"Kau lahir di bulan tiga, tanggal tiga, dengan angka terakhir tiga di tahun kelahiran. Itu sangat langka dan jarang ditemui. Saat ini Schatten baru mendapatkan setengah kekuatannya. Dengan menggunakan dirimu sebagai korban persembahannya, dia akan terbebas dari kutukan seratus tahun dan kekuatannya akan pulih sepenuhnya. Mengingat dia masih memiliki dendam dengan makhluk penghisap darah, maka kaum kami-lah yang akan dia habisi duluan begitu kekuatannya kembali," tutur Arthur.
Monica terdiam.
Arthur melanjutkan. "Untuk sementara aku akan membawamu ke suatu tempat."
Ia mengajak Monica pergi.
"Tidak bisakah aku kembali ke apartemenku?" tanya Monica.
"Tidak. Mereka akan kembali mencarimu," jawab Arthur.
"Kalau begitu izinkan aku kembali sebentar untuk mengambil beberapa barangku," pinta Monica.
"Baik. Aku akan membawamu ke sana," jawab Arthur.
Begitu sudah berada di luar bangunan, Arthur langsung mengangkat tubuh Monica. Mereka berpindah dengan cepat. Setelah mengambil sedikit barang keperluan di apartemen, Arthur membawa Monica pergi. Sampai kemudian mendarat di atas balkon rumah Amariz.
Amariz yang sudah tahu kedatangan mereka, menunggu di dalam ruangan. Arthur melangkah masuk bersama Monica.
"Amariz, untuk sementara aku titip Monica di sini!" pinta Arthur.
Amariz mengangguk.
"Serahkan saja padaku!"
Arthur menatap Monica sebentar kemudian pergi. Amariz mengajak Monica ke kamar yang akan ditempatinya. Di koridor ia berpapasan dengan Sera.
"Sera?"
"Monica!" seru Sera.
"Oh kalian berdua sudah saling mengenal? Baguslah, Sera antar Monica ke kamar tamu. Dia akan tinggal beberapa hari di sini!" suruh Amariz.
"Monica akan tinggal di sini?" Sera menatap Monica. Monica mengangguk.
Sera langsung mengajak Monica ke kamarnya. Ia menatap Monica dengan penuh arti.
"Jangan menatapku seperti itu. Kau membuatku takut," kata Monica.
"Aku lebih takut pada kemungkinan yang belum terjadi," ucap Sera.
Monica baru mau bertanya.
"Aku tidak akan mengatakannya. Jadi jangan bertanya tentang itu," Sera berkata dengan serius.
"Aku mau tanya ini rumah siapa?" Monica tersenyum.
"Ini rumahku. Yang tadi itu ibuku," jawab Sera.
"Ayo, kubawa ke kamarmu. Kamarku berantakan!" lanjutnya.
'Padahal rapi.' Monica melihat sekeliling kamar Sera.
...***...
Arthur bersama Isabelle, Melisa dan Sander sedang memikirkan rencana.
"Kita harus kembali ke penjara bawah tanah untuk menyelamatkan gadis lain yang diculik," kata Arthur.
"Kita tidak tahu berapa banyak penjaga di sana. Jika hanya manusia biasa itu masih mudah diatasi. Tapi untuk pengawal bayangan Schatten, kita masih belum tahu seberapa kuat mereka dan berapa jumlahnya," ujar Isabelle.
"Yang kulihat saat aku menyelamatkan Monica, penjara itu tidak dijaga dengan ketat. Karena tidak ada orang yang tahu tempat itu. Schatten pasti merasa aman menempatkan sanderanya di sana tanpa penjagaan," kata Arthur.
"Tentunya sudah beda cerita setelah Monica kabur," tambah Sander.
"Benar. Schatten dan pengawalnya pasti sedang mencarinya sekarang," timpal Arthur.
"Jadi apa yang harus kita lakukan?" tanya Melisa.
"Kita akan tetap menyelamatkan gadis-gadis itu. Sander, kau siapkan pasukan khusus!" perintah Arthur.
"Siap!" jawab Sander.
"Lalu sandera kita?" tanya Isabelle.
"Tuan Phill akan mengawasinya. Lagi pula dia tidak akan bisa kabur," jawab Arthur.
"Dan ... untuk mengalahkan Schatten?" tanya Sander.
"Aku yang akan menghadapi Schatten. Sebelum purnama penuh, sebelum lonceng berdentang, Schatten masih belum mendapatkan kekuatannya secara penuh. Kali ini tidak boleh terlambat, harus mengalahkannya!" jawab Arthur dengan wajah dingin.
...*****...
Setelah mendapati penjara Monica kosong. Schatten menjadi marah.
"Cepat temukan gadis itu! Jika tidak kalian semua yang akan menggantikan gadis itu menjadi korban persembahanku!" ancam Schatten pada dua orang pengikutnya. Ucapan Schatten menggema ke seluruh ruangan.
Para gadis yang masih ditahan terlihat ketakutan.
"Heh, kalian jangan pikir untuk melarikan diri. Jika sampai aku menangkap kalian lagi, akan kupatahkan kaki kalian semua!" kata Schatten dengan penuh ancaman. Kemudian ia berjalan pergi. Seorang pengawal bayangan diutus untuk berjaga di depan lorong.
"Bagaimana ini? Apa Monica akan kembali menyelamatkan kita?" tanya Jenifer yang terlihat ketakutan.
"Kita hanya bisa berharap, semoga bisa keluar dari tempat ini. Tidak tahu apakah Monica sendiri bisa lolos dari kejaran mereka kali ini atau tidak," jawab Renata sambil menguatkan dirinya dan temannya.
.......
.......
.......
Dua pengikut Schatten meminta bantuan pada pengikut yang lainnya untuk mencari Monica. Para pengikut Schatten mulai berpencar mencari Monica ke seluruh desa.
Schatten tahu pasti Arthur yang membebaskan dan menyembunyikan Monica. Hanya saja Arthur tidak muncul saat hari terang.
Schatten mengetuk-ngetuk tangannya ke meja.
"Kau sepertinya ingin bermain-main dengan ku," gumam Schatten mengingat Arthur.
...***...
Amariz yang selesai berdoa membuka mata. Ia hendak pergi melihat Monica. Saat di koridor ia bertemu Sera.
"Di mana Monica?" tanyanya.
"Aku rasa di kamarnya," jawab Sera.
" Jika ada orang yang bertanya mengenai keberadaan Monica, katakan tidak tahu. Dan tidak usah berbicara banyak," pesan Amariz.
"Baik, Ibu!" jawab Sera.
Amariz kembali berjalan, dan tiba-tiba ia terhenti.
"Sera, cepat bawa Monica ke ruang rahasia. Sembunyikan dia di sana. Suruh dia jangan keluar. Setelah itu cepat kembali ke sini dan bersikaplah seperti biasa. Cepat!" desaknya.
"Baik!" jawab Sera. Ia bergegas menemui Monica lalu melakukan sesuai perintah ibunya. Ia membawa Monica ke sebuah pintu di belakang altar dan menyuruh Monica bersembunyi di sana.
"Monica, ibu menyuruhku membawamu ke sini. Kau harus bersembunyi dan jangan keluar sampai aku kembali. Aku merasa akan ada orang jahat yang akan datang mencarimu," jelas Sera cepat.
"Terima kasih, Sera. Kau berhati-hatilah!" kata Monica. Sera mengangguk dan menutup pintu altar kembali.
Ia kembali duduk di ruang utama sambil melihat majalah seperti kebiasaannya.
Benar saja, tak lama kemudian dua orang datang ke rumah Amariz dan menanyakan Monica. Kedua orang pengikut Schatten yang berpakaian biasa itu juga penduduk desa yang mereka kenali. Salah satunya ayah Liona.
Setelah cukup aman, Sera dan Amariz kembali menemui Monica.
"Mereka sudah pergi!" kata Amariz.
"Maaf, aku jadi ikut membahayakan nyawa kalian," kata Monica sambil melangkah ke luar dari ruang rahasia.
"Jangan berkata seperti itu. Sudah kewajibanku memastikan kau aman," ujar Amariz. Ia meraih tangan Monica lalu menunjuk garis di telapak tangannya.
"Aku tak menyangka bisa melihatmu kembali. Sayang sekali, takdir memang tidak bisa diubah. Kau seharusnya tidak di beri nama Monica dan seharusnya tidak kembali ke desa ini," tutur Amariz.
"Apa maksudnya?" Monica tak mengerti.
Amariz membalikkan badan. Berjalan ke depan altar.
"Tujuh belas tahun yang lalu, aku yang membawamu dan meninggalkanmu sendiri di kota itu," jawab Amariz.
Monica terkejut. Sera yang ikut mendengarkan lantas menatap Monica.
"Maksudmu ... kau yang membuangku?" tebak Monica tak percaya.
"Aku tidak berniat membuangmu, Monica! Aku hanya berharap dengan cara itu kau bisa hidup lebih lama dan mendapatkan kehidupan yang baik. Dengan begitu takdirmu akan berubah. Tapi ternyata ... seperti inilah sekarang. Sesuai yang diramalkan," jelas Amariz sambil menghela nafas
"Apa kau salah satu orang tuaku? Takdir apa yang harus kuhadapi?" tanya Monica.
Amariz mulai bercerita.
"Ibumu meninggal tak lama setelah melahirkanmu. Dan ayahmu meninggal tak lama setelahnya. Kau lahir di tanggal tiga, bulan tiga dan tahun kelahiran berangka terakhir tiga. Gadis yang lahir dengan tiga angka kembar, sangat langka. Apa lagi kelahiranmu di kehidupan kali ini bertepatan dengan bangkitnya Schatten. Itu yang membuat Schatten tertarik padamu. Kau adalah persembahan yang sempurna. Sebelum kau lahir, aku terus di hantui dengan mimpi, melihat dirimu di jadikan korban persembahan oleh Schatten. Saat itu yang aku pikirkan hanyalah membawamu pergi sejauh-jauhnya dari desa ini. Tapi aku tidak mengira kau justru kembali dengan sendirinya."
Ia mengambil sesuatu dari kotak kecil yang tergeletak di depan papan nama atas meja altar. Lalu memberikannya pada Monica.
"Ini adalah kalung milik ibumu. Dan sepasang papan nama di sana itu adalah milik orang tuamu," jelasnya.
Monica memperhatikan sepasang papan nama hitam berukir nama yang ada di sisi meja altar. Perasaannya campur aduk dengan kalung yang sudah berpindah ke tangannya.
"Jadi siapa kau sebenarnya?" tanya Monica datar.
"Aku bibimu! Ibumu adalah adikku, Monica!" jawab Amariz. Sera membuka mulutnya tak menyangka dengan pernyataan ibunya.
"Apa hubungan semua ini dengan Arthur? Kenapa dia menolongku?" tanya Monica.
"Monica, ada hal-hal yang tidak boleh dikatakan meski aku mengetahuinya. Suatu hari nanti kau akan tahu mengapa Arthur menolongmu," jawab Amariz.
bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
👑Lian Siyue👑
VISUAL.....MANA....VISUAALLNYA
2022-12-26
2
ɴᴏᴠɪ
jadi sera dan monica sepupu gitu ya? terus Arthur siapa?
2022-11-17
0
🍾⃝ᴀͩᴛᷞᴜͧʟᷠʟͣ💋ᴸᴷ☂⃝⃞⃟ᶜᶠ 🕊️⃝ᥴ
makin penasaran deh,, ditunggu lanjutannya kak💪
2022-11-06
1