Wanita Pilihan CEO Bagian 7
Oleh Sept
Rate 18+
Alexa mengusap wajahnya dengan kasar, kemudian menatap bi Wati dengan wajah penuh menyesal. Tidak sepatutnya ia melampiaskan kekecewaanya pada wanita tersebut.
“Maafin Alexa, Bi,” ucap Alexa dengan sorot mata yang tulus. Ia sangat menyesal sudah berbicara dengan nada tinggi pada asisten rumah tangga yang akhir-akhir ini melayani dirinya dengan sangat baik itu.
Bibi mengangguk, ia tahu suasana hati nona Alexa sedang kacau. Jadi ia tidak akan mengambil hati. Apalagi, selama ini sosok Alexa yang ia kenal memang lembut dan jarang membentak. Bi Wati yakin, pasti nona Alexa sedang tertekan. Pasti memiliki masalah dan membuat suasana hatinya menjadi buruk. Makanya, ia meluapkan rasa kesalnya. Tapi, apesnya lagi, malah Bi Wati yang kena getahnya.
“Makan, ya Non?” Bi Wati kemudian tersenyum. Seolah mengatakan tidak apa-apa. Asal Alexa mau makan, maka ia akan menganggap tidak terjadi apa-apa. Bi Wati pun akhirnya menyuapi Alexa bubur. Namum, Alexa menolak setelah hanya makan sedikit.
“Udah, Bi ... cukup, perut Alexa nggak enak.” Alexa mendorong mangkuk yang berisi bubur tersebut menjauh darinya.
“Sedikit lagi, Non.” Bibi malah menyodorkan sesendok lagi bubur yang kelihatan enak dan lezat itu.
Alexa tetap menolak, rasanya cukup kenyang meski hanya beberapa sendok saja. Kalau dipaksa, ia malah nanti muntah. Karena sudah tidak bisa dibujuk, akhirnya Bi Wati pun menyerah.
Beberapa saat kemudian.
“Oh ya Non, sampai lupa. Tadi sebenarnya tuan muda mengatakan sesuatu. Kita sekarang harus segera pindah bangsal,” tutur Bi Wati sembari membereskan perlengkapan makan.
“Pindah?” Dahi Alexa mengkerut. Banyak pertanyaan yang bergelayut dalam benak Alexa, mengapa mereka harus pindah kamar? Apa ada masalah? pikirnya.
“Iya, Non. Tuan Austin sudah menyiapkan bangsal khusus VIP untuk non Alexa sebelum pergi.”
Alexa tertegun sejenak, tanpa berbicara dan bertanya lebih jauh. Ia hanya menatap Bi Wati yang membereskan semua barang satu persatu. Setelah semua sudah siap, mereka berdua pun pindah ke bangsal lain yang berada di lantai yang sama dengan Aurora, kamar mereka hanya terpaut satu koridor.
Alexa sempat melirik ke bangsal Aurora, ia tidak menyangka, Austin malah memindahkan kamarnya. Apalagi bangsalnya malah berdekatan dengan Aurora, apa Austin sengaja? Atau pria itu memiliki rencana tersembunyi? Entahlah, Alexa tidak mau menebak-nebak lagi. Ia kini lebih menurut apa kata Austin. Suruh pindah, ya pindah saja. Alexa kini mencoba patuh, dan dia pun berjalan ke arah bangsal di ujung koridor.
Sore hari, demam Alexa sudah sedikit menurun. Dia ingin keluar untuk jalan-jalan setelah makan. Niatnya sih ingin mencari udara segar.
“Bi, Alexa mau keluar bentar. Mau cari udara segar di luar,” pamitnya pada Bi Wati.
“Iya, Non.” Bibi menatap Alexa sambil mengangguk.
Ketika sudah berada di luar, tanpa sengaja Alexa malah melihat sosok Austin keluar dari lift, dia hendak menyapanya. Matanya bahkan sudah berbinar-binar melihat sosok tersebut. Ia kuga sudah menyiapkan sebuah senyum manis untuk dilempar ke arah pria itu. Tapi, kemudian Alexa malah melihat Aurora masuk ke dalam pelukan Austin. Sontak hati wanita itu sedikit terbakar. Apalagi keduanya sepertinya sedang membicarakan sesuatu. Terlihat bisik-bisik mesra dan begitu akrab. Ditambah lagi Austin membelai kepala Aurora dan masuk ke dalam bangsal Aurora.
“Brengsekkk!” rutuk Alexa. Jari-jarinya menyatu kemudian menjadi sebuah kepalan. Wanita itu merasa sakit hati melihat pemandangan yang mengusik tersebut. Ingin rasanya ia berlari ke tempat itu. Tapi, kakinya terasa berat untuk melangkah. Akhirnya ia menyerah, dan berbalik.
Setelah kejadian itu, Alexa memutuskan untuk kembali ke bangsalnya sendiri. Berjalan dengan lunglai dan tidak semangat.
***
“Kok sudah kembali, Non?” Bi Wati merasa aneh, kenapa Alexa kembali sangat cepat. Padahal baru saja katanya mau menghirup udara segar.
“Capek, Bi. Gak tahu ni, mendadak males aja.” Alexa berbohong, padahal ia langsung balik karena melihat Austin dan Aurora barusan yang terlihat dekat dan intense. Ia tidak bicara jujur, Alexa malah berkata dengan tersenyum pada Bi Wati, mengatakan tiba-tiba malas bergerak.
“Apa mau saya temenin, Non?” Bi Wati lantas menawari Alexa, apa mau ia temani. Namun, Alexa langsung menolaknya dengan halus.
“Tidak, terima kasih, Bi.”
Karena hatinya sedang dilema, gegana, gelisah, galau dan merana, Alexa memutuskan kembali naik ke atas ranjang rumah sakit. Terdiam dan termenung di atas sana sendirian. Mengingat Austin dan perempuan itu, hanya membuat hatinya tambah jadi sakit. Ingin melupakan apa yang ia lihat barusan, Alexa mencoba memejamkan mata. Berharap bisa tidur dan mimpi indah.
Tidak lama kemudian, Austin masuk. Mata pria tersebut langsung tertuju ke atas ranjang. Ditatapnya Alexa yang sudah meringkuk di balik selimut dan hanya memperlihatkan sepasang mata yang mirip kucing ketika menatap Austin, dengan pesona yang memikat hati dan juga rasa sedih yang tidak diketahui.
“Apa kamu suka kamar ini?” tanya Austin begitu masuk. Ia mendekati Alexa.
Terlihat dengan jelas, Alexa tersenyum dengan terpaksa.
“Bagaimana? Apa masih sakit?” Austin semakin mendekat. Pria itu mengulurkan tangan, hendak memeriksa suhu tubuh Alexa dengan menyentuh dahinya. Tapi, ia sedikit terkejut saat wanita itu malah menghindar seolah tidak mau ia sentuh. Dan wajah Austin seketika berubah mengeras, ia tidak suka ditolak. Berani sekali Alexa menghidar darinya, keterlaluan.
“Sekarang apa lagi?” tanya Austin dengan nada penuh sindiran yang ia tujukan pada Alexa. Ia geram karena merasa Alexa selalu membuat ulah dan memancing emosinya.
Alexa diam seribu bahasa. Ia merasa jijik pada tangan itu, tangan yang tadi dipakai untuk membelai wanita lain. Dan kini tangan itu malah ingin menyentuh tubuhnya. Alexa ingin marah. Tapi, hanya bisa ia pendam. Ia terlanjur terperangkap, tidak bisa mengatakan apa yang ia rasa. Terlalu sering berpura-pura dan memasang wajah palsu, Alexa sampai lupa bagaimana caranya menunjukkan perasaan yang sesungguhnya. Bagaimana menunjukkan wajah aslinya, ia benar-benar sudah lupa bagaimana cara bahagia.
"Jangan menyentuhku!" ucap Alexa lirih.
Kata-kata Alexa barusan, membuat mata bening Austin seperti mau keluar. Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
komalia komalia
udah baca tapi mau baca lagi walau pun menyesakan
2024-02-25
0
auroria wati
austing sangat egois ya ketika alexa minum sm cowok lain cemburu dan marah2 tp ketika dinyuapin meluk aurora alexa ga boleh cemburu benar2 luarr biasa berasa aku ikut sakit hati kl aku lbh milih pergi meski hdp miskin tp setidaknya puny hrg diri
2022-07-27
1
Riska Wulandari
Aurora siapanya Austin sihh??
Aystin nih bikin bingung..katanya ingin Alexa mengutarajan isi hatinya tapi saat bilang cemburu d hina..stres...
2022-07-17
0