...Part ini sudah direvisi....
...***...
“Aw!”
Ayu meringis kesakitan, jari tangannya tak sengaja teriris pisau.
“Nyonya nggak apa-apa?” Bi Ijah bertanya dengan raut wajah khawatir.
“Nggak apa-apa kok, Bi. Aku tadi kurang hati-hati saja.”
Dia melangkahkan kakinya mengambil kotak P3K yang tersimpan di balik wastafel dapur.
Setelah membalut lukanya dengan plester Ayu melanjutkan pekerjaannya lagi.
“Nyonya, biar bibi saja. Ini sudah siang, nanti Nyonya terlambat masuk kerja.”
Ayu tersenyum masam.
“Aku sudah nggak kerja lagi, Bi. Mulai sekarang aku di rumah.”
Nampak raut terkejut mendengar majikannya berkata seperti itu.
“Ayo, Bi. Malah melamun, nanti Tuan keburu bangun.”
Keduanya melanjutkan pekerjaannya, tak lama kemudian semua masakan tersaji di atas meja makan.
“Bi, aku ke kamar dulu ya. Mau mandi, nanti sisanya tolong dirapikan.”
“Baik, Nyonya.”
Rika yang baru keluar dari kamarnya berpapasan dengan Ayu dan melewatinya begitu saja tanpa berniat menyapa Ayu. Ayu hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah madunya.
Bi Ijah masih menghidangkan beberapa masakan di atas meja.
“Selamat pagi, Nyonya.”
Bi Ijah menyapa istri kedua majikanya, tetapi Rika hanya acuh tak acuh. Ketika Rika hendak duduk, dia mendengar Danu yang tengah menelpon dan suaranya semakin dekat. Tiba-tiba muncul ide di kepala Rika.
“Heh! Babu, sini piringnya”
Mengambil paksa piring yang tengah dipegang Bi Ijah.
Rika meletakkan piring dan sendok serta gelas di atas meja.
“Selamat pagi, Mas.”
Danu duduk di kursi lalu meletakkan ponsel di atas meja. Dia melihat sekeliling mencari keberadaan Ayu yang tidak dilihatnya di sana.
“Nyonya Ayu belum bangun, Bi?”
“Itu Tu—”
“Sepertinya belum, Mas. Dari tadi aku belum lihat Mbak Ayu turun.” Rika memotong perkataan Bi Ijah.
Sedangkan asisten rumah tangganya hanya menunduk diam saat Rika melotot ke arahnya. Bi Ijah tidak berani membantah perkataan Rika.
“Ya sudah, kita makan duluan saja. Mas juga sudah terlambat, kebetulan ada rapat penting pagi ini.”
“Iya, mas. Aku siapkan dulu ya, makanannya.”
Saat Rika tengah menaruh makanan ke dalam piring milik Danu, Ayu datang.
“Selamat pagi, Mas.”
“Selamat pagi, Rika."
“Selamat pagi, Mbak Ayu”
Balas Rika dengan senyum yang terulas di bibirnya. Sungguh berbeda sekali saat berpapasan dengan Ayu tadi.
“Kamu baru bangun, Ay. Ini sudah jam delapan, meskipun sudah nggak kerja lagi usahakan bangun pagi biar bisa nyiapin sarapan buat aku.”
Alis Ayu bertautan satu sama lain.
“Aku tad—”
“Mas, gimana? Enak?” Rika menyela perkataan Ayu, Dia tidak membiarkan Ayu menjelaskan yang sebenarnya.
“Enak banget sayang, terima kasih ya. Ini makanan kesukaan, Mas. Sayangnya nggak bisa makan banyak karena buru-buru, nanti tolong siapkan kotak bekal untuk Mas bawa.” pinta Danu kepada Rika.
Rika mengiyakan permintaan suaminya dan tersenyum penuh kemenangan saat melihat Ayu.
Danu makan dengan lahap. Sedangkan Ayu hanya memilih diam saja, dia tidak ingin merusak suasana sarapan pagi ini. Meskipun suasana hatinya sendiri sudah tidak baik-baik saja.
...***...
Hari ini kepulangan Danu dari Singapore. Ayu menyiapkan makanan kesukaan Danu untuk menyambut kepulangannya suaminya.
Beginilah kehidupannya sekarang. Hanya berkutat di rumah saja. Tak ada lagi kegiatan di luar rumah selain ke rumah ibu mertuanya atau berkunjung ke rumah orang tuanya. Kadang sesekali Ayu jalan-jalan ke luar untuk berbelanja bahan makanan bersama asisten rumah tangganya.
Sebenarnya Ayu sedikit bosan, karena tak ada hal lain yang bisa dia kerjakan. Dia kembali teringat ketika memberikan surat pengunduran diri dua minggu yang lalu, pria itu—Rak— begitu terkejut dengan keputusan Ayu. Raka bahkan bertanya ada hal apa yang membuat Ayu tiba-tiba berhenti dari pekerjaannya.
Ayu menjelaskan, meskipun tentu saja bukan hal yang sebenarnya kepada Raka. Dia berhenti bekerja karena ingin fokus menjadi ibu rumah tangga, agar dirinya bisa fokus mengurus suaminya.
Meskipun awalnya Raka tidak percaya dan sangat menyenangkan keputusan Ayu, tapi pria itu menghormati keputusan Ayu.
“Pintu LAVIAS selalu terbuka lebar untuk kamu, jika suatu saat nanti kamu akan memutuskan untuk kembali bekerja di sini, Ay. Bukan karena kamu adik sepupu dari sahabatku, tapi karena kamu memang memiliki potensi besar di bidang ini.”
Ayu tersenyum dan mengucapkan terima kasih kepada Raka. Dia juga mengatakan permintaan maaf, jika selama berkerja di sana melakukan kesalahan. Sebelum pergi, Ayu juga berpamitan kepada beberapa pegawai yang dia kenal dan dekat dengannya selama Ayu bekerja di sana.
Ada rasa sedih menelusup ke dalam hatinya ketika kakinya mulai melangkah ke luar gedung itu. Semoga keputusannya benar, ia hanya ingin Danu tidak salah paham lagi dan memaafkannya.
“Nyonya. Tinggal taruh ini saja, ya?”
Suara Bi Ijah menyadarkan Ayu dari lamunannya.
“Iya, Bi. Kalau gitu, aku mau siap-siap dulu soalnya sebentar lagi Mas Danu sampai rumah. Oh iya, Bi. Apa Rika sudah pulang?”
“Sudah, Nyonya. Tadi bibi lihat Nyonya Rika pulang sambil bawa belanjaan, terus naik ke atas.”
Ayu mengangukkan kepalanya tanda mengerti. Kemudian melangkahkan kakinya menuju kamar untuk membersihkan diri dan berganti pakaian.
Berbeda dengan Ayu yang lebih menghabiskan waktunya untuk mengurus rumah, Rika lebih suka menghabiskan waktunya di luar rumah.
Sejak kepergian Danu selama seminggu madunya itu memang jarang sekali berada di rumah. Saat pergi pun tidak pernah berpamitan kepada Ayu atau asisten rumah tangga mereka. Dan, setiap ditanyai selalu saja dijawab dengan nada ketus.
“Bukan urusan kamu!” Begitu katanya.
Ayu mendengar suara mobil memasuki halaman rumahnya. Seketika senyumannya mengembangkan.
“Assalamualaikum”
“Waallaikumsallam"
Ayu menyambut kedatangan Danu. Mencium tangannya dan mengambil tas yang tengah dipegang suaminya.
“Mas ganti baju dulu, ya. Makanan sudah Ayu siapkan, pasti lapar kan, karena dari bandara langsung pulang.”
“Iya, terima kasih ya sayang. Kalau gitu mas ke atas dulu”
Usai berganti pakaian Danu dan Ayu duduk bersama. Danu dengan lahapnya menyantap makanan yang dihidangkan, sedangkan Ayu hanya menggelengkan kepalanya melihat suaminya itu.
“Pelan-pelan saja, Mas. Nanti tersedak.”
Ayu mengingatkan suaminya.
“Habisnya masakannya enak banget, mas juga juga lapar uhukk, uhukk .....”
Ayu dengan sigap mengambil air minum untuk suaminya.
“Kan, baru juga aku bilangin.”
Danu hanya tersenyum melihat istrinya yang tengah mengomel.
“Mas!” suara teriakan Rika mengangetkan Ayu dan Danu yang tengah berada di ruang makan. Ayu melihat Rika tergopoh-gopoh berjalan ke arahnya dan Danu.
Dengan senyum mengembang, dia menunjukkan sebuah benda kecil pipih berwarna putih ke arah Danu.
Danu menaruh garpu dan sendok yang tengah dipegangnya.
“Ini apa, sayang?”
Danu bertanya kepada Rika dengan nada keheranan.
“Aku hamil, Mas. Aku hamil!” Suara Rika kegirangan.
“I—ini beneran, Sayang? Ka—kamu hamil.”
Rika menganggukkan kepalanya dengan begitu antusias.
”Alhamdulillah.”
Danu bangkit dari duduknya, langsung memeluk Rika erat.
Prang!
Gelas yang tengah dipegang Ayu meluncur dengan sempurna beradu dengan lantai marmer, setelah mendengar perkataan Rika barusan.
Danu dan Rika menoleh ke arah Ayu yang terlihat begitu terkejut.
Hamil! Bagaimana mungkin?
Batin Ayu menjerit tak percaya dengan apa yang dia dengar.
...****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
putia salim
tu kan bener kayaknya yg mandul danu,bukanya ayu,
rika hamil pst dengan selingkuhanya
2023-06-17
0
Tri Widayanti
Lanjut
2022-12-26
0
🧭 Wong Deso
ku dukung karya mu thor
2021-11-18
1