...Part ini sudah direvisi...
...______...
...Happy reading!...
...***...
Ponsel Ayu bergetar karena ada pesan masuk dari suaminya.
Danu
Ay, ibu ngundang kita makan malam di rumah.
Jari-jarinya mengetik pesan balasan yang masuk.
^^^Ayu^^^
^^^Kapan, mas?^^^
Danu
Nanti malam, jam 7. Kamu bisa pulang lebih awal?
^^^Ayu^^^
^^^Aku usahakan ya, mas. Kebetulan minggu ini jadwal atasan Ayu lagi padat, jadi banyak laporan yang harus dikerjakan.^^^
Danu
Mas jemput ya.
^^^Ayu^^^
^^^Boleh, kabarin kalau nanti sudah sampai.^^^
Danu
Selamat bekerja istriku ❤️
Ayu hanya membaca pesan terakhir dari Danu tanpa ada keinginan untuk membalasnya. dia meletakkan kembali ponsel tersebut ke dalam laci meja kerjanya.
Ayu memang mulai belajar menerima pernikahan kedua suaminya, tapi tetap saja semua hal itu tidak mudah baginya. Kata ikhlas mudah diucapkan, tapi sangat sulit untuk dilakukan.
Dia hanya bisa mengehala napasnya.
“Kuatkan hatiku, ya Rabb” ujarnya berkata dengan lirih.
...***...
“Assalamualaikum.”
Danu dan Ayu mengucapkan salam bersamaan.
“Waallaikumsallam,” jawab Pak Gunawan.
Danu dan Ayu menyalimi Bu Wati dan Pak Gunawan secara bergantian.
“Ini jam berapa, Dan? Ibu sudah lapar nungguin kalian!” protes Bu Wati kepada Danu.
“Maaf, Bu. Tadi lalu lintas macet,” ujar Danu menjelaskan kepada ibunya.
“Haduh, alasan terus. Kamu bareng sama Ayu, ya jadinya harus bolak-balik. Kan, kantornya beda arah. Seharusnya, kamu berangkat sendiri langsung dari kantor ke sini. Nggak perlu dijemput segala, kebiasaan. Makanya jadi manja!” Bu Wati berujar dengan ketus.
Hati Ayu mencelus mendengar perkataan ibu mertuanya itu. Dia hanya terdiam tanpa berniat melakukan pembelaan, bahkan perut yang tadinya lapar tiba-tiba mendadak kenyang seketika.
“Ayu, kan istriku Bu. Wajar kalau dia manja atau aku jemput, biasanya juga gitu.”
Saat Bu Wati hendak berbicara lagi, pak Gunawan lebih dulu berucap.
“Sudah, sudah, mereka ini baru datang. Danu, Ayu, sekarang ayo kita makan.” Pak Gunawan berkata dengan tegas.
Bu Wati memang diam, tapi wajahnya terlihat sangat kesal.
Tak ada obrolan di meja makan seperti dulu, hanya bunyi sendok beradu dengan piring sesekali terdengar memecahkan keheningan.
Bu Wati melirik sebal ke arah menantunya. Entah mengapa, saat ini dirinya tidak menyukai Ayu. Jika dulu, bisa dibilang Ayu adalah wanita idaman untuk menjadi menantu dan seorang istri, Bu Wati akan langsung setuju.
Tapi sekarang? Hal itu tidak berlaku setelah hampir setahun, dirinya menunggu kehamilan yang tak kunjung dia dengar dari menantunya itu.
Kini harapan satu-satunya adalah Rika, menantu keduanya. Wanita yang dinikahi secara siri satu bulan lalu oleh Danu.
“Dan, ibu mau bicara.”
Danu menghentikan suapan terakhir ke dalam mulutnya.
“Bicara saja, Bu.” kemudian melanjutkan makannya.
“Ibu mau kamu bawa Rika ke rumah kalian.”
“Uhukk ... Uhukk...."
Danu terbatuk-batuk mendengar perkataan ibunya. Ayu menyodorkan segelas air putih kepada Danu yang masih terbatuk.
“Ini, mas. Pelan-pelan makannya, biar nggak tersedak.” ujar Ayu.
Danu menerima segelas air pemberian Ayu, matanya sempat melirik ke arah istrinya, sayangan yang dia dapat tak ada ekspresi apapun di wajah istrinya. Baik kesal, sedih, ataupun marah.
“Terima kasih, Sayang.” Danu berujar dengan tulus lalu meletakkan kembali gelas tersebut di atas meja.
Ayu melanjutkan makannya lagi, meskipun sejujurnya sangat sulit untuk menelan makanan. Seperti menelan duri, dia bahkan mencoba menahan air matanya agar tidak terjatuh.
“Maaf, Bu. Danu nggak bisa lakukan hal itu.”
“Memangnya kenapa nggak bisa? Ayu pasti nggak keberatan, ya kan? Ayu juga sudah tahu kalau kan, kalau kamu menikah dengan Rika. Biarkan juga di sini, Kalai dekat ibu juga bisa mantau kalau Rika hamil.”
Keberatan? Entahlah. Bahkan jika dia berkata KEBERATAN, apakah ibu mertuanya itu akan mengerti? Ayu menelan bulat-bulat kata itu di kepalanya.
“Pokoknya akhir minggu ini Rika harus pindah ke sini. Kasian dia kalau sampai harus jauh-jauhan, kalian kan, masih pengantin baru.”
“Tap—”
“Nggak ada tapi tapi, pokoknya keputusan ibu mutlak! Kamu harus bawa dia ke sini, ibu mau cepat-cepat nimang cucu.” Bu Wati berkata dengan tegas memotong perkataan Danu. Ia bahkan menganggap seolah-olah Ayu hanyalah patung atau sesuatu yang transparan.
...***...
“Ay ....”
Ayu bergeming ditempatnya saat Dan memeluk dari belakang. Keduanya kini tengah berada di dalam kamar mereka.
“Aku minta maaf ya, atas perkataan ibu waktu di rumah tadi ya.”
“Nggak apa-apa, mas.”
“Kalau misalnya kamu nggak setuju, aku akan coba bujuk ibu perihal Rika.”
Dan jika hal itu terjadi, maka aku lagi yang akan menerima kata-kata menyakitkan dari Ibumu.
“Bawa saja dia kemari.”
Danu melepaskan pelukannya, membalikkan tubuh istrinya.
“Kamu serius, Ay? Kamu nggak merasa keberatan?”
Kata itu lagi, meski mengatakan keberatan sekalipun percuma, bukan.
“Nggak apa-apa, aku baik-baik saja. Aku akan belajar menerima dia di sini. Kamu juga pasti diteror ibu terus-terusan dan takutnya seperti kejadian lalu. Ibu jatuh sakit karena mogok makan.”
Danu mengehala napasnya berat. dia tahu wanita di depannya ini tidak baik-baik saja. Namun, Ayu selalu menyembunyikan perasaannya demi baktinya kepada dirinya sebagai seorang istri.
“Baiklah, kalau kamu mengizinkan. Mungkin minggu depan Mas akan membawanya ke sini.”
Ayu mengangukkan kepalanya, kemudian bersandar di dada Danu. Menghidu aroma tubuh suaminya yang selalu membuatnya tenang dan nyaman.
Entah kapan lagi dia akan merasakan itu, dia juga harus menyiapkan hatinya nanti setelah kedatangan madunya ke rumah mereka. Ayu sadar, pasti semuanya tidak akan pernah sama lagi seperti dulu, sebelum hadirnya seorang diantara keduanya di rumah mereka.
...****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
putia salim
itu mah bukan sebuah bakti istri kesuami,....
tp istri yg goblok,mau2 nya tinggal satu atap sm madu🤦♀️,danu jg sebagai laki2 g punya pendirian udah berumahtangga masih saja mau diatur ibunya
2023-06-17
0
Tri Widayanti
Aku nunggu karma aja sih buat Danu dan ibunya
2022-12-26
2
✨viloki✨
Mertua edan ih
2022-05-20
0