Bab. 5

Tepat ketika Monica masuk ke dalam menara. Lonceng di atasnya berdentang.

Teng.... Teng... Teng.... Teng....

"Tepat pada waktunya!" ujar Monica.

Gadis yang sudah melupakan kejadian semalam itu langsung berjalan menuju ke tangga. Menaiki anak tangga satu per satu sambil melihat ke atas lonceng. Sangat gelap hanya siluet hitam lonceng yang bergerak pelan.

Monica naik beberapa anak tangga lagi. Kakinya sudah terasa pegal. Lonceng di atas menara terlihat masih sangat tinggi. Monica mendongak ke atas lagi. Sangat gelap. Ia coba memperhatikan lebih seksama. Kegelapan di dalam lonceng itu seperti menyebar. Lalu perlahan kabut hitam muncul dan membentuk sosok hitam yang melayang ke arah Monica.

"Apa itu?"

Monica baru tersadar dan berpikir harus turun secepatnya. Namun sosok hitam itu lebih cepat. Monica berusaha menuruni tangga dengan cepat. Sampai akhirnya ia tersandung dan hampir terguling. Beruntung Arthur segera datang. Ia menangkap tubuh Monica. Lalu muncul dua bayangan gelap yang berada di belakang Arthur menghalau sosok hitam itu. Sehingga Arthur bisa membawa Monica pergi.

Arthur menurunkan Monica di ruang utama katedral. Bukannya takut, kali ini Monica menatap Arthur dengan pandangan takjub. Wajah Arthur begitu tampan meski pun ia memiliki sorot mata yang tajam, wajahnya dingin, juga kulitnya yang putih pucat, ia seperti pangeran dalam cerita dongeng. Pakaian yang di kenakan Arthur juga berbeda dari zaman modern sekarang. Ia seperti seorang bangsawan pada era Victoria. Monica menyadarkan diri dari kekagumannya pada Arthur. Entah kenapa ia merasa seperti pernah melihat pemuda ini sebelumnya.

"Kenapa kau datang lagi?" tanya Arthur dingin.

"Aku? Apa kita pernah bertemu sebelumnya?" Monica balik bertanya.

Arthur meraih tangan Monica. Tangan Arthur yang sedingin es mengagetkan Monica sehingga menarik tangannya kembali. Dan ingatan semalam saat Arthur mengecup punggung tangannya muncul dengan jelas.

"Kau ... yang semalam itu!"

"Akhirnya kau ingat," ujar Arthur.

Monica nampak tengah berpikir. Lonceng sudah berhenti berbunyi.

"Ah, aku harus tahu siapa yang membunyikan lonceng menara itu! Aku harus kembali ke sana! Orang itu pasti belum pergi jauh," kata Monica. Ia baru melangkah, Arthur langsung menghadangnya.

"Kau benar-benar tidak takut kembali ke sana? Kau lupa apa yang mengejarmu semalam? Dan barusan?" tanya Arthur.

Monica terdiam. Ia ingat ada sosok hitam yang terlihat ingin menangkapnya. Ia pun mengurungkan niatnya untuk kembali.

"Maaf."

Arthur menyunggingkan bibirnya.

"Aku hanya ingin membersihkan namaku agar tidak ada orang yang menuduhku lagi. Terima kasih sebelumnya sudah menolongku." ucap Monica dengan lesu.

"Aku beri tahu, percuma saja jika kau mau menangkap orang itu. Tidak ada manusia yang berani naik ke atas menara lonceng itu," jelas Arthur.

"Jadi kau mau bilang lonceng itu berbunyi sendiri? Apa itu lonceng ajaib?" tanya Monica dengan nada agak tinggi. Ia memalingkan wajah sambil bersungut-sungut. "Tidak masuk akal!"

"Kau benar-benar tidak percaya? Kalau begitu kembalilah besok malam. Sebelum pukul 12 tengah malam, aku akan membawamu melihat apa yang ada di sana!" janji Arthur.

"Apa--" Saat Monica membalikkan wajah Arthur sudah menghilang.

"Hei ... Hello ..." panggil Monica.

"Cepat sekali hilangnya? Apa jangan-jangan hantu?" Monica bergidik sendiri.

Ia melihat sekeliling ruangan katedral. Ada patung Santa Maria besar di tengah ruangan. Suasana nya sangat hening dan sunyi. Cukup membuat bulu kuduk berdiri. Monica segera pergi dari sana.

...*****...

Gara-gara beberapa malam tidak tidur dengan benar, Monica tidak bisa bangun pagi. Terpaksa bolos sekolah lagi hari ini. Kali ini ia akan gunakan waktunya untuk tidur dengan puas. Karena tengah malam nanti harus kembali ke menara lonceng itu lagi.

"Siapa pemuda tampan itu? Kenapa dia mau menunjukkan padaku kalau tidak ada orang yang membunyikan lonceng itu? Kali ini aku harus bertanya padanya apa yang terjadi dengan desa ini. Sepertinya dia tahu sesuatu," pikir Monica.

Malam yang di tunggu tiba. Ketika Monica sampai di depan menara, Arthur sudah menunggu di sana.

"Kau datang juga!" kata Arthur. Kali ini wajahnya sedikit lebih ramah.

"Aku harus tahu yang sebenarnya," ujar Monica.

"Kau tidak takut?" tanya Arthur.

"Apa yang mungkin membuatku takut?" Monica balik bertanya.

"Aku. Kau tidak takut padaku?" tanya Arthur.

"Memangnya kau menggigit?" Monica melipat tangannya. Merasa pemuda di depannya itu sangat lucu.

Arthur menyunggingkan bibir.

"Sebentar lagi tengah malam. Apa kita hanya akan berdiri di sini saja?" desak Monica.

"Tentu saja tidak. Tapi kita tidak bisa masuk lewat pintu." kata Arthur.

"Jadi?"

"Kita akan terbang!" ucap Arthur.

"Kau bercanda?" tanya Monica. Ia tak mau berbasa-basi lagi, ia berjalan melewati Arthur yang berdiri di depan pintu untuk segera masuk ke dalam.

Arthur menarik tangan Monica kemudian meraih tubuh gadis itu. Sekali melompat seketika mereka sudah berpindah tempat. Sekarang keduanya berada di atap katedral dekat menara.

Arthur menurunkan Monica dengan hati-hati. Monica masih tak percaya dengan apa yang barusan terjadi. Tadi itu begitu cepat. Ia melihat ke bawah. Ia benar-benar sudah berada di atap. Monica menarik nafas.

'Oke Monica, sekarang bukan saatnya mempertanyakan kekuatan super pemuda ini. Fokus pada tujuan utama ke tempat ini dulu,' batin Monica menguatkan diri sendiri.

Ia sedikit terhuyung. Arthur memegang lengannya.

"Hati-hati!" ucap Arthur. Ia menuntun Monica ke sudut yang agak tersembunyi. Kemudian duduk di sana.

"Kenapa kita harus naik ke atap?" Monica masih tak mengerti.

"Kau bisa lihat lonceng itu dengan jelas?" tanya Arthur. Monica mengangguk.

"Perhatikan tidak ada tali panjang yang menjuntai di bawah seperti lonceng menara umumnya. Lonceng itu benar-benar tergantung di atas menara tanpa tali yang biasa di pakai untuk menariknya bergerak untuk membuatnya berbunyi," jelas Arthur.

Monica memperhatikan. Memang itu terlihat seperti yang dikatakan Arthur. Tidak ada apapun di bawah lonceng. Lonceng hanya tergantung di atas dengan empat sisi tiang penyangga menara. Tiba-tiba...

Teng.... Teng.... Teng.... Teng.....

Monica menutup telinganya. Dentang lonceng terdengar sangat keras. Dari tadi ia terus mengawasi lonceng sebelum berdentang tanpa berkedip. Lonceng itu benar-benar bergerak sendiri. Sampai 12 kali. Lonceng berhenti sendiri.

"Kau bisa memastikannya lagi esok pagi. Bahwa tidak ada mesin penggerak atau apapun di bawahnya," kata Arthur.

Monica diam tidak tahu harus berkata apa. Semuanya nampak tidak masuk akal. Mendadak wajah Arthur berubah. Monica baru membuka mulut.

"Sstt ..." Arthur memberi isyarat. Pandangannya menatap ke arah lonceng. Monica mencoba untuk mengintip.

Sesosok berjubah hitam melayang mengitari lonceng. Tak sengaja kaki Monica menyentuh atap genting yang terlepas sehingga menimbulkan suara. Sosok hitam itu langsung menoleh dan melayang ke arah itu. Sampai di sana, tidak ada apapun. Sosok itu pun pergi. Arthur sudah membawa Monica kembali ke apartemennya. Tentu dengan cara tak biasa.

Setelah Arthur menurunkan Monica. Ia berniat langsung pergi karena Monica sudah melihat seperti apa dirinya. Ia tak ingin Monica menjadi takut padanya.

"Tunggu! Siapa sebenarnya dirimu? Dan mahkluk apa tadi?" tanya Monica. Rasa penasarannya kini lebih besar dari pada rasa takutnya.

bersambung.....

Terpopuler

Comments

💙 Ɯιʅԃα 🦅™ 📴

💙 Ɯιʅԃα 🦅™ 📴

Sepertinya Monica jodohnya Arthur

2022-11-16

0

ɴᴏᴠɪ

ɴᴏᴠɪ

Monica berani bgt ya 🤧🤧 tp Arthur kayaknya vampire ganteng ya pantes monica gak takut 🤭🤭

2022-11-08

1

𝓐𝔂⃝❥🍁●⑅⃝ᷟ◌ͩṠᷦụᷴfᷞi ⍣⃝కꫝ🎸❣️

𝓐𝔂⃝❥🍁●⑅⃝ᷟ◌ͩṠᷦụᷴfᷞi ⍣⃝కꫝ🎸❣️

Serem sejuk berasa tp rasa penasaran lebih kuat 🤭

2022-11-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!