Felix memberhentikan mobilnya di depan sebuah kafe yang sangat indah. Floey bingung dengan alasan Felix mengajaknya ke sana, mengingat Felix sudah memiliki janji dengan Becca.
"Kenapa kamu mengajak aku kesini? Bukankah kamu sudah ada janji dengan Becca?" tanya Floey bingung.
"Maksudnya?" Felix menjawab dengan wajah tak bersalah.
"Ayo," kata Felix sambil menarik tangan Floey dan mereka masuk ke dalam kafe rooftop tersebut.
Keduanya duduk di kursi, menikmati keindahan kota dari atas sana. Felix menyodorkan sebuah pasang kacamata kepada Floey.
"Nih, pakai," kata Felix.
"Buat apa?" tanya Floey heran.
"Apa kau mau mata lo itu sakit?" jawab Felix dengan perhatian.
"Hah, tidak. Ya sudah," Floey memakai kacamata tersebut.
Matahari terbenam begitu indah, dan pemandangan itu membuat hati keduanya menjadi tenang. Floey merasakan kehangatan dan kenyamanan dalam momen ini.
"Felix, makasih buat semuanya," ucap Floey dengan tulus.
"Sudahlah," Felix menjawab singkat.
Tiba-tiba, seseorang menepuk pundak Felix.
"Felix!" seru orang tersebut.
Keduanya membalikkan badan dan terkejut melihat Becca di hadapan mereka.
"Floey, what! Ngapain lo di sini?" tanya Becca dengan kaget.
"Aaaku..." Floey terbata-bata.
"Kami kencan," sambung Felix dengan nada tegas.
"Apaaa?" Becca terkejut.
"Sudahlah, jangan ganggu kita!" seru Felix, mencoba membela Floey
"Tapi nggak baik loh berduaan di sini, apalagi mau menjelang malam," Becca mengeluarkan kode sinis melalui tatapannya kepada Floey.
"I-iya, Felix, mendingan kita bertiga sama Becca," ucap Floey dengan rasa terpaksa.
"Ngapain ngajak dia segala!" protes Felix.
"Ih, Felix, kok ngomongnya gitu sih? Aku juga ingin bergabung sama kalian! Oh, apa jangan-jangan disuruh Floey ya, biar ngusir aku," fitnah Becca.
"Hah, nggak, aku mana mungkin ngusir kamu!" Floey membantah dengan tegas.
"Halah, gue tahu lo dendam sama gue kan? Ngaku ajaa." Becca mengambil segelas minuman dan dengan sengaja menumpahkannya ke baju Floey.
"Hahh!" Floey terkejut.
Suasana semakin memanas dan menarik perhatian pemilik kafe yang datang.
"Ada apa ini ribut-rabut?" ucap pemilik kafe.
"Paman, perempuan ini mengganggu kami," kata felix dengan sinis.
"Oh, mbak silahkan pergi meninggalkan kafe ini, atau terpaksa kami usir karena membuat kerusuhan di sini," kata pemilik kafe dengan tegas.
"Cihh, awas kamu!" Becca melihat Floey dan melemparkan tisu ke arahnya.
Perkataan kasar Becca membuat hati Floey terluka, dan tanpa sadar, air mata mulai menetes. Floey mengusapnya dengan cepat.
"Apa kamu tidak kenapa-napa?" ucap pemilik kafe sambil menatap Floey dengan penuh perhatian.
Entah mengapa, ucapannya membuat hati Floey tenang, seakan-akan ada ikatan batin di antara mereka.
" kenapa dia begitu perhatian?" pikir Floey dalam batin sambil menitikkan air mata.
"Tidak, paman, mungkin dia hanya kecapean. Kalau begitu, kami pamit untuk pulang. Ayo, Floey," kata Felix kepada Floey.
"Floey?" Paman itu membalikkan badan, tetapi mereka sudah tidak ada di tempat itu.
"Apa jangan-jangan... Ah, tidak mungkin..." gumam pemilik kafe tersebut, menyisakan tanda tanya dalam benaknya.
🚗
Di dalam mobil, perjalanan mereka berlangsung dalam keheningan dan tidak ada satu kata pun yang terucap di antara mereka. Setelah beberapa saat, mobil itu akhirnya sampai di depan rumah Floey.
"Makasih," ucap Floey hendak turun dari mobil.
"Tunggu! Apa lo cari ini?" Felix mengulurkan tangan dan menunjukkan sebuah gantungan kunci.
"Hah, iya ini gantungan kunci ku, makasih!" Floey tersenyum dan menerimanya.
Felix kemudian pergi meninggalkan rumah Floey. Terdengar suara clek saat pintu rumah ditutup.
"Dari mana saja kamu, baru pulang jam segini! Apa itu di tanganmu?" ucap Zeora, ibu Floey, sambil merebut gantungan kunci dari tangannya Floey.
"Itu bu, aku menemukannya di belakang rumah," jawab Floey dengan ragu.
"Kenapa diambil? Harusnya buang saja barang ini!" Zeora berkata dengan nada tegas.
"T-tapi kan sayang, bu. Itu ada foto ayah," ucap Floey dengan sedih.
"Sudah, buang saja," Zeora melemparkan gantungan kunci ke luar rumah dengan kasar.
Floey pergi ke kamarnya dengan hati yang terluka.
Di dalam kamar, Floey duduk di tepi tempat tidur sambil menangis.
"kenapa ibu sangat membenci ayah? Aku kan cuma ingin tahu siapa ayahku," gumam Floey dengan suara tercekat di antara tangisannya.
Floey merasa kebingungan dan kesepian. Ia tidak pernah memahami alasan di balik permusuhan ibunya terhadap ayahnya. Setiap kali Floey mencoba bertanya atau menyebut ayah, Zeora selalu menunjukkan rasa marah dan kebencian yang mendalam.
Sambil memandangi foto ayahnya sudah tidak jelas karena bekas kebakar tadi siang yang ada di gantungan kunci itu, Floey merasakan keinginan yang tak terucapkan untuk mengenal sosok ayahnya. Floey ingin tahu lebih banyak tentang dirinya, tentang akar keluarganya, dan ingin merasakan kehangatan seorang ayah.
Namun, suasana di rumah terasa kaku dan penuh ketegangan. Floey merasa sulit untuk mengungkapkan apa yang ada di hatinya kepada ibunya. Keinginannya untuk bertemu ayah tidak pernah direspon dengan baik.
Floey membuang tubuhnya ke atas tempat tidur, mencoba menenangkan diri. Air mata terus mengalir, dan dalam keheningan kamarnya, Floey berharap suatu hari nanti dapat menemukan jawaban atas pertanyaan yang menghantuinya.
...Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Nisa Anisya
mau apaan sih lo ganggu aja
2023-06-25
0
Nenie desu
janagna lupa mampir di novel aq kak 😇🙏🤗
2022-08-16
0
Achi
💪💪
2022-07-14
0