Rita sangat memanjakan Eva, bahkan 2 pelayan rumah ini dia tugaskan hanya untuk melayani Eva.
"Firly, Yazmi, kalian kubebas tugaskan dari tugas yang lainnya, tugas kalian hanya Eva, jam berapa pun Eva butuh sesuatu, kalian harus siap."
"Baik Nyonya."
Eva sangat terharu melihat kasih sayang Rita, bahkan ibunya sendiri tidak pernah menyayanginya seperti Rita. Yang membuat Eva bahagia, dia mempunyai teman untuk mendengar ceritanya, 2 pelayan yang Rita tugaskan untuk melayaninya.
Eva sangat butuh sosok pendengar, selama ini dirinya bercerita pada temannya hanya mendapat penghakiman atas ceritanya. Eva sadar, dirinya bukan wanita baik, menikah hanya karena materi dan status.
Menjadi istri ketiga Ardhi, tidak semua kalangan pebisnis wanita menerimanya, namun karena orang-orang tahu dirinya menikah dengan Ardhi atas restu 2 istri yang lain, bukan kucing-kucingan, hal itu diterima beberapa wanita yang lain.
Eva menikmati cemilannya, di depannya berdiri 2 orang yang melayaninya.
"Hei kalian, tolong bersikaplah seperti temanku, bukan pelayanku."
Dua orang itu saling pandang, bingung mematuhi atau mempertanyakan.
"Aku itu butuh teman, bukan pelayan," keluh Eva.
Keduanya masih diam.
"Cepat duduk sini, temani aku menikmati ini semua!" titah Eva.
"Bagaimana kalau Nyonya besar marah?" sela Firly.
"Mama nggak akan marah, karena ini permintaan aku."
Dua pelayan itu mematuhi permintaan Eva. Mereka merasa nyaman, Eva tidak sombong seperti yang terlihat, hanya saja rasa sungkan sulit mereka hilangkan, karena status diantara mereka, Eva majikan, sedang mereka pelayan.
"Yaz, di samping lemari sana ada paperbag, nah itu ambil, isinya buat kalian, aku sudah bosan dengan model tas itu." Eva menunjuk kearah ruang ganti pakaian yang ada di kamarnya.
Dua wanita yang lebih muda dari Eva, hanya mematuhi setiap perintah Eva, dan mendengari cerita wanita itu.
Sedang Ardhi, dia mengurung diri di ruang kerja yang ada di rumahnya. Membayangkan pembicaraan mamanya dan Eva, juga memikirkan bagaimana hubungan dia dan Eva selanjutnya.
Eva sama saja seperti wanita-wanita yang ada dikelilingnya selama ini, menginginkan status menjadi Nyonya Pramudya, karena materi dan ketenaran.
Ardhi terus membaca email yang masuk, Email dari Ernest, melaporkan apa saja yang dia dapat tentang Eva.
Ardhi tidak menyalahkan Eva, menjadi istrinya hanya karena materi, namun Ardhi mau, Eva bertahan pada hubungan ini, karena keinginan Eva sendiri, bukan iming-iming dari mamanya. Tidak ada yang salah dari Eva, karena Eva ingin harta dan tahta.
"Aku akan berikan apa yang kamu mau Va, karena kamu memiliki sesuatu yang lebih berharga dari seluruh kekayaanku, darah daging yang tengah hadir dalam rahimmu. Tapi satu hal yang tidak bisa ku berikan, hatiku."
Email yang baru masuk membuyarkan lamunan Ardhi, dia segera membuka laporan Ernest. Terlampir foto seorang laki-laki muda, dengan roti sobek yang menempel pada bagian perutnya.
Edwin Griffin, 28 tahun. Seorang instruktur gym, ditempat Eva. Menurut orang di sana, Eva awalnya menjalin hubungan laki-laki itu, namun Eva akhiri, karena ingin menikah.
Saat ini aman, istri Anda tidak pernah selingkuh, hanya saja beberapa kali saya ikuti, dia masih memantau Edwin dari kejauhan
Membaca pesan Ernest, seketika terlintas ide dalam benak Ardhi. Dia menerima jika Eva mencintai hartanya, namun Ardhi belum bisa menerima Eva sepenuhnya, tanpa menguji wanita itu lebih dulu.
Ardhi segera melakukan pertemuannya dengan Edwin. Hal itu sangat mudah bagi Ardhi, Ernest mengatur pertemuan Ardhi dan Edwin di Restoran.
Hanya ada Ardhi dan Edwin di sana.
"Saya Ardhi, suami Eva." Ardhi memperkenalkan diri.
"Saya Edwin."
Edwin masih bingung, kenapa pengusaha ternama ini mengajaknya bertemu.
"Aku hanya butuh bantuan kamu," ucap Ardhi.
"Bantuan?"
"Pernikahanku dan Eva karena perjodohan, aku mau menguji Eva, apa dia mau bertahan dalam hubungan ini bersamaku, atau pergi dariku atas keinginannya."
"Sebab itu aku butuh kamu untuk menguji kesetiaan istriku."
"Aku akan membayarmu, dan merahasiakan misi kita, andai suatu saat nanti Eva memilihmu, namun jika Eva memilih bertahan denganku, ku harap kamu berkenan melupakannya."
Ardhi menyodorkan selembar cek pada Edwin. "Dekati dia, tapi jangan sampai kamu menyentuhnya, karena saat ini dia hamil anakku, aku hanya perlu kamu memancing perasaannya. Jika kamu berani menyentuhnya, sama saja kamu menghinaku."
"Jika Eva nanti memilih bersamaku, aku berjanji, akan menjadikan dia bagian dalam hidupku."
Edwin memahami keraguan Ardhi. Ardhi dan Edwin pun sepakat.
Bagi Edwin, ini adalah mencari pembuktian cinta namun menghasilkan nominal uang yang sulit untuk dia tolak. Apakah nanti Eva mencintainya, atau benar-benar telah melupakan cintanya.
Setelah sampai di rumahnya, Edwin mulai melancarkan serangannya pada Eva. Bertemu tidak bisa, karena Eva menolaknya, akhirnya Edwin meneror hati Eva melalui dunia maya.
***
Hari demi hari berlalu. Eva mulai gelisah, perasaannya untuk Edwin mulai tumbuh, sedang saat ini dirinya hamil anak Ardhi.
"Sayang, kamu kenapa?" Rita bisa melihat kesedihan di wajah menantunya.
"Aku butuh Ardhi ma, aku selalu kesepian saat malam. Sepertinya ini bawaan si kecil, dia selalu menginginkan dekat dengan papanya," rengek Eva.
"Waduh, cucu oma mulai manja, dia ingin selalu dekat dengan papanya." Rita mengusap lembut perut Eva yang masih rata. "Nanti mama bantu bicara sama Ardhi, kamu pasti tidak enak kan, kalau bilang sendiri."
Eva tersenyum, akhirnya Rita tidak menasehatinya, karena keinginannya bersama Ardhi setiap malam.
Jika aku bisa menjadi satu-satunya di keluarga ini, aku janji, aku akan melupakan Edwin.
"Terima kasih mama, aku bahagia banget mempunyai mama mertua sebaik mama."
Keadaan Wisnu terkadang membaik, namun juga terkadang menurun, saat ini Wisnu hanya bisa berdiam di tempat tidur, obatnya sudah diminum. Laki-laki itu terlihat memejamkan matanya.
"Amran, saya mau menemui anak-anak, kalau Bapak bangun segera panggil saya," titah Rita.
"Siap Nyonya."
Amran adalah seorang perawat yang menemani Wisnu kala Rita tengah keluar rumah, kamarnya berada di dekat kamar Wisnu, dan selalu bertugas di dekat Wisnu.
Di meja makan, terlihat Eva, Risma, Ishana, dan Ardhi sudah selesai dengan makan malam mereka.
"Jangan pergi dulu, mama ingin bicara dengan kalian semua." Rita langsung berdiri di samping Eva, dan membelai rambut menantu kesayangannya.
"Ardhi, saat ini Eva hamil, tadi siang mama melihat Eva menangis, kamu tau apa yang membuat Eva menangis?" tanya Rita.
Ardhi menggelengkan kepalanya.
"Dia merindukan kamu, lebih tepatnya, janin yang tengah bertumbuh merindukan papanya, demi pertumbuhan bayi kalian, mama berharap selama Eva hamil, kamu menemani Eva setiap malam."
"Mah, tapi Risma dan Ishana juga butuh Ardhi. Bagaimana kalau Eva 3 malam?" sela Ardhi.
"Sudahlah ma, nggak apa-apa kok." Air mata kepalsuan Eva menetes. "Mama kan pernah bilang, aku nggak boleh egois, aku harus menghormati dua maduku yang lain."
"Bagaimana, waktu Ardhi bersamaku, untuk Eva," sela Ishana.
Hal menjadi perhatian Risma, sorotan tajam mata Risma tertuju pada Ishana.
Eva tersenyum, Ishana terlalu naif dalam ikatan ini. Bagi Eva, siapa yang licik dia yang berkuasa. Namun Ishana terlalu baik, karena mementingkan kepentingan orang lain, diatas kepentingan dirinya sendiri.
"Usul yang bagus, setidaknya ada yang memahami keadaan Eva," sela Rita.
Risma bingung, kali ini Eva memimpin peperangan dingin, jika dia bersikukuh, maka Rita malah semakin ilfeel padanya. Yang Risma bisa hanya diam. Menunggu keajaiban dari cinta dan kepedulian Ardhi.
Eva menatap sayu kearah Ardhi. "Maafkan aku, bukan maksudku membuat beban baru buatmu, aku tidak tahu kenapa aku sangat merindukan kamu pada setiap malamku, sejak aku tau ada yang bertumbuh di sini." Eva menyentuh perutnya yang rata.
"Ardhi, keinginan Eva itu muncul karena keinginan anakmu, masa kurang dari 9 bulan Risma tidak mau mengalah?" Rita memandangi menantunya yang dia sebut, sedang Risma betah membisu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
ummi_Շɧ𝐞𝐞ՐՏ🍻muneey☪️
isssshh dasar mak lampir
2022-06-27
0
🕊⃟🍁F1R4
💕💕
2021-10-22
0
🅛➊🅝⸙ᵍᵏ
modus ya eva 🤭🤭
2021-10-21
0