Wanita Pilihan CEO
Oleh Sept
Rate 18+
Alexa kira malam ini ia akan berakhir, ternyata salah. Ia melihat Austin dengan tatapan memelas, amarah Austin pun mendadak pudar dan menghilang. Ciuman panas barusan, nyatanya bisa meleburkan amarah pada sang kekasih.
"Aku mau pulang," ucap Alexa dengan lirih. Ia mengigit bibir bawahnya, sedikit terasa perih. Sepertinya Austin sempat mengigit bibirnya.
Tidak mau sang kekasih kembali marah, Alexa mengambil kesempatan untuk bermanjaan, dia berbaring di pelukan Austin dan mengatakan sakit maag.
"Ada yang salah dengan perutku," tambah Alexa dengan nada manja dan merajuk.
Austin menggendong Alexa, gerakannya lebut, tapi mulutnya masih saja pedas.
"Pulang, kalau lain kali masih berani minum kayak gini, kupatahkan kakimu."
Mendengar peringatan Austin, Alexa langsung menelan ludah dengan kasar. Gadis itu kemudian bersandar dengan patuh di dada si pria, rambutnya menyelimuti lengan siku Austin seperti sepotong sutra berkualitas, suasana hati Austin sangat baik. Kali ini ia akan mengampuni Alexa, tapi tidak lain kali.
Sesaat kemudian, ketika mereka keluar, Austin menghampiri dan memperingati Jessy dengan nada datar
"Alexa tidak bisa minum, lain kali jangan bawa dia datang ke perjamuan seperti ini!" ucap Austin dengan wajah dingin dan nampak serius.
Tentu saja Jessy dibuat ketakutan hingga buru-buru menggangguk. Ia sampai tidak berani menatap sorot mata yang menyalak marah tersebut.
Lobby hotel, Alexa terus memegangi perutnya yang terasa perih. Melihat hal itu, Austin berinisiatif membopong sang gadis.
"Turunkan aku, mereka melihat Kita!" ucap Alexa sembari bisik-bisik. Ia dapat merasakan bahwa sekarang menjadi pusat perhatian, karena seorang pria membopong tubuhnya.
"Sudah! Diam saja!"
Beberapa langkah kemudian, mereka sudah berada di depan sebuah mobil keluaran terbatas. Hanya ada beberapa di seluruh belahan dunia. Tidak meragukan lagi, karena Austin memang salah satu dari keluarga konglomerat di kota Jogyakarta. Keluarganya sangat terpandang dan sering wara-wiri di sampul majalah bisnis. Salah satu jajaran pembisnis 20 besar di Asia.
"Sedikit lebih cepat," seru Austin pada driver pribadinya.
Karena maag Alexa kambuh, Austin meminta supir untuk menyetir secepatnya kembali ke vila di pinggiran kota.
Rainbow Garden, sebuah vila yang tersembunyi. Kemewahan yang tersimpan dengan rapi. Alexa tinggal di sini, tapi tidak dengan Austin, Alexa juga tidak tahu di mana Austin bermalam saat tidak tidur dengannya, dia juga tidak ingin tahu.
Ketika mereka sampai, Austin menggendong Alexa yang masih sedikit mabuk masuk ke dalam vila dengan wajah masam, Bi Wati yang memasak sangat ketakutan, terakhir kali saat Austin pergi dia berpesan pada Bi Wati untuk menjaga Alexa baik-baik, dengan kondisi Alexa yang sekarang, dia takut Austin akan menyalahkannya.
"Ya ampun, bagaimana kalau tuan Austin marah?" batin Bi Wati dengan dada yang sudah dag dig dug karena takut.
Alexa menyadari ketakutan di wajah Bibi, ia lantas berkata dengan suara lembut, "Tin, kamu nakutin Bi Wati tuh."
"Bikinkan sesuatu agar mabuknya hilang, juga bubur!" titah Austin dingin.
Austin tak menyahut candaan Alexa, ia hanya mengatakan pada Bibi Wati untuk membuat sup penghilang mabuk, dan juga bubur bubur untuk kekasihnya itu.
Melihat Austin yang sepertinya tidak mau diajak bergurai, Alexa pun terdiam. Ia berbaring di sofa dengan patuh dan membiarkan Austin memijat bagian lambungnya sesekali.
"Jangan lakukan lagi!" ucap Austin yang terdengar seperti sebuah ancaman.
Sadar memang sudah bersalah, Alexa pun menundukkan wajah dalam-dalam. Ia tidak membantah, itu hanya akan semakin memperkeruh keadaan. Sedangkan Austin, ia terus saja menatap Alexa dengan intense. Barulah saat ini Austin mengagumi dandanan glamour Alexa malam ini di bawah terang lampu, emosinya perlahan menggebu, lalu menggendong Alexa menuju ke kamar.
"Bagaimana dengan buburnya?" sela Alexa saat mereka menuju ke kamar.
Tidak menjawab, Austin terus saja menapaki lantai vila hingga sampai di depan pintu kamar.
Bukkk
Pria itu meletakkan tubuh Alexa tepat di tengah ranjang yang lebar tersebut. Sebuah ranjang yang menjadi saksi bisu mereka selama ini. Alexa selalu memenuhi permintaan Austin, dia sangat bekerja sama di ranjang dan berusaha memuaskan Austin. Seperti budak cintanya, Alexa tidak pernah bilang tidak atau pun menolak.
"Apa kau mencintaiku?" tanya Alexa dengan mata sendu. Ia menatap penuh harap pada pria yang kini berada di atasnya.
"Bicara apa kamu ini? Apa semua ini belum cukup?"
Austin merasa kata cinta tidak penting, setelah apa yang mereka lakukan selama ini.
"Aku hanya ..." kata-kata Alexa mengantung di udara. Ia tersentak kaget karena tiba-tiba Austin menyentaknya cukup keras.
"Bagaimana? Apa ini belum cukup?"
Alexa langsung memukuli dada lebar dan bidang tersebut.
"Sakit!" rintihnya lirih.
"Anggap ini hukuman dariku, awas saja kalau berani minum dengan pria lain ... aku rasa kamu nggak bisa memikirkan hukuman apa yang akan aku berikan."
Alexa langsung menekuk wajahnya, Austin selalu mengintimidasi. Dan gadis itu selalu kalah tak bisa melawan.
Melihat wanitanya masam, Austin mencoba bermain-main lagi. Belum puas rasanya bila hanya sekali atau dua kali. Keduannya pun kembali melakukan malam gila yang bergejolak dan membara.
Beberapa jam kemudian.
Saat mandi setelah selesai berhubungan, ponsel Austin di luar terus berdering, dia berjalan keluar, Alexa keluar dengan balutan handuk sambil memegang bagian lambungnya yang sakit tanpa memakai alas kaki, dan tanpa sengaja ia mendengar suara wanita dari seberang telepon, "Kak Austin, aku lagi di rumah sakit Harapan..."
Seketika aura suram menyelimuti hati Alexa. Ia sangat membenci moment seperti ini. Austin dan wanita lain! Perlahan, tangan Alexa mengepal menahan marah.
Apalagi dilihatnya Austin bergegas memakai pakaian, sudah pasti pria itu akan meninggalkan dirinya setelah apa yang mereka lakukan barusan.
"Kamu mau ke mana?" Alexa mendekati Austin. Memeluk pria itu dari belakang, seolah menahan agar Austin tidak pergi malam ini.
Austin melirik sekilas ke arah belakang tubuhnya, pria itu lantas berucap, "Hanya sebentar!"
"Mau bertemu siapa?" Alexa kembali bertanya. Ia masih penasaran, wanita mana yang membuat Austin langsung berbeda seratus delapan puluh derajat.
Austin tertegun, pria itu tidak mau menjawab pertanyaan dari Alexa.
"Kenapa? Sepertinya kamu penasaran sekali?" tanya Austin balik.
"Ah ... tidak, bukan apa-apa."
Pria itu tersenyum kecut, "Oke, benar-benar tidak apa-apa, kan?" batin Austin.
Sedangkan Alexa, wajahnya nampak gelisah. Tapi, enggan meminta pada Austin agar tetap tinggal. Entah gengsi yang tinggi atau ia berharap Austin bisa menyadari tanpa ia mengutarakan isi hatinya. Berharap pria itu bisa membaca hatinya dengan benar.
Sementara Austin, pria itu tidak suka main tebak-tebakan. Ia tidak suka menebak-nebak, harusnya Alexa katakan untuk tetap tinggal, maka ia bisa mempertimbangkan, tetap pergi atau tinggal. Pria itu kesal, karena Alexa tidak memohon padanya untuk tetap tinggal. Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
komalia komalia
kaya nya udah baca deh
2024-02-25
0
🌺°•▪︎MaMia Elf °▪︎•°🌈💦🌟
Krna wanita ingin d mengerti Austuin
Haaiiii....haaaiiiiii baca maraton novel author Sep 😍😍😍
2022-12-08
0
⚞ል☈⚟ MymooN
ini diapain y?
2022-09-01
0