Wanita Pilihan CEO Bagian 4
Oleh Sept
Rate 18+
Villa Rainbow Gardenia.
Pagi ini berjalan seperti biasanya. Vila milik pria terkaya di kota itu, nampak sepi. Hampir tidak ada aktifitas sama sekali. Hanya ada bi Wati yang sedang membereskan rumah setelah memasak di dapur. Sedari tadi Bibi melirik daun pintu kamar Alexa, mengapa gadis itu belum bangun. Wanita paruh baya itu merasa penasaran, karena Alexa tidak kunjung keluar kamar.
Rumah itu nampak begitu sepi, Austin pun sedang keluar. Kini hanya ada mereka berdua. Rasa penasaran lama-lama membuat Bi Wati memberanikan diri untuk membangunkan nona mudanya itu. Seorang gadis yang harus ia jaga, itu adalah pesan Austin pada bibi. Austin selalu mewanti-wanti dirinya untuk ekstra mengawasi Alexa. Dan untuk memastikan kondisi Alexa saat ini, bi Wati pun mengetuk pintu kamar Alexa.
“Non, non Alexa ...” panggilnya dengan suara lirih.
"Non ...!" Bibi menaikkan suaranya, tapi tidak mendapat sahutan.
Tok, tok, tok
Bi Wati nampak berpikir, sembari meremas tangannya. Karena tidak mendapat sahutan, ia pun kembali mengetuk pintu berulang kali. Makin cemas, Bi Wati pun tidak sabar. Ia lantas turun sebentar mengambil kunci pintu cadangan.
Klek
“Non ... Non,” panggil Bi Wati. Tapi aneh, Alexa sama sekali tak bergerak. Saat Bi Wati meninggikan suaranya pun, gadis itu bergeming. Diam seperti patung.
Curiga, Bi Wati melangkah semakin mendekat. Ia mencoba memegang dahi Alexa.
“Ya ampun,” pekiknya spontan. Bibi tambah panik saat mendapati Alexa tidak sadarkan diri karena demam tinggi, alhasil dia langsung mencari telpon dan memanggil ambulans karena tidak bisa mengantar Alexa ke rumah sakit sendirian.
Dengan mimik wajah yang diliputi kepanikan, bi Wati menatap ke luar. Berharap ambulans yang ia panggil barusan segera datang. Beberapa saat kemudian, sebuah mobil ambulance tiba tepat di depan Rainbow Gardenia. Mereka langsung membawa Alexa menuju rumah sakit.
Sepanjang perjalanan, kecemasan terlihat jelas di raut muka wanita paruh baya tersebut. Bibi khawatir, sesuatu yang buruk terjadi pada Nona muda yang harus ia jaga. Nanti kalau tuan Austin tahu, entah reaksi apa yang akan diperlihatkan oleh pria itu.
Rumah Sakit Harapan.
Setelah Alexa mendapat penanganan, tim medis banyak yang merasa kesal. Mereka kira ada pasien gawat darurat betulan, ternyata mereka kena prank.
“Apa-apaan ini, hanya pingsan mengapa sampai memanggil ambulans? Astaga,” gumam salah satu perawat di rumah sakit tersebut. Di rumah sakit itu, dokter mengeluh kalau pasokan sumber daya medis sedang mengalami kekurangan, dan Alexa yang hanya demam saja perlu memanggil ambulans. Ini betul-betul merepotkan dan sangat berlebihan.
Sementara itu, Alexa yang sudah siuman. Ia merasa tak enak menatap wajah-wajah tenaga medis di kamar tempatnya dirawat.
“Maafkan saya, Dok ... Sus,” ucap Alexa yang tidak enak hati. Alexa rupanya meminta maaf atas nama bi Wati, dan saat sedang bicara dengan tenaga medis tersebut. Matanya tidak sengaja menangkap sebuah logo rumah sakit pada jubah sang dokter.
Tanpa sengaja, Alexa mengetahu nama rumah sakit tempat ia dirawat sekarang. Dan tiba-tiba pikirannya melayang, Alexa merasa tidak asing dengan nama rumah sakit tersebut. Detik berikutnya, akhirnya ia menyadari. Rumah sakit yang menurutnya familiar itu.
Bibirnya terangkat, tersenyum simpul penuh arti. Ingin memastikan, ia pun memutuskan untuk mengeceknya sendiri. Alexa keluar dari bangsalnya, gadis itu kini sedang menyusuri koridor, hendak mencari jawaban atas rasa penasaran yang mengelayut dalam benaknya saat ini.
Tidak butuh waktu lama bagi gadis secerdas Alexa untuk mencari tahu, akhirnya tanpa sengaja ia menemukan bangsal VIP milik Aurora. Hal yang paling ia takutkan dan benci akhirnya terjadi. Alexa mendengar percakapan Aurora yang mengatakan tidak ingin makan bubur dengan nada manja dan Austin yang membujuknnya. Jujur, dadanya terasa sesak. Ingin sekali ia menerobos masuk. Namun, nyatanya ia hanya terdiam mematung di depan pintu bangsal itu. Menahan sakit hati seorang diri.
Di dalam bangsal VIP. Austin sedang mencoba membujuk seorang gadis cantik untuk makan sesuatu.
“Aku nggak mau, ini terasa pahit.” Aurora menepis sendok yang diberikan oleh Austin. Meskipun disuapin, tapi ia tetap tidak mau makan.
“Sedikit saja, ayolah,” bujuk Austin. Pria itu kembali membujuk Aurora sembari mengulurkan sesendok bubur.
“Enggak enak,” Aurora terus saja menolak. Lidahnya memang terasa pahit, ia enggan memakan apapun itu. Meski hanya bubur.
“Kalau kamu seperti ini, aku akan marah dan pergi!” ucap Austin sambil mengancam dan menakuti gadis itu. Austin bahkan sudah bersiap untuk beranjak dari duduknya.
Seketika, Aurora langsung memasang wajah paling manis. Gadis itu lalu mengelayut manja pada lengan kekar milik Austin. Ia tidak mau Austin pergi saat ini. Dengan terpaksa, ia mengalah dan menurut apa perintah pria tersebut.
“Oke ... tapi dikit aja, ya. Jangan banyak-banyak. Perutku masih tak enak.” Aurora mencoba bernegoisasi.
Austin mengangguk pelan, kemudian memberikan suapan bubur untuk gadis itu. Aurora memakannya dengan mata berbinar-binar. Bukan karena makanan itu lezat, tapi karena makan dari tangan Austin.
Sedangkan di luar sana, tidak tahan mendengar obrolan kedua orang itu. Akhirnya Alexa berjalan kembali ke kamarnya untuk menerima perawatan. Ia balik ke bangsalnya dengan lesu dan wajah tak bersemangat. Terlihan sekali riak sendu di parasnya yang cantik. Namun, kini nampak pucat karena sedang sakit.
Beberapa saat kemudian.
Austin keluar dari bangsal Aurora setelah membujuknya, lalu tanpa sengaja pria berpakaian rapi itu mendengar perawat mengeluh wanita yang dibawa oleh ambulans dari Rainbow Garden sangat cengeng, di rumah hanya ada seorang pembantu dan seorang wanita, dia pasti jadi simpanan orang.
Sempat tertegun sesaat, dahinya mengkerut, kemudian Austin menghampiri perawat tersebut.
“Bangsal nomor berapa pasien yang kalian bicarakan?” tanya Austin dengan wajah serius.
Perawat pun hampir terkejut, tidak ada angin atau hujan. Tiba-tiba Austin muncul dan menanyakan gadis yang sedang mereka bicarakan. Baru saja perawat selesai mengatakan nomor bangsal dan belum sempat menyelesaikan keluhan lagi, Austin sudah berjalan cepat ke arah bangsal.
"Astaga! Siapa pria itu. Tampan dan terlihat kaya. Ups ... jangan-jangan dia orang itu!"
Perawat yang lain langsung menepuk lengan perawat yang suka julid.
"Ish ... jangan aneh-aneh. Kau tidak lihat penampilan pria itu, dia sepertinya bukan sembarang orang. Jadi hati-hati kalau bicara. Dipecat, nanti baru tau rasa."
"Sok alim kamu, Lin!" cetus perawat nyinyir yang kesal karena diingatkan oleh temannya.
***
Tap tap tap
Austin mempercepat langkahnya menuju bangsal pasien yang dibicarakan para perawat saat di depan bangsal Aurora. Ia penasaran, apa orang yang dimaksud pingsan dan dibawa ambulan adalah Alexa Hutama? Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Enies Amtan
aura kasih ya thor
2022-05-22
0
Sept September
30
2022-03-14
0
Nur Lizza
lanjut
2022-03-10
0