...Part ini sudah direvisi....
...***...
Entah mengapa perasaannya menjadi tidak nyaman setelah beberapa hari kepergian sang suami.
Terlebih saat ponsel milik suaminya sempat tidak bisa dihubungi. Namun, Ayu menepis rasa tak nyaman di hatinya. Dia berdoa semoga suaminya dalam keadaan baik-baik saja.
Sedangkan untuk mertuanya juga sama. Kemarin dia sempat ingin menjenguk ibu mertuanya di rumah sakit, tapi ternyata ibu mertuanya sudah pulang ke rumah begitu kata perawat di sana.
Ayu bersyukur mendengar hal itu, meskipun tidak dikabari.
Karena malam sudah larut, dia memutuskan untuk pulang ke rumahnya. Besok rencananya dia akan pergi ke rumah orang tua Danu untuk menjenguk ibu mertuanya.
...***...
“Mas, ini sudah waktunya makan siang. Kamu nggak makan?” tanya Ayu melihat Raka masih berkutat dengan segala pekerjaan di mejanya.
“Nanti deh, Ay. Lagi tanggung banget soalnya.”
“Kalau gitu Ayu pesan makanan dari luar saja ya, nanti dimakan jangan sampai nggak.”
Raka hanya menganggukkan kepalanya sebagai tanda mengiyakan, matanya masih memeriksa berkas yang ada di depannya dengan seksama.
“Ayu keluar dulu, ya. Nanti ada office boy yang ke sini.”
Raka mengangkat ibu jarinya seolah berkata ‘oke’.
Ayu ke luar dari ruangan Raka dan hendak berjalan menuju lift, ada seorang divisi pemasaran yang menyapanya.
“Mbak Ayu, makan siang bareng yuk.” ajak Rina, salah seorang pegawai divisi pemasaran.
“Boleh, deh. Kebetulan aku juga udah selesai, dan memang mau ke makan siang.” Jawab Ayu mengiyakan ajakan tersebut.
Keduanya berjalan beriringan. Sesampainya di kantin Ayu duduk bersama dua orang pegawai lainnya. Mengobrol tentang pekerjaan dan hal lain bersama mereka.
“Pak Raka tumben banget makan di kantin,” celetuk salah seorang pegawai yang tengah duduk membelakangi Ayu.
Ayu yang tak sengaja mendengar ucapan pegawai memalingkan wajahnya ke arah pintu masuk kantin.
Lah, kok makan di sini. Terus makanan yang dipesan tadi gimana?
Raka berjalan mendekati tempat Ayu dan teman-temannya berada.
“Mbak, pak Raka ke sini. Kalau gitu, kami pindah ke tempat lain saja ya.” Ujar Devi sembari menarik lengan Rina.
“Eh, nggak apa-apa. Kalian di sini saja, dia nggak makan orang kok.” Gurau Ayu.
“Mbak Ayu bisa saja, nggak apa-apa kok kita pindah saja. Bye mbak Ayu,” keduanya segera pergi dari sana begitu Raka mendekat.
Raka yang baru datang langsung duduk di kursi yang berada di hadapan Ayu tanpa meminta izin lebih dulu.
“Tadi Ayu pesankan makanan, terus kenapa malah ke sini? Makanannya gimana?”
Raka menghela napasnya. Kemudian menunjukkan layar ponsel kepada Ayu. Ayu membaca dengan seksama pesan masuk yang ada di ponsel Raka. Seketika dirinya langsung tergelak, beberapa pegawai bahkan berpaling ke arah tempat dirinya dan Raka berada.
Mereka penasaran dengan apa yang membuat Ayu tertawa.
“Kualat loh, Ay. Ngeledekin orang yang lagi kesusahan,” Raka protes karena Ayu justru menertawakan dirinya.
“Habisnya Mas Raka lucu, masa mau diapelin sama cewek malah kabur.” Ujarnya terkikik mengingat bunyi pesan yang masuk di ponsel Raka dengan kontak bernama Belinda.
Ayu tahu siapa wanita itu, dia adalah salah satu wanita yang mengejar-ngejar Raka.
Wanita itu mengenal Raka beberapa bulan yang lalu, ketika Raka sedang keluar kota untuk mengobati hatinya yang patah saat pujaan hatinya menikah dengan pria lain. Hal ini yang Ayu tidak ketahui, yang dia tahu Raka ke sana dalam rangka perjalanan bisnis saja.
Sialnya di sana dia justru bertemu dengan seorang wanita yang cukup agresif mendekatinya. Siapa lagi kalau bukan Belinda, anak perempuan dari salah satu kolega bisnis keluarga Raka.
“Dia sudah bela-belain ke sini loh, mas. Masa Mas Raka malah kabur. Kenapa nggak diterima aja, coba? Pacaran dulu kek, siapa tahu cocok terus bisa nikah.”
“Nggak deh, Ay. Makasih. Memangnya kamu tega ulet bulu gitu dekat sama mas?” tanya Raka bergidik ngeri membayangkan wanita seperti Belinda berada disekitarnya.
“Lagi pula mas juga sudah suka sama seseorang, ya meskipun orang yang mas suka juga udah ada yang punya.”
Dan dia sekarang ada di hadapanku.
“Makanya mas Raka cepetan cari penggantinya, biar bisa move on.”
Raka hanya tersenyum tanpa berniat menimpali perkataan wanita di hadapannya. Dirinya bahkan tak mampu berterus terang kepada Ayu tentang perasaannya.
...***...
Sudah beberapa hari ini perasaan Ayu semakin tidak karuan. Hatinya seakan gundah karena sesuatu hal.
Terlebih saat dirinya sempat bermimpi sang suami datang ke mimpinya sembari bersujud meminta maaf kepadanya. Hal itu semakin membuatnya cemas.
Meskipun begitu, Ayu tetap berpikir positif. Toh, suaminya masih membalas pesan darinya walaupun dia harus menunggu lama menunggu balasan pesan yang dia kirim.
Sudah sepuluh hari yang lalu Danu berangkat ke luar kota untuk mengurus kantor cabang yang sedang mengalami masalah.
Tadinya Ayu berencana hendak menjenguk ibu mertuanya yang sudah pulang dari rumah sakit. Namun nyatanya, ibu mertuanya justru sedang pergi ke luar kota beberapa hari yang lalu. Begitu yang dia ketahui dari mbok Darmi, ibu mertuanya hanya ingin berlibur dan jalan-jalan setelah keluar dari rumah sakit.
Ayu ikut senang mendengar hal itu. Meskipun sikap mertuanya kini sedikit ketus terhadapnya, Ayu tetap harus berbakti kepada mereka. Terutama ibu mertuanya. Hari ini Danu pulang, tadi sore suami itu mengirimkan pesan kepadanya. Ayu memang sudah rindu sekali.
Tapi sudah dua hari ini Danu memang begitu sulit dihubungi, saat Ayu mencoba menelpon justru dijawab oleh operator dan ketika dia mengirim pesan. Justru centang satu, menandakan jika ponsel suaminya sedang tidak aktif.
Ayu mengehala napas, dia berusaha tetap sabar dan mengerti, karena dia tahu pekerjaan suaminya lebih penting dari rasa rindunya. Ayu hanya khawatir, jika Danu melewatkan sarapan atau waktu makan ketika sedang bekerja.
Hal itu sudah menjadi kebiasaan yang Danu lakukan, maka dari itu meskipun Danu tidak selalu membalas pesannya. Ayu selalu mengingatkan Danu untuk jangan lupa makan meskipun sangat sibuk dengan pekerjaannya.
...****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments