Bab. 4

Monica sedang dalam perjalanan pulang. Minuman tadi memang tidak membuat Monica mabuk. Tapi membuat kepalanya pusing. Ia dan kedua temannya meninggalkan cafe sebelum pukul 12 malam. Entah sudah berapa lama Monica berjalan. Malam ini sepertinya jarak ke apartemen begitu jauh. Jalan terlihat sepi. Untung ada lampu jalan yang menjadi penerangan. Monica lewat di depan katedral. Ia berhenti menatap menara lonceng yang ada di belakang katedral. Lonceng masih belum berbunyi. Itu berarti belum tengah malam.

Teng.... Teng... Teng...

Monica terperanjat kaget oleh dentang lonceng yang cukup keras.

"Sudah tengah malam. Kebetulan sekali sudah sampai di sini. Bagaimana kalau kita lihat siapa yang membunyikan lonceng itu?" pikir Monica.

Monica berjalan memasuki area katedral lalu ke arah menara lonceng.

"Bagus juga Isabelle mengajakku minum. Aku memiliki setengah kesadaran dan keberanian lebih untuk sampai ke sini," batin Monica.

Monica mencari tempat untuk masuk ke dalam menara. Di sampingnya terdapat sebuah pintu kayu. Monica mendorong pintu itu dengan pelan.

"Voila!" Pintu terbuka. Merasa ini akan berhasil ia langsung mengendap-endap masuk ke dalam.

"Malam ini akan ku ungkap siapa pelakunya dan membersihkan namaku," batinnya.

Monica sudah berada di dalam menara. Penerangan di menara ini sangat buruk. Lampunya berwarna kuning dan redup. Monica harus memaksa matanya untuk melihat lebih jelas. Lonceng masih terus berdentang. Ia mencari ruang di mana biasanya terdapat tali untuk menarik lonceng agar berbunyi. Biasanya berada di tengah menara tepat di atas lonceng.

Setelah berputar-putar, Monica berhasil menemukan anak tangga menuju ke atas menara. Monica melihat ke atas menara di mana lonceng itu berada. Tinggi sekali. Monica pun berniat ke atas. Anak tangga di penuhi debu tebal seperti sudah lama tidak diinjak. Monica sampai menutup hidung dan mulutnya. Sampai di pertengahan ia baru menyadari.

"Tunggu! Jika lonceng di menara berdentang setiap tengah malam, seharusnya ada jejak langkah kaki orang yang menaiki dan menuruni tangga. Tapi debu di anak tangga ini sangat tebal sampai tidak terlihat kayunya. Bahkan sedikit jejak pun tidak ada. Jadi siapa yang setiap tengah malam membunyikan lonceng di atas sana?" Monica mulai bergidik memikirkannya.

Perlahan ia mengangkat kepalanya ke atas untuk melihat. Begitu ia melihat ke atas lonceng ... sekelebat bayangan hitam besar mendekat hendak menerkamnya. Monica tidak bisa berteriak, tubuhnya juga mendadak tidak bisa bergerak. Tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Monica kemudian memejamkan mata. Tiba-tiba ia merasa tubuhnya seolah melayang. Ada seseorang yang menarik tubuhnya. Tak lama kemudian ia merasa kakinya sudah menyentuh tanah kembali. Monica membuka matanya perlahan. Dia kembali ke depan tempat ia masuk tadi. Kaki Monica langsung lemas. Ia terduduk di atas tanah rerumputan. Jantungnya serasa mau lepas.

"Apa itu tadi? Dan ... Kenapa aku bisa di sini?" katanya terbata-bata.

"Besar juga nyalimu. Sampai berani masuk ke sini!" ucap seseorang.

Monica menatap ke sana kemari mencari sumber suara. Pemuda tampan nan rupawan muncul dari balik kegelapan.

"Si-- Si-- Siapa kamu?" tanya Monica terbata-bata.

Pemuda tampan itu meraih tangan Monica lalu mengecupnya.

"Akhirnya kita bertemu!"

Monica menarik tangannya kembali. Tangan pemuda itu begitu dingin sampai ke tulangnya.

"Ja-- jangan bicara sembarangan! Ka-- katakan siapa dirimu? A-- apa kau yang selama ini me-- membunyikan lonceng itu?" tanya Monica yang masih ketakutan.

Pemuda tampan itu hanya menatapnya dengan wajah dingin. Monica memberanikan untuk menatap pemuda itu. Kepalanya kembali terasa berputar-putar. Tiba-tiba ia merasa kedinginan sampai menggigil. Lonceng sudah berhenti berbunyi entah berapa lama. Apakah ini sudah pagi, subuh atau masih tengah malam. Monica tidak tahu. Ia merasa badannya lemas dan penglihatannya mulai kabur. Dan tiba-tiba ...

*Bruk!*

Tubuh Monica ambruk. Untungnya pemuda itu dengan cepat menopangnya.

...*****...

Sinar matahari menerobos masuk melalui sela jendela. Monica mulai tersadar. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya kemudian terbangun dengan cepat. Ia menatap ke sekeliling. Ia sudah berada di kamar apartemennya.

"Apa yang terjadi semalam?" tanyanya pada diri sendiri.

Ia mendapati pakaian yang dikenakannya kemarin sudah berganti. Seragam sekolah tergantung rapi di tempatnya.

"Bagaimana ... kemarin aku masih memakai seragam sekolah. Ini ... ah, jam berapa sekarang?" Monica nampak panik.

Jam menunjukkan pukul 9.15. Sudah sangat terlambat untuk ke sekolah.

"Lagi pula siapa yang peduli aku masuk sekolah atau tidak. Justru bagus bagi mereka kalau aku tidak ada di sekolah. Mereka akan menganggap aku yang sudah hilang hari ini," gumam Monica.

...*****...

Di sekolah.

"Si anak kota itu tidak masuk hari ini. Apa jangan-jangan giliran dia yang hilang?" tanya Kelly.

"Siapa peduli. Bukankah bagus kalau pembawa sial itu hilang?!" jawab Liona tak berperasaan.

"Kalau dia juga ikut hilang, bukankah itu berarti dia tidak ada hubungannya dengan apa yang terjadi di desa kita? Para gadis yang hilang itu juga masih belum di temukan," ujar Kelly.

"Itu bukan urusan kita. Aku berharap dia benar-benar hilang selamanya," balas Liona.

Di kejauhan nampak Isabelle dan Melisa memperhatikan kedua gadis itu.

"Sepertinya ada yang salah dengan anak itu!" kata Isabelle.

"Apa kita harus melaporkannya pada tuan?" tanya Melisa.

"Tidak perlu. Kita lihat saja apa yang akan terjadi selanjutnya," jawab Isabelle lalu melangkah pergi diikuti Melisa.

...****...

Monica masih merasakan kepalanya yang sedikit pusing. Ia sama sekali tidak ingat apa yang terjadi semalam selain pergi minum bersama Isabelle dan Melisa kemudian pergi ke menara lonceng.

"Apa yang terjadi kemudian, bagaimana aku bisa kembali ke apartemen? Kenapa aku tidak bisa mengingatnya? Aduh ...." Monica mengetuk kepalanya dengan pelan.

"Masa aku harus kembali ke sana untuk membuka ingatanku! Tunggu, kembali ke sana? Ya, aku masih harus membersihkan namaku dan menangkap siapa yang setiap tengah malam bermain di menara lonceng, kan?!" pikir Monica.

.......

.......

.......

Begitu malam tiba, sebelum tengah malam Monica meninggalkan apartemen menuju ke katedral St. Monica. Seolah tidak terjadi apa-apa sebelumnya. Kali ini ia sama sekali tidak memiliki rasa takut.

Dua sosok berjubah hitam muncul. Melayang di langit-langit puncak menara. Saat Arthur menampakkan diri, sosok itu mendekatinya.

"Gadis itu memiliki aura kehidupan yang sangat kuat. Kau harus menyerahkannya pada ku!" kata salah satu sosok yang bersuara berat.

"Dia milikku!" jawab Arthur datar.

"Kau berani menentangku?" Sosok itu terdengar marah.

"Apa belum cukup kau mengotori tempat suci ini dengan ritual-ritual pengorbanan sesatmu? Ratusan jiwa manusia harus mati sia-sia demi keegoisanmu. Membuat beban lonceng di atas semakin berat saja," Arthur menatap ke atas menara.

Mata manusia hanya melihat itu sebuah lonceng raksasa biasa. Tapi Arthur melihat banyaknya jiwa-jiwa yang terperangkap dan tersiksa di dalamnya.

"Kau pikir jiwa-jiwa itu terkurung karena siapa? Jika bukan karena wanita Countess sialan itu, Aku tidak perlu tidur begitu lama. Dan jika bukan karena kau mahkluk penghisap darah, aku juga pasti sudah melahap habis jiwamu," geram sosok itu. Ia lalu melanjutkan,

"Gadis itu lahir di tanggal tiga bulan tiga dan angka terakhir tiga pada tahun kelahirannya. Dia memiliki aura kehidupan yang kuat. Dia bisa membebaskanku dan melepaskan jiwa yang terkurung di sana! Dia adalah korban persembahan yang sempurna! Asal menjadikannya sebagai korban persembahan, aku janji akan melepaskan dirimu dan meninggalkan tempat penuh kenangan milikmu yang berharga ini. Bagaimana?"

Arthur menatap sosok itu dengan dingin.

"Aku tidak akan membiarkanmu menyentuhnya!" jawabnya.

Sosok itu terlihat marah.

"Aku menunggu lama untuk bangkit kembali. Tidak akan kulepaskan kesempatan ini. Tunggu sampai kekuatan kupulih, akan kuhancurkan dirimu dan tempat ini!" ancamnya. Kemudian kedua sosok itu melayang pergi.

bersambung....

Terpopuler

Comments

💙 Ɯιʅԃα 🦅™ 📴

💙 Ɯιʅԃα 🦅™ 📴

emang Monica gak tau ya🤔 serem tau

2022-11-16

0

ɴᴏᴠɪ

ɴᴏᴠɪ

apakah Arthur itu vampire? duh penasaran deh jadinya 🤔🤔🤔

2022-11-08

1

🦋⃟ℛ⚜️ʜᴇʟʟᴇɴ⭐️🌸💜ᴬ∙ᴴ࿐

🦋⃟ℛ⚜️ʜᴇʟʟᴇɴ⭐️🌸💜ᴬ∙ᴴ࿐

Ihhh seram kaliii.... Aku takut lanjut bacanya 😥😥 tapi penasaran

2022-11-06

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!