Setelah hujan reda sedikit, Floreylla memutuskan untuk melanjutkan perjalanan pulang. Ia tiba di rumah dalam keadaan sedikit basah dan kedinginan.
Namun, saat memasuki rumah, Floreylla disambut dengan wajah marah ibunya yang sedang menunggunya. Ibu Floreylla menatapnya dengan tajam, ekspresi kesal jelas terpancar dari wajahnya.
"Floreylla! Kau pulang terlambat lagi! Di mana saja kau selama ini? Aku sudah sangat khawatir!" bentak ibunya dengan nada tinggi.
Floreylla yang masih basah dan kedinginan, merasa sedih dan takut dihadapkan dengan kemarahan ibunya. Ia mencoba menjelaskan dengan suara gemetar,
"Maaf, ibu. Hujan tiba-tiba turun begitu deras, aku harus mencari tempat berteduh."
"Tidak ada alasan yang bisa menghalangimu pulang tepat waktu! Kau harus bertanggung jawab dan memberi tahu kami jika ada perubahan rencana!" seru ibu Floreylla dengan keras.
Floreylla menundukkan kepala, merasa sangat menyesal atas keterlambatannya dan mendapat marah dari ibunya. Ia merasa dirinya tidak dihargai dan bersalah karena tidak bisa mengontrol cuaca. Namun, ia tidak berani membalas atau melawan ucapan ibunya.
"Dari sekarang, kau harus lebih bertanggung jawab dan menghormati waktu. Jangan membuatku khawatir dan marah seperti ini lagi!" lanjut ibu Floreylla dengan nada yang lebih lembut, tetapi dengan ekspresi yang tetap kesal.
Floreylla mengangguk pelan, dan kembali melanjutkan jalannya menuju kamarnya.
Keesokan harinya....
Floreylla berdiri di tengah pintu gerbang sekolah, bersyukur bahwa dia tidak terlambat. Suasana di sekitarnya begitu ramai, dan semangat belajar terasa mengisi udara.
Tiba-tiba, suara klakson mobil yang keras memecah keheningan pagi itu, membuat Floreylla terkejut. Ia berlari cepat ke pinggir gerbang untuk memberi jalan kepada mobil yang berhenti di depannya. Sang sopir dengan sigap membukakan pintu mobil, dan dari dalam mobil muncullah Felix.
Seketika, sorak-sorai riuh menggema dari siswa-siswa yang melihat Felix keluar dari mobil itu. Floreylla melihat Becca dan teman baiknya, yang tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya. Ia menghampiri Felix dengan antusias.
"Hai, Felix! Kita ke kelas bareng yuk?" ucap Becca sembari memegang tangan Felix dengan penuh semangat.
Namun, Felix merasa sedikit risih dengan tindakan Becca. Ia melepaskan tangannya dengan cepat dan langsung melengos pergi, tanpa berkata sepatah kata pun. Floreylla melihat kejadian tersebut dan merasa sedikit cemburu melihat Becca yang begitu dekat dengan Felix.
"Cih... ," gumam pelan Floreylla , terpancing oleh rasa cemburu yang tak terduga.
"Apa? Kamu bilang apa?" Qilla menatap Floreylla dengan tajam, mencoba mencari kejelasan.
"Emm... enggak kok, mungkin kamu salah dengar tadi," jawab Floreylla terbata-bata, mencoba menutupi ucapan yang keliru.
"Heh, emangnya kuping gue ini budek? Gue denger sendiri tadi lo nyebut Becca lintah darat," Qilla menyuarakan kecurigaannya.
"Enggak kok, Qill. Aku nggak nyebut dia lintah darat," Floreylla berusaha membela diri.
"Alahh, alesan aja. Kamu tuh sampah nggak berguna, cuma--" Ucapan Qilla terhenti tiba-tiba ketika melihat Kieranza muncul dari belakang mereka.
"Wihh... sekarang akur nih, baguslah kalau kalian sudah mulai berteman," ucap Kieranza dengan senyum mengembang.
"Cihh, najis," gumam Qilla pelan, berusaha menyembunyikan rasa kesalnya.
"Hah, apa Qill? Aku kurang dengar yang kamu bilang barusan?" tanya Kieranza dengan wajah polos.
"Hah? Oh, barusan aku bilang iya kita udah mulai temenan, kan, Floey?" Qilla menepuk-nepuk pundak Floreylla.
"Hah, iya kita udah mulai berteman," sela Floey dengan senyuman lebar.
"Ouh, baguslah kalau begitu. Aku senang melihat kalian akur," ucap Kieranza dengan tulus.
"Ehemm, ya udah aku ke kelas duluan ya," kata Qilla sambil berlari menuju kelas.
Floreylla masih terkejut dengan perubahan suasana yang tiba-tiba terjadi. Ia merenung sejenak, lalu menoleh pada Kieranza.
"Beneran kalian temenan?" tanya Kieranza dengan nada ragu.
"Hah, sudahlah, ayo kita ke kelas. Nanti belnya berbunyi," ajak perempuan dengan rambut digerai cantik itu dengan antusias.
Mereka berdua berjalan bersama menuju kelas, meninggalkan gerbang sekolah yang sebentar lagi akan ditutup.
Jam pembelajaran pertama berbunyi, dan seorang guru masuk ke dalam kelas.
"Anak-anak, hari ini kita akan mengadakan ulangan harian pertemuan kesatu. Silakan kumpulkan buku catatan kalian," kata guru tersebut seraya mengambil selembar kertas.
"Dan ini, Kieranza, tolong bagikan lembar soal dan lembar untuk menjawab soalnya," lanjut guru itu sambil memberikan tumpukan kertas kepada Kieranza.
30 menit kemudian...
"Waktu habis, sekarang kalian kumpulkan jawaban ulangan kalian," ucap guru tersebut.
beberapa menit kemudian...
"Oke, ibu akan menyebutkan nilai ulangan kalian yang skornya paling tinggi. Floreylla mendapatkan nilai 90, Kieranza 95..."
"Hah? Heh, Kieranza ada saingannya tuh," ucap Becca dengan terkejut.
"Iya, bener-bener," sahut Qilla setuju.
"Iya, iya, betul-betul," serentak ucap siswa-siswa lain dengan riuh.
"Tolong, semuanya tetap tenang. Dan yang mendapatkan nilai 100 adalah Felix. Selamat untuk Felix. Sekian pembelajaran hari ini," tutur guru tersebut.
Kringggg! Bel istirahat berbunyi...
"Wih, congrats Felix! Baru masuk sekolah tapi udah dapet nilai 100 aja nih. Ajari aku dong, plis," ucap Becca dengan antusias.
Namun, Felix tidak mendengarkan ucapan Becca dan memilih untuk bermain dengan ponselnya di dalam kelas.
Srett... Kieranza berdiri dari tempat duduknya ,
Kieranza masuk ke dalam toilet dengan langkah cepat. Dia segera menuju wastafel dan mengalirkan air untuk mencuci tangannya. Pikirannya masih terpenuhi dengan kekesalannya terhadap Felix, murid baru yang mendapatkan nilai sempurna.
Sambil menggosok-gosok tangannya dengan sabun, Kieranza memandang cermin di depannya. Wajahnya terlihat tegang, dan matanya mencerminkan keinginan untuk membuktikan dirinya yang lebih baik dari Felix.
"Kenapa dia bisa begitu pintar? Apa yang membuatnya istimewa?" gumam Kieranza sambil memicingkan mata. Rasa iri dan kecemburuan terus memenuhi hatinya.
Setelah selesai mencuci tangan, Kieranza mengeringkan mereka dengan handuk dan memandang dirinya sekali lagi dalam cermin. Dia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri.
"gue harus lebih fokus dan Jangan biarkan murid baru itu mengambil posisi murid terbaik di sekolah ini" ucap Kieranza dengan tekad yang baru.
...Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
teti kurniawati
sudah ditambahkan ke favorit ya
2022-12-14
1
💞Amie🍂🍃
Aku mau juga mobilnya😜
2022-11-21
1
Inru
Foto diambil dari sebuah film ya thor..? Cuma kepo kok thor hhe
2022-08-17
2