Wanita Pilihan CEO Bab 17
Oleh Sept
Rate 18+
Hati Austin sudah melunak, kini ia memperlakukan Alexa dengan lembut kembali. Membelainya, memberikan kecupan pada setiap inci tubuh yang selama ini menghangatkan malamnya.
"Aku tidak mau kamu tersenyum pada pria lain, kamu harus ingat satu hal itu."
Alexa hanya mengangguk, kemudian bersandar pada dada Austin yang bidang.
Cup
Sebuah kecupan hangat mendarat di kening Alexa, ia tersenyum mendapat perlakuan istimewa dari Austin.
Pria itu menghibur Alexa dan mengecupnya di banyak tempat agar ke depannya tidak boleh tersenyum pada pria lain lagi, lalu membantu Alexa memijat punggung.
"Apa enakan?" tanya Austin sembari memijit lembut punggung Alexa.
"Hem ... mendingan. Tapi agak ke bawah dikit. Eh ... Bukan itu, yang sebelahnya!" seru Alexa dengan bawel dan cerewet.
Melihat Alexa yang nyaman sampai mengarahkannya memijat ke kiri dan ke kanan, Austin tiba-tiba merasa tidak suka jika mengikuti keinginan Alexa.
"Udah ... aku masih ada urusan."
"Ke mana?" cegah wanita tersebut.
"Kamu tidak perlu tahu," jawab Austin dengan dingin.
Wajah Alexa pun langsung masam. Gampang sekali pria itu berubah-ubah. Tiba-tiba hangat dan menjadi dingin kembali.
"Aku mau makan mangga!" cetus Alexa dengan asal-asalan.
"Jangan aneh-aneh, makan saja apel itu." Austin melirik apel yang ada di depannya.
"Tapi aku mau mangga sekarang." Seperti anak kecil, Alexa merengek pada kekasihnya itu.
Austin mengeryitkan dahi, mengapa permintaan Alexa jadi aneh-aneh begini. Mangga? Jangan katakan dia ngidam. Mereka selalau pakai pengaman, kan? Austin mendesis kesal, ia tidak mau sampai wanita itu hamil. Tidak mau! Bisa-bisa sangat merepotkan.
"Tidak ada mangga, Xa! Tapi besok kamu boleh pulang. Dan keluar dari rumah sakit," ucapnya menghibur Alexa. Sebagai ganti permintaan aneh-aneh itu.
"Benarkah?" Dua bola mata Alexa berbinar-binar, membuat Austin mengusap rambutnya dengan lembut.
"Aku pergi dulu."
Austin pun berbalik, ia meninggalkan Alex sendiri di dalam bangsalnya. Bangsal kelas satu, VIP yang seperti sangkar emas. Austin mengira ia menyukainya, tapi tidak sama sekali. Begitu Austin pergi Alexa mengumpat dan mencurigai apa maksud di balik kelembutan Austin padanya, kenapa bisa memberi dan mengambil sesuka hatinya.
Bosan dan juga rasa lelah yang membuncah, lelah hati dan lelah fisik karena dua pria brengsek hari ini, membuat Alexa jenuh dan letih sendiri. Ingin berbaring sejenak, memejamkan mata dan melupakan semuanya. Alexa berharap, ia bisa mimpi indah. Karena dunia nyata sama seperti mimpi buruk yang meneror hidupnya.
Beberapa saat kemudian, Alexa yang rebahan di atas ranjang empuk yang nyaman, menatap langit-langit kamar rumah sakit. Mengamati ukiran emas yang melintang penuh seni.
Ia kemudian tersenyum, seolah memiliki semangat lagi. Pulang dari rumah sakit ia bertekat akan memenangkan kompetesi desain tersebut. Ia akan memperlihatkan pada Austin, pada dunia bahwa ia bisa.
Saat asik melamun, tiba-tiba pintu terbuka dari luar.
"Siapa? Austin? Kenapa dia kembali?" batin Alexa menunggu siapa yang ada di balik pintu.
"Astaga ... ternyata buah jatuh tidak jauh dari pohonnya!" sindir Dinda sarkas dan pedas.
Baru juga masuk, Dinda sudah menyindir kakaknya sendiri. Dengan pandangan tak suka ia kembali mencibir sang kakak.
"Ternyata oh ternyata ... Nggak heran kamu bisa dirawat di kamar sebesar ini. Kali ini siapa lagi? Astaga! Kamu nggak tobat-tobat, jangan bikin malu nama keluarga. Eh ... keluarga yang mana? Mana ada keluarga untuk anak haram sepertimu?"
Dinda terus saja nyerocos mengata-ngatai Alexa, tidak peduli bahwa sang kakak sudah menatapnya dengan tajam setajam samurai.
"Kalau mau cari ribut, mending kamu keluar. Sekarang!" seru Alexa menahan amarahnya.
"Ya ampun ... sadar diri. Mau mengusir segala! Dasar wanita murahan, tetep ya. Bibit itu nggak bisa diubah. Cih ... jangan sok hanya karena kamu jadi simpanan sugar daddy. Bikin malu!"
"DINDA!" sentak Alexa yang mulai naik darah.
"Kenapa? Mau tampar? Nih! Aku kasih! Tampar kalau berani!" tantang Dinda tanpa rasa takut.
"Dan lagi! Aku ingetin! Jangan pernah deketin Eric lagi. Sadar ... kamu itu siapa? Kamu nggak layak! Kamu hanya sampah!" Dinda terus saja memprovokasi Alexa. Hingga wanita itu tidak bisa lagi menahan emosinya.
Bruakkk
Alexa mendorong Dinda dengan keras, hingga membentur kursi yang ada di dekat sana.
"Sialan!" maki Dinda yang marah karena Alexa berani main fisik. Alexa dulu adalah gadis lemah lembut yang selalu bisa ia tindas. Tapi sekarang? Kesal, Dinda langsung membalas Alexa.
"Wanita murahan!" Dinda mendorong dada Alexa kencang, membuat punggung Alexa yang semula sakit tambah semakin nyeri. Ia meringis menahan sakit.
"Aku ingetin, jauhi Eric! Camkan itu!" Dinda menunjuk dengan ibu jarinya tepat ke wajah Alexa. Melotot tajam tanpa rasa sopan pada sang kakak.
"Kenapa kamu terlihat cemas dan khawatir? Apa kamu takut dia kembali padaku? Kemana rasa percaya dirimu itu?" sindir Alexa balik.
"Dasar ..."
"Ikat dia baik-baik, aku tidak menjamin dia tidak datang lagi ke padaku!" Alexa memanasi hati Dinda yang sejak tadi sudah panas.
"Kau persis seperti ibumu!" ujar Dinda dengan sengit.
Seketika dada Alexa terasa sesak, tapi ia berusaha tidak menangis di depan anak nakal tersebut. Pantang baginya memperlihatkan kelemahan di depan musuh. Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Nur Lizza
sabat xa
2022-04-03
0
Hariatik
yg sabar alexa.
2022-02-11
0
Cicih Sophiana
bukan nya si Dinda jg murahan ya,dia kan udah tidur dengan Erik...yg sabar ya Lexa
2021-12-03
0