawal di depan gerbang. Ada dua pengawal di luar sini, tapi di sini lebih sejuk dari di rumahku. Di sini bukan desa tapi hanya terlihat seperti pedesaan karena di sini tidak ada polusi seperti di kota, pekarangan tetap saja luas, hanya saja di sini pekarangan lebih diisi dengan tanaman bukannya tembok:V.
"Ini tempatnya?" Tanyaku pada mereka bertiga saat aku keluar dari mobil dan mengeluarkan tasku lalu menggendongnya.
"Iya benar." Jawab Gillbert sambil menutup pintu mobilnya.
'Tempatnya lumayan menyenangkan.' Pikirku sambil melihat kanan dan kiri.
Gillbert menghampiri kedua BodyGuard itu, berbincang lalu ketiganya mengangguk. Itulah yang dapat aku lihat, aku ingin ke sana, tapi aku takut aku malah tidak membantu.
Kedua pengawal itu membuka gerbang hitam itu, lalu Shino mengangguk ke arahku. Artinya kami diperbolehkan untuk masuk.
Sampai di dalam ternyata lebih luas dari yang kubayangkan, perlu berjalan lagi untuk menuju pintu rumah. Setelah sampai di depan pintu, Gillbert menekan bel rumah, dari wajah Shino, Jack, dan Gillbert mereka terlihat bahagia karena yang membuka pintu adalah Han. Orang yang kami tuju, melihat kedatangan kami Han langsung menyuruh kami untuk masuk.
"Pak, kalian boleh pergi." Ucapku sambil mengangguk kearah dua pengawal yang mengantar kami sampai di depan pintu rumah. Mereka berdua hanya mengangguk lalu pergi menuju gerbang, sedangkan aku masuk paling akhir.
"Kenapa Blyss bisa ikut?" Tanya Han saat aku langsung duduk. Iya aku langsung duduk karena aku sudah lelah.
Tidak perlu pencitraan jika sudah ingin.
- Blysstina 2021
"Aku ingin." Jawabku agak ketus, aku lelah ditambah lagi cara pandang Han yang seperti tidak suka aku di sini.
"Tenang dulu Han." Sela Jack dengan tetap sabar.
"Kalau bukan Blyss yang meminta kami, kami tidak akan datang ke mari." Sambung Gillbert sambil membuka jaketnya, Han hanya menoleh ke arahku.
"Kenapa? Kalian ada masalah?" Tanya Shino.
Mendengar pertanyaan Shino aku hanya menaikan alisku dan menoleh ke arah Han.
"Sebenarnya tidak ada." Jawab Han sambil berdiri lalu pergi, ke dapur atau ke kamar kecil mungkin.
"Sepertinya aku salah datang ke sini." Keluhku.
"Tidak-tidak. Itu tidak benar. Han memang begitu orangnya, dia itu punya ego yang sangat tinggi." Komentar Jack.
'Ego yang tinggi? Jika teman Han ini tahu kalau dia sudah 2 kali menciumku. Apa kira-kira reaksi mereka.'
Aku tersenyum miris mendengar komentar Jack.
"Sepertinya kau ingin sekali Han kembali ke kehidupan normalnya yah." Ledekku ke Jack.
"Tentu saja." Jawabnya sambil menoleh ke Gillbert dan Shino bergantian.
"Kami bertiga tidak akan menginap di sini, nanti saat Neneknya Han sudah datang, kami akan pulang." Ujar Shino menatapku, tapi tiba-tiba Han datang dengan lagak aneh.
"Kau tidak perlu sampai seperti itu menatap Blyss." Ledek Han sambil berjalan tepat di depanku dan Shino sambil membawa beberapa kaleng minuman.
"Kau ada masalah apa sebenarnya?" Tanyaku pada Han sambil menahan amarahku, dan Han hanya menggeleng.
"Silahkan diminum." Ucap Jack mempersilahkan.
"Yang punya rumah siapa bodoh?" Tanya Gillbert.
"Heee. Yang punya rumah saja tidak keberatan, kenapa kau yang ribut?" Jawab Jack sambil memandang Gillbert.
"Sudah-sudah, kalian minum saja." Sela Han sambil merebahkan tubuhnya di sofa dan memandang langit-langit ruang tengah.
'Ada masalah apa anak manusia ini?' Pikirku sambil mengambil satu kaleng Cola yang ada di meja.
Kami berempat sempat hening karena kami semua terlihat lelah, entah kenapa itu terlihat dan terjadi. Akhirnya Gillbert bertanya dengan nada lembutnya kepada Han kenapa dia tidak cerita soal masalahnya dan malah langsung pergi ke sini.
Han menjawab itu karena dia sedang dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk cerita waktu itu, Han sedang tidak enak badan waktu itu dan, sampai sekarang pun suhu tubuhnya memang masih terasa hangat. Aku merasakan itu saat Han lewat tepat di depanku tadi.
Aku hanya menyimak percakapan antarsahabat yang baru bertemu kembali itu sambil minum Cola yang kuambil tadi, terlihat dari sini sepertinya punya sahabat itu menyenangkan.
Tak lama kemudian nenek Han datang, Shino pun menjelaskan kedatangan mereka kemari dan bilang bahwa mereka tidak menginap, hanya aku yang akan tinggal di sini.
"Cu.. duduk dulu yah..ada yang mau nenek tanyakan, kau juga jangan ke mana-mana dulu Han." Pinta neneknya Han
"Iya nek." Jawabku dengan senang hati lalu duduk di tempat dudukku yang tadi.
"Kamu ini benar Blyss? Anaknya Tuan Gryss?" Tanya nenek membuatku kaget.
'Aku harus jawab apa ini yatuhan??' Pikirku sambil melihat kearah Han, Han hanya mengangguk ke arahku. 'Baiklah.'
"Iya nek.. benar." Jawabku pasrah.
"Ternyata kamu cantik juga ya cu.." Komentar nenek. Mendengar perkataan nenek Han hampir saja tertawa, aku hanya menoleh sebentar kearah Han, aku tidak mengerti kenapa Han menahan tawanya.
"Kamu sudah makan belum? Ini sudah sore, kamu pasti lapar. Ayo kita makan dulu." Ajak nenek sambil menarikku menuju meja makan.
Aku sempat bingung, karena aku tidak tahu kapan nenek sempat memasak, tapi aku tahu, jika nenek tahu tidak ada makanan di meja makan.. maka dia tidak akan mengajakku makan.
Di meja sudah tersedia makanan, ini semacam makanan cepat saji, tapi dibuat oleh pembantu di sini. Kami bertiga makan sambil mengobrol kadang-kadang, jika diperhatikan wajah Han benar-benar seperti orang yang sedang sakit.
.........
Setelah selesai makan, aku diantar nenek ke kamar yang akan aku tempati. Kukira akan terjadi kesalahpahaman saat aku izin untuk menginap, mengingat aku adalah perempuan. Tapi, ternyata aku terlalu berlebihan, nenek memperlakukanku seperti aku adalah cucu kandungnya, dan sekarang aku malah benar-benar rindu dengan nenek.
Aku merasa bersalah bilang waktu itu aku ada acara dengan nenek, padahal itu hanya kebohongan untuk menutupi kegiatanku sebenarnya.
Setelah membereskan barang-barang yang kubawa, dan mulai beradaptasi dengan sekitar.
Setelah adaptasi dengan ruang kamar, aku keluar dari kamar dan mencari keberadaan nenek.
"Nenek." Sapaku saat melihat nenek duduk di sofa.
"Blyss? Ada apa sayang?" Tanya nenek hangat.
'Aku seperti bersama nenekku sendiri.'
"Tidak ada nek.. aku hanya ingin keluar." Kataku sambil duduk.
"Kau ke sini ada apa sebenarnya? Jarang-jarang ada anak muda yang mau mendatangi rumah nenek." Kata nenek.
'Apa Yura belum pernah ke sini selama jadi pacar Han?'
"Em itu.. aku tahu yang tidak diketahui Han tentang skandal yang melibatkan namanya sekarang."
"Kau tahu sesuatu tentang masalah korupsi yang menyeret nama Han?" Tanya nenek dengan antusias.
"Iya nek. Tapi sepertinya Han tidak tahu dengan itu, aku belum memikirkan kapan aku akan membicarakan ini dengan Han. Itu karena, aku merasa sekarang Han sedang sakit."
"Nenek juga merasakan hal yang sama, tapi Han selalu menjawab dia tidak apa-apa. Sepertinya dia memang tertekan dengan apa yang terjadi." Jelas nenek dengan wajah yang mulai muram.
"Sepertinya begitu nek, biasanya Han itu cepat adaptasi dengan lingkungan dan lebih memilih untuk berada di luar kamar, bukannya di dalam kamar seperti sekarang. Lagian ini rumah neneknya sendiri, di tempat lain biasanya dia tidak akan mengurung dirinya."
Aku mengutarakan apa yang aku pikirkan.
"Lebih baik nenek bicara dulu dengannya ya." Ucap nenek bergegas ke kamar Han.
Melihat nenek pergi aku hanya diam di tempatku, menunggu nenek kembali.
Aku membayangkan, bagaimana perasaan Han jika dia tau dalangnya adalah Yura?
Tapi aku masih mencoba positif thinking bahwa bukan Yura pelaku sebenarnya.
Itu dari pandanganku karena aku tau tabiat sang ayah, aku bisa pastikan ayahnya yang menyuruhnya untuk melakukan ini pada Han, si tua bangka itu memang memanfaat anaknya untuk hal seperti ini. Agar tanganya bersih, jika tidak anaknya, paling istrinya.
Aku tahu Yura sebenarnya tidak mau melakukan apapun perintah ayahnya, tapi ayahnya itu tak punya hati, dia mengancam Yura jika dia tidak mau melakukan perintahnya maka ayahnya akan membunuh Ibunya. Istrinya sendiri.
Aku benar-benar tidak terpikirkan hal itu, aku tahu ini karena Yura yang cerita padaku, itu saat aku masih berada di J3p4ng. Saat itu papaku dan ayahnya Yura masih berada disatu kantor yang sama, umur kami beda 3 tahun, aku masih berumur 5 tahun waktu itu.
Dia cerita betapa tertekannya dia hidup dengan ayahnya, walaupun dia hidup berkecukupan bahkan berlebih.
Aku bertanya kenapa tidak tinggal berpisah dengan ayahmu? Apa kamu tidak punya keluarga lain selain bersama ayahmu? Itu pertanyaanku waktu itu, jawabannya adalah dia tidak tau masih memiliki keluarga lain atau semacamnya yang masih hidup.
Mendengar itu aku sempat berpikir keras untuk mencarikannya jalan keluar, tapi kami malah kehilangan kontak, karena papaku dipindahkan ke KorSel waktu itu.
'Aku yakin ini bukan ide murni dari Yura, aku kenal Yura, Yura tidak mungkin melakukan ini tanpa perintah ayahnya.' Pikirku sambil melihat ke sekeliling ini sudah jam 7 malam.
'Aku belum mandi sampai jam segini. Tapi sepertinya aku harus menunggu nenek dulu, untuk memastikan, Han sakit atau tidak.'
Sekitar beberapa menit kemudian nenek datang memanggil namaku, aku sebenarnya hampir saja tertidur di sofa, jika bukan karena nenek yang memanggilku,baku sudah tertidur di sana.
"Eh, iya nek?" Ucapku sambil menghampiri nenek secepatnya.
"Kau benar, dia memang sakit. Sebaiknya kamu jangan bahas itu dulu ya Blyss." Ujar nenek dengan lembut. Aku hanya mengangguk didepan nenek.
"Nenek mau panggil dokter dulu." Sambungnya nenek sambil mendekat ke arah telepon rumah.
10 menit kemudian dokter datang untuk memeriksa Han yang belum sadarkan diri dengan suhu tubuh yang panas. Kata dokter dia mengalami tekanan batin, dan Han kelelahan akhir-akhir ini jadi daya tahannya menurun.
...***...
TBC 😅
Mohon dukungannya readers 😁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Aris Pujiono
mampir mrndukngmu
2022-01-11
1
MommyAtha
mampir
2022-01-05
1