Selama satu minggu dijakarta, ini untuk pertama kalinya Naya keluar, sehingga tidak mengherankan sepanjang jalan dia tidak henti-hentinya takjub melihat deretan gedung yang menjulang tinggi, maklumlah orang kampung, terbiasa hanya melihat sawah dan sungai.
"Subhanallah, tinggi sekali mas gedungnya, gimana bikinnya ya, pasti kalau mau naik kelantai paling atas capek banget naik tangganya." ujarnya polos.
Rafa bukannya risih, dia malah terhibur dengan kepolosan Naya, dia menjawab begini, "Untuk naik kelantai atas kan ada lift Nay yang digunakan, agar gak capek, tapi ada juga sieh tangga darurat, dimanfaatin kalau liftnya rusak." Rafa memberi penjelasan.
"Oh iya ya, Naya lupa mas, Naya sering lihat lift."
Rafa bertanya heran, "Kamu sering lihat lift."
Naya tersemyum malu, "Maksud Naya, lihatnya disinetron-sinetron mas."
"Hebat ya, lift jadi artis, masuk TV, aku saja gak pernah tuh masuk TV." guraunya.
"Mas Rafa nieh bisa aja bercandanya."
"Gimana sieh mas rasanya naik lift, Naya jadi ingin naik lift."
"Biasa aja Nay, gak ada yang spesial naik lift, ditempat yang kita tuju juga ada liftnya, lift jalan gitu, ntar kamu bisa merasakan yang namanya naik lift."
"Oh ya, asyikk." antusias Naya.
Rafa hanya menggeleng, "Nieh cewek katrok sieh, tapi bikin gemes." lirih Rafa dalam hati.
Setelah memarkir mobilnya diparkiran dan membuka pintu mobil untuk Naya, Rafa mengajak Naya untuk memasuki mall, lagi-lagi Naya dibuat takjub.
"Oh ini ya yang namanya butik, besar sekali, pasti baju yang dijual banyak dan mahal."
Rafa terkekeh menanggapi keluguan Naya, "Ini bukan butik Nay, ini namanya mall, nah, didalam mall ini itu ada yang namanya butik."
"Oh."
"Ayok masuk."
Seperti yang dilakukan ketika baru pertama kali tiba dirumah keluarga Rasyad, Naya juga melepas sandalnya sebelum memasuki mall tersebut, beberapa orang melihatnya dan berbisik-bisik, hal itu membuat Rafa agak malu karna mereka jadi perhatian.
"Eh Nay, ngapain dilepas, pakai saja ya sandalnya masuk."
"Tapi mas, lantainya bersih, Naya takut dimarahin sama mas mas sekuriti yang berjaga dipintu masuk itu." Naya menunjuk sekuriti bertampang sangar yang berdiri dipintu masuk.
"Udah kamu gak perlu takut, dia bertugas menjaga keamanan, bukan bertugas menangkap orang yang memakai sendal masuk kedalam mall."
Setelah diyakinkan, Naya kembali memakai sendalnya, setibanya didalam, dia gak kalah takjubnya, tapi kali ini bibirnya sampai terbuka.
"Mas, itu liftkan, Naya sering lihat diTV." tunjuk Naya.
"Iya, itu lift." jawab Rafa sabar.
Rafa melihat sekelilingnya, dan seperti saat diluar tadi, beberapa orang yang kebetulan berada disekitar mereka memandang Naya, mungkin makna dari pandangan mereka adalah, "Katrok banget nieh cewek, kayak gak pernah lihat lift saja." emang Naya gak pernah lihat secara langsung, ini pertama kalinya Naya melihat lift.
Rafa yang agak malu buru-buru mengajak Naya pergi dan berkata, "Nah, karna butiknya ada dilantai dua, untuk sampai kesana, kita naik lift itu ya."
Meskipun penasaran bagaimana rasanya naik lift, tapi Naya merasa cemas juga, terlihat jelas ketakutan diwajahnya, "Naik ini mas, apa gak apa-apa."
Rafa mencoba menjelaskan untuk menghilangkan rasa cemas yang dirasakan oleh Naya, "Gak apa-apa Nay, selama ini gak ada orang mati hanya dengan naik lift." Rafa mencoba untuk bercanda.
Naya tersenyum malu, "Nah, ayok kita naik sekarang."
Baru saja Naya meletakkan sebelah kakinya dilift pertama, dia buru-buru menurunkannya, maklumlah orang gak pernah naik lift, melihat tingkah Naya membuat Rafa tersenyum.
Dia merentangkan telapak tangannya, "Pegang tanganku kalau kamu takut."
Naya memandang tangan itu dan beralih memandang Rafa, "Ayok pegang."
Dengan ragu-ragu Naya meletakkan telapak tangannya diatas telapak tangan Rafa, Rafa menggenggamnya dan membawa Naya menaiki lift.
"Santai saja Nay, gak apa-apa kok, aku gak bakalan biarin kamu kenapa-napa." kata-kata Rafa begitu meyakinkan membuat Naya akhirnya santai.
****
Begitu tiba dibutik langganan Lio, mereka disambut oleh Celina, seorang gadis cantik, tinggi semampai dengan rambut indah lurus, dia adalah pemilik butik, Selain itu juga Celina ini adalah temen Lio dan Rafa ketika SMA.
"Rafaaa." sambut Celina antusias dengan senyum lebar, Rafa balas tersenyum, dua orang itu saling berpelukan hangat dan dan Celin mencium pipi Rafa.
Komentar Naya melihat hal tersebut, "Pelukan dan ciuman gitu antara laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim biasa ya di kota, coba kalau di kampung, bakalan langsung dikawinin." Naya membatin.
"Tumben banget lo datang, gue yakin nieh lo pasti mau ngeborongkan, kebetulan banget, gue punya barang-barang baru."
"Hahaha." Rafa ngakak, "Tahu aja lo."
"Mana Lio, tuh anak juga ngilang doank."
"Sibuk seperti biasanya, maklumlah bos besar, gue kesini karna disuruh dia."
Celin mengalihkan perhatiannya pada Naya yang berdiri dengan canggung dibelakang Rafa, Celin berkata, "Tumben lo bawa pembantu lo."
Naya memperhatikan penampilannya, mungkin buat orang kota, penampilannya terlihat seperti dandanan pembantu, meski begitu, Naya tidak tersinggung kok dengan kata-kata Celin, penampilannya memang terlihat seperti pembantu dibandingkan dengan penampilan Celina.
"Anjirrr lo, jangan sembarangan bibir lo nyerocos." peringat Rafa memandang Naya, takutnya Naya tersinggung dengan ucapan Celina, tapi Rafa bersyukur karna kelihatannya Naya tidak tersinggung.
Celina ingin bertanya maksud Rafa apa, namun Rafa menjelaskan sebelum Celina sempat buka mulut, "Dia adalah Kanaya Azzahra Rasyiad."
"Kanaya siapa."
"Kanaya Azzahra Rasyad."
"Rasyad, jangan bilang dia adalah anggota keluarga Rasyad, saudara Lio maksud lo." ujar Celina seolah-olah Naya tidak berada disana.
"Bukan saudara, tapi istri."
Terlihat jelas raut kekagetan diwajah Celin, kekagetannya bermakna, "Astaga, istri Lio, kakek Handoko bener-bener tega menikahkan cucunya dengan gadis kampung begini."
Celin diundang dalam pernikahan Lio, tapi karna dia berada diluar negeri, jadinya dia gak bisa hadir, makanya dia gak tahu Naya ini adalah istri Lio, dan Celin memang tahu kalau Lio menikah karna dijodohkan, namum dia gak menyangka saja gadis yang dijodohkan dengan pewaris Rasyiad group adalah gadis kampung tulen begini. Namun Celin buru-buru merubah ekpresinya menjadi ramah, dan dia memeluk Naya dan cupika cupiki.
Naya terlihat semakin canggung, "Selamat datang Kanaya dibutikku, mulai sekarang kamu adalah pelanggan VIP."
"Eh." hanya itu yang keluar dari bibir Naya.
"Nah Celina, lo tahukan apa yang lo akan lakukan."
"Serahkan semuanya ke gue."
Celina kemudian berteriak, "Sofia, Orlin." memanggil karyawannya, "Kemari kalian."
Dua wanita yang bernama Sofia dan Orlin datang menghampirinya.
"Mbak memanggil kami."
"Layani ibu Kanaya dan berikan pelayanan terbaik kalian."
Dua wanita itu mengangguk, "Siap mbak, kami tidak akan pernah mengecewakan pelanggan."
Naya digiring ke area khusus tempat dimana baju-baju perempuan disediakan.
Naya menoleh kearah Rafa, Rafa mengangguk, "Gak apa-apa Nay."
Butuh waktu dua jam dibutik itu, sebelum Naya selesai dengan proses pemilihan baju yang cocok dan sesuai. Celin kembali memberikannya pelukan dan cupika cupiki dan berpesan kepadanya sebelum pergi dari butiknya, "Sering-sering berkunjung kemari ya nyonya Rasyad."
Naya tersenyum canggung sebagai balasan.
Rafa yang menjawab, "Pasti."
Kini kedua tangan Naya sarat akan paperbag yang berisi pakaian, dan dia juga sudah mengganti pakaian yang dipakainya atas paksaan Celina dengan pakain mahal yang dijual dibutik Celina, tadinya, baju yang dia kenakan akan dibuang oleh pelayan yang melayaninya, karna menurut mereka pakain itu sudah jelek, namun Naya menolak, dan akhirnya baju itu dibawanya, ditaruh dalam plastik.
Rafa langsung mengambil alih beban yang dibawa oleh Naya, Naya menolak, "Gak usah mas, Naya bisa sendiri."
"Gak apa-apa Nay, udah tugas aku, kamukan istri bos ku, meskipun seandainya kamu bukan istri bosku, aku akan tetap membawakannya untukmu, masak iya aku tega membiarkan wanita membawa beban berat sedangkan aku berjalan dengan entengnya."
Jawab Naya tidak mengerti maksud Rafa, "Ini gak berat mas, kan isinya baju, bukan batu bata."
Bukan berat dalam arti begituan yang dimaksud oleh Rafa, maksudnya adalah membantu Naya membawa barang-barangnya adalah tanggung jawabnya.
"Meskipun gak berat, sini aku yang bawa." Rafa memaksa.
Karna Rafa memaksa sedemikian rupa, akhirnya Naya menyerah dan memberikan barang-barang yang dibawanya pada Rafa, dan berujar, "Makasih mas, mas baik sekali."
"Cowok memang harus seperti itu."
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments