Bab. 18

Monica mendengar kisah yang diceritakan Arthur sampai tanpa sadar berurai air mata.

"Kenapa kau menangis?" tanya Arthur heran.

"Aku tidak tahu mengapa aku menangis," jawab Monica. Ia sendiri tidak mengerti mengapa ia tiba-tiba meneteskan air mata.

Arthur mengusap air mata di pipi Monica. Monica menahan tangan Arthur. Tangan Arthur terasa lebih hangat dibanding saat pertama kali ia menyentuhnya. Tiba-tiba muncul ingatan tentang pemuda yang membelai wajahnya di masa lalu. Arthur heran melihat Monica mendadak diam mematung.

"Monica! Monica!" Arthur memanggilnya.

Monica kembali tersadar.

"Kau melamun lagi?" tanya Arthur.

"Maaf. Aku tiba-tiba ingat harus pergi ke rumah bibi Amariz. Sera pasti kerepotan membawa tasku pulang," jawab Monica beralasan.

"Kalau begitu, mari pergi bersama!" ajak Arthur.

Arthur berbalik meraih tangan Monica.

"Aku akan memegang tanganmu supaya kau tidak berjalan sambil melamun lagi."

Monica diam saja menatap Arthur. Keduanya kembali melangkah.

Arthur menemani Monica sampai tiba di rumah Amariz. Monica sedang mengetuk pintu rumah Amariz. Tak lama Amariz muncul.

"Monica!"

"Siang, Bibi! Apa Sera sudah pulang?" tanya Monica.

"Belum. Kau tidak pulang bersamanya?" jawab Amariz.

"Tadi aku izin pulang lebih cepat karena em ... ada sedikit masalah." Monica nampak bingung tidak tahu bagaimana menjelaskannya.

"Masuklah dulu!" suruh Amariz.

Monica menurut masuk ke dalam rumah. Amariz hendak menutup pintu kembali.

"Eh, bukankah Arthur masih di luar?"

"Arthur?" Amariz melihat ke luar rumah.

"Tidak ada siapa-siapa."

"Aku tadi datang bersamanya," ujar Monica.

"Dia pasti pergi tanpa kau sadari," jelas Amariz dan menutup pintu kembali.

"Kau pasti belum makan siang kan? Ayo, makan dulu!"

Monica baru makan setelah dipaksa terus oleh Amariz.

"Bagaimana keadaanmu beberapa hari ini?" tanya Amariz penuh perhatian.

"Baik-baik saja. Seperti yang Bibi lihat sekarang," jawab Monica.

"Bibi senang melihatmu sehat. Jika kau merasakan sesuatu yang tak nyaman, katakan saja. Kau punya Bibi di sini!" kata Amariz.

"Iya, Bibi."

"Aku pulang!" seru Sera yang muncul dari pintu depan.

"Monica, kau di sini?! Syukurlah kau baik-baik saja!" ujar Sera. Amariz memperhatikan kedua gadis itu.

"Maaf, Sera harus merepotkanmu membawa pulang tasku," kata Monica.

"Tidak apa-apa. Aku senang membantu. Benarkan kau sudah tidak apa-apa sekarang?" Sera meyakinkan sekali lagi.

"Iya, aku baik-baik saja," jawab Monica.

"Baguslah!" ucap Sera.

"Oya, tadi Nathan menitipkan bukunya untukmu. Dia bilang ada tugas yang harus kau salin dan besok sudah harus diserahkan ke guru," tutur Sera.

"Oh, kalau begitu aku harus segera pulang untuk mengerjakannya," ujar Monica.

Setelah Monica pulang, Sera menceritakan apa yang terjadi di sekolah tadi pada Amariz. Sera merasakan tatapan mata Monica yang berbahaya tapi tidak tahu apa penyebabnya. Amariz menjelaskan pada putrinya itu apa yang dialami Monica dan mengatakan kalau itu suatu hal yang wajar.

...*****...

Monica sedang mengerjakan tugas sekolahnya. Padahal tidak banyak yang harus disalin tapi ia merasa agak lelah. Ia memutuskan beristirahat sebentar. Tanpa sadar malah tertidur di meja belajar.

Di taman yang penuh bunga,

"Monica, menikahlah denganku!" pinta pemuda yang wajahnya masih nampak samar.

"Aku masih muda. Tidak akan menikah denganmu secepat ini!" ujar Monica sambil tertawa.

"Kalau begitu aku akan menunggu. Aku akan datang melamarmu setelah kau berusia 18 tahun," janji sang pemuda kemudian mengecup tangan Monica dengan lembut.

Di dalam ruangan yang sedang kacau.

Pemuda itu menangis dengan begitu sedih.

"Monica ... Maafkan aku tidak bisa melindungimu!" isaknya.

Monica mengusap wajah pemuda itu dengan sisa tenaganya. Ia tersenyum kecil pada pemuda itu.

"Kau harus tetap hidup ..." ucap Monica dengan suara parau.

"Tidak, Monica! Ku mohon jangan tinggalkan aku!" pinta pemuda itu sambil terisak.

"Kau ingat janjimu? Aku akan menunggu mu ...." Tangan Monica jatuh terkulai.

"Monica ... Monica ...."

Monica terkejut. Tiba-tiba terbangun dari tidurnya.

"Mimpi itu lagi!" batinnya.

Nafasnya terengah-engah. Ia mengusap dahinya.

"Kenapa mimpi itu terus muncul dan berulang?"

...*****...

Monica sedang merapikan seragam sekolahnya.

Teng... Teng... Teng... Teng... Teng... Teng...

Monica melirik jam dindingnya, tepat pukul 6 pagi. Ia segera berlari membuka tirai jendela kamarnya. Melihat lonceng yang bergerak di atas menara. Suara dentang lonceng berbunyi enam kali untuk pertama kalinya di pagi ini sejak ia datang ke desa ini.

"Semoga ini pertanda baik seperti yang dikatakan Arthur," harapnya.

Monica tiba di sekolah. Pas Nathan sedang duduk di bangkunya.

"Nathan, ini bukumu! Terima kasih sudah meminjamkannya padaku," ucap Monica sambil mengembalikan buku Nathan.

"Sama-sama, Monica. Apa kau sudah sehat?" balas Nathan.

"Iya. Hari ini aku merasa lebih sehat," jawab Monica.

"Baguslah! Kau membuat aku khawatir. Untunglah teman-temanmu di kelas sebelah itu baik," kata Nathan.

"Mereka memang baik padaku." Monica tersenyum kecil. Dan kembali duduk di bangkunya.

...,,...

Jam istirahat,

Sera langsung merangkul Monica begitu ia ke luar dari kelas. Keduanya berjalan ke kantin. Di sudut meja kantin sudah ada Isabelle dan Melisa. Isabelle melemparkan apel pada Monica begitu ia sampai di depan meja. Monica menangkapnya dengan tepat kemudian duduk.

"Bagaimana tanganmu?" tanya Monica sambil menggigit apelnya.

"Mulus tanpa bekas," jawab Isabelle sambil menunjukkan tangannya.

"Ajaib!" ucap Monica.

Isabelle menyeringai.

"Oh, aku ingin tanya pada kalian berdua." Monica mencondongkan tubuhnya lebih dekat pada Isabelle dan Melisa. Sera juga ikut mendekat ingin tahu.

"Setelah kalian berdua menjadi setengah vampir, apa pernah bermimpi aneh, misal tentang masa lalu atau seseorang yang pernah kalian kenal di masa lalu?" tanya Monica dengan suara kecil.

"Tidak," jawab Isabelle.

"Tidak juga," timpal Melisa.

Monica kembali ke posisi duduk semula.

"Oke."

"Apa kau mengalami mimpi aneh?" tanya Isabelle.

"Aku tidak yakin mimpi itu tentang apa. Hanya sering kali muncul," jawab Monica.

"Hanya mimpi ... Jika kau memikirkan mimpi itu terus maka ia akan terus muncul dalam tidurmu!" ujar Melisa.

"Bisa jadi," timpal Isabelle.

"Beberapa mimpi kadang membawa petunjuk. Seperti ketika kita melupakan sesuatu, kadang mimpi itu membawa kita mengingatnya lagi. Tapi jangan terlalu terpaku pada mimpi. Kadang mimpi itu juga menyesatkan. Hehehe ...." Sera menambahkan.

"Hm, akan ku ingat kalimat yang terakhir," ujar Monica.

"Eh, apa kau dengar suara dentang lonceng pagi ini?" Seorang siswa mengobrol dengan temannya yang kebetulan lewat.

"Iya. Sebelumnya tidak pernah terdengar suara lonceng di pagi hari," jawab temannya.

"Semoga saja ini pertanda baik," lanjutnya.

"Kalian juga dengar,nkan?!" giliran Monica yang bertanya pada ketiga temannya.

"Ya, dengar," jawab Isabelle dan Sera juga Melisa mengangguk.

"Ini permulaan untuk hari yang baik," ujar Sera.

"Biasanya hal buruk yang kau ucapkan selalu terjadi. Semoga hal baik yang kau katakan barusan juga terjadi, Sera!" goda Monica.

"Perasaanku sangat tenang saat mengatakan ini," tutur Sera.

bersambung.....

Terpopuler

Comments

ɴᴏᴠɪ

ɴᴏᴠɪ

Semoga bener ya bunyi lonceng pagi itu pertanda baik buat semua di desa itu..

2022-11-23

0

❤️⃟Wᵃfᴍ᭄ꦿⁱˢˢᴤᷭʜͧɜͤіͤιιᷠа ツ

❤️⃟Wᵃfᴍ᭄ꦿⁱˢˢᴤᷭʜͧɜͤіͤιιᷠа ツ

wahh lonceng yang udah lama mati akhirnya bisa kembali berbunyi, semoga aja ini semua pertanda baik

2022-08-27

2

.

.

Semoga aja bunyi lonceng itu benar-benar pertanda baik

2022-08-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!