Jully masih tidak percaya kalau Ishana adalah istri kedua Ardhi.
Apakah tidak ada perempuan lain Ya Tuhan? Kenapa harus Ishana?
Jully faham akan masalah keluarga Ardhi. Baginya Ishana terlalu berharga untuk jadi istri kedua Ardhi.
Jully berusaha menenangkan perasaannya. Banyak hal yang ingin dia tanyakan pada Ishana, namun saat ini dirinya dalam tugas seorang dokter.
“Dokter Jully kenal Ishana?” tanya Risma.
“Ya pasti kenal, mereka bertugas di Rumah Sakit yang sama,” sela Ardhi.
Jully kembali memeriksa Eva, jemarinya menekan lembut bagian Nadi Eva, sedang matanya fokus pada jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya.
“Siapa yang sakit?”
Semua pandangan tertuju kearah pintu, kecuali Jully, dia masih fokus memeriksa Eva.
“Tidak ada yang sakit ma, aku hanya tidak enak badan, karena hampir tidak tidur semalaman.” Eva berharap ucapannya bisa membuat perang dingin lagi antara Ardhi dan Risma. “Tapi … Ardhi saja terlalu mencemaskanku, mungkin dia merasa bersalah karena membuatku terjaga sepanjang malam memenuhi hasratnya.”
“Owh, mama senang kalau kamu dan Ardhi sudah saling menerima hubungan yang sulit ini.” Rita tersenyum dan menyaksikan Jully memeriksa menantunya.
Risma berusaha Nampak santai, walau darahnya mulai mendidih mendengar penuturan Eva barusan.
“Jiwa jomblo ku merana, mendengar kalimat barusan.” Dokter Jully menghempas kasar napasnya.
"Ardhi sangat beruntung, Tuhan memberinya satu istri yang sangat luar biasa, eh malah kasih dua wanita lain yang cantik untuk diperistri Ardhi lagi." Dokter Jully menghela napasnya begitu dalam.
"Sedang aku? Memperjuangkan satu wanit sejak satu tahun yang lalu masih gagal, sedang Ardhi yang enggak berjuang mengejar siapa-siapa malah di kasih tiga."
"Ternyata benar ya, dunia semakin kita kejar, semakin menjauh," keluh dokter Jully.
"Mana ada perempuan yang menolak kamu Jul!" sela Ardhi. "Kalau ada, perempuan itu bisa kena karma, orang baik dan ganteng kayak kamu ditolak."
Ginjal Ishana serasa di re-mas.
Kamu benar kak, perempuan yang menolak dokter Jully kena karma, dia mencintai sesuatu yang halal untuknya, namun tak baik untuk dia miliki, belum lagi, rasa cintanya juga bertepuk sebelah tangan.
Berusaha baik-baik saja saat hati seakan tersapu angin put-ing beliung bukan hal yang mudah. Namun Ishana berusaha terlihat biasa-biasa saja.
Dokter Jully melepaskan pergelangan tangan Eva. “Menurut pemeriksaanku, usaha Ardhi memompa balon Eva sepertinya berhasil, menurut pemeriksaanku barusan, Eva hamil. Selamat Dhi, akhirnya kamu berhasil mewujudkan impian papamu.”
Sontak Eva dan Rita sangat bahagia mendengar ucapan dokter Jully barusan. Rita langsung berlari dan naik keatas tempat tidur Eva, dan langsung memeluk Eva dengan penuh kasih sayang.
Hal itu sangat menyakitkan bagi Risma. Tapi dia bisa apa?
“Terima kasih sayang, akhirnya kamu berhasil mewujudkan impian kami. Jaga baik-baik cucu mama ya ….” Usapan lembut Rita terus berulang mengusap pucuk kepala Eva.
“Biar lebih akurat lagi, lebih baik kalian mendatangi dokter Sonia,” ucap Jully.
“Itu pasti, terima kasih Jully,” ucap Rita.
Jully perlahan memasukkan kembali beberapa peratan medisnya kedalam tas. “Selamat ya Eva, oh ya semuanya, saya izin undur diri.”
“Iya dok, terima kasih banyak,” ucap Rita lagi.
Sedang Ardhi terdiam, dia tidak begitu bahagia mengetahui Eva hamil, walaupun dipastikan Eva hamil anaknya.
Jully menghentikan langkahnya ketika dia melewati Ishana. “Kamu hari ini dinas?” tanya Jully.
“Saya hari ini libur dok, karena tadi malam saya dinas malam,” jawab Ishana.
“Selamat menikmati waktu liburnya,” ucap Jully.
Ishana hanya tersenyum kecil dan menganggukkan kepalanya.
Melihat Jully berbicara dengan Ishana, hati Ardhi sungguh kesal, dia tidak bisa menepis rasa cemburu yang hadir ketika melihat Ishana berbicara dengan laki-laki lain.
“Ishana, tolong kamu antar dokter Jully,” titah Rita.
“Biar saya saja ma,” sela Ardhi.
Ardhi dan Jully pun keluar dari kamar Eva.
“Kenapa bisa Ishana menjadi istri keduamu?” Jully tidak mampu lagi menahan pertanyaanya.
“Karena Risma yang meminta.”
“Terus kenapa harus ada Eva?”
“Karena mama yang meminta,” jawab Ardhi.
“Kamu mencintai ketiga istrimu?” Jully memastikan.
“Pernikahan itu terjadi karena rasa cinta. Rasa cintaku pada Risma, dan rasa cintaku pada mama. Mungkin kalau papa juga memintaku menikahi pilihannya, hal itu juga aku lakukan.”
Jully hanya diam, hatinya semakin hancur, dia masih ingat kalau Ardhi tidak mau menikah lagi karena rasa cintanya yang besar, hanya tertuju pada Risma.
Ishana, kenapa kamu harus menikah dengan laki-laki yang tidak mencintai kamu, sedang kamu tahu, kalau aku sangat mencintaimu, namun dirimu selalu menolakku.
Jully sangat sedih membayangkan Ishana hidup dengan laki-laki yang tidak mencintainya.
Setelah dokter Jully pergi, Ardhi kembali ke kamar Eva. Di sana masih ada mamanya, Risma, dan Ishana.
“Ardhi, mama minta kamu hari ini libur dulu. Kamu temani Eva memeriksakan kandungannya, kali ini mama tidak mau kehilangan cucu lagi,” pinta Risma.
“Iya, ma.”
“Kalian berdua, cepat sarapan sana. Salah satu dari kalian bantu papa meminum obatnya, sudah mama siapkan di meja makan,” titah Rita pada kedua menantunya.
“Iya ma.”
“Iya bu.”
Jawab Risma dan Ishana bersamaan.
Risma, Ardhi, dan Ishana segera menuju lantai bawah untuk sarapan bersama. Saat menuruni tangga, Ardhi teringat handphone-nya masih di kamar Eva.
“Kalian berdua duluan, handphone-ku tertinggal, nanti aku menyusul,” ucap Ardhi.
Risma dan Ishana meneruskan langkah kaki mereka, sedang Ardhi kembali ke kamar Eva.
*
Di kamar Eva.
Rita sangat bahagia, dia yakin apa yang dikatakan Jully benar. “Kamu memenuhi janji kamu sayang, karena kamu bisa hamil cepat, sesuai janjiku, kamu mendapatkan butik milik mama.” Rita kembali menciumi Eva.
“Wah, beneran ma? Kan semua isi butik mama itu barang branded semua, bahkan pelanggan butik mama adalah kalangan VIP semua.” Kedua mata Eva berbinar membayangkan apa yang dia dapat.
“Bukan Cuma itu, kalau bayi ini lahir selamat, mama akan belikan kamu mobil baru, kamu mau mobil yang mana, silakan pilih.”
“Mama baik banget!” Eva langsung masuk kedalam pelukan Rita.
“Tapi, kamu tidak bohongin mama kan?” ucap Rita.
“Mama, ini sejuta persen anak Ardhi, mama lupa ya? Kalau dokter kepercayaan mama sendiri yang memeriksa aku, mama ingat kan, waktu dokter Sonia bilang aku masih perawan,” bela Eva.
“Bagus kalau kamu jujur.”
Ardhi mendengar semua percakapan Eva dan mamanya, dia tersenyum, kini dia tau apa alasan Eva mau masuk dalam hubungan rumit ini.
Merasa tidak ada obrolan lagi, Ardhi mundur beberapa langkah, dan sengaja berdeham, agar mamanya dan Eva tau kalau dirinya akan masuk ke kamar Eva.
“Ardhi,” sapa Rita.
“Handphone aku ketinggalan, aku mau kasih kabar pada Derby, kalau aku tidak masuk kerja.”
“Mama sangat bahagia, jaga selalu Eva ya sayang,” ucap Rita.
Ardhi hanya tersenyum dan meraih handphone-nya, dia fokus pada benda pipih persegi Panjang itu. Setelah memberitahu Derby, Ardhi segera bergabung dengan papanya, Risma, juga Ishana.
“Kenapa lama mas?” tanya Risma.
“Aku lupa naruh di mana handphone-ku, makanya carinya lama,” kilah Ardhi.
Sesuai kemauan Rita, Ardhi dan Eva pergi berdua menuju Rumah Sakit Harapan Afiat, memeriksakan kandungan Eva. Seperti yang Jully katakan, memang sesuatu tengah bertumbuh dalam Rahim Eva. Ardhi terdiam melihat layar monitor yang menunjukkan keadaan Rahim Eva, dan mendengar jeli setiap penjelasan dokter Sonia.
“Dok, masih aman nggak kami kalau melakukan hubungan suami istri?” tanya Eva.
Dokter Sonia tersenyum. “Kandungan Anda sehat, sangat aman, asal melakukannya sewajarnya saja, jangan yang aneh-aneh.”
Bermacam rencana mulai Eva susun. Saat ini dirinya sudah lebih unggul dari Risma. Walau Ardhi tidak berpihak padanya, masih ada Rita dan ada janin yang menjadi senjatanya membuat Ardhi lebih dekat dengannya.
Selesai pemeriksaan, Ardhi dan Eva kembali pulang. Sepanjang perjalanan Ardhi hanya diam, padahal Eva sangat ingin bicara banyak hal. Saat sampai rumah, Eva dan Ardhi masuk ke dalam rumah, terlihat di ruang tamu kedua orang tua Ardhi, dan dua istri Ardhi yang lain ada di sana.
“Bagaimana hasil pemeriksaan Eva?” Rita langsung menyambut Ardhi dengan pertanyaan.
“Ya ampun mama, rilex mama, kandungan aku sehat, kata dokter Sonia, sudah masuk minggu kelima.” Eva terlihat begitu ceria.
“Papa sangat bahagia, tapi papa takut kebahagiaan ini terenggut seperti dulu,” sela Wisnu.
Risma hanya bisa menundukkan kepalanya, sedih jika teringat musibah itu. Ishana memahami kesedihan Risma, dia meraih telapak tangan Risma, dan menggenggamnya erat, memberi dukungan pada sahabatnya agar berusaha kuat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
🕊⃟🍁F1R4
lanjut kak😁
2021-10-22
0
🅛➊🅝⸙ᵍᵏ
kak mis itu ban sepeda kempes ya kok di pompa🤭🤭🤭
2021-10-21
0
🐊⃝⃟SUMI🐊⃝⃟🐊⃝⃟(HIATUS)
sma aja si Rita membeli cucu klo gni mah
2021-10-20
0