Risma membatalkan niatnya menuju kamarnya, dia memilih bersantai sebentar di teras depan rumah Ardhi.
Sedang di kamar Eva, selesai berdandan Eva bersembunyi, dia ingin mengejutkan Ardhi, kala laki-laki itu masuk ke kamarnya.
Perlahan Ardhi masuk ke kamar Eva, dia tidak menemukan keberadaan wanita itu. Ardhi tidak ambil pusing, dia segera menuju kamar ganti, untuk mengganti pakaiannya dengan pakaian tidurnya.
Saat Ardhi masuk ke dalam ruang ganti, Eva sengaja membuka kunci pintu kamarnya,lalu membuka pintu itu beberapa centi, agar suara de-sahan-nya nanti terdengar oleh telinga Risma, dia masih ingat bagaimana hancurnya Risma kala mengetahui malam pertamanya dengan Ardhi. Eva ingin memakai cara yang sama lagi.
Selesai dengan rencananya, Eva menunggu Ardhi di depan pintu kamar ganti.
Hupppp!
Kala Ardhi keluar dari kamar gantinya, ada sesuatu yang menempel di punggungnya. "Baby ... aku ingin ...." Eva menggerakkan tangannya menuju hal yang dia maksud.
"Maafkan aku, bukan aku tidak mau adil, tapi aku benar-benar tidak bisa."
Eva menarik dirinya, dan mulai mengeluarkan air mata buayanya. "Ini keinginan anak kamu baby ...."
Ardhi menghempas kasar napasnya. Dia tidak bisa menghindar kalau Eva mulai membawa-bawa calon bayi mereka yang baru berusia beberapa minggu.
Ardhi memaksa dirinya melakukan itu, membuat Eva girang bukan kepayang. Eva yang paling aktif memimpin petualangan mereka. Sedang Ardhi, sangat sulit menerima ini semua. Ardhi memejamkan matanya, membiarkan Eva berkuasa sepenuhnya. Namun tetap saja sulit baginya.
Ishana ....
Napas Ardhi memburu kala terbayang cum-buan mesranya bersama Ishana. Hal itu sangat mendukung keadaan saat ini.
Kala Ardhi membuka kedua matanya, hatinya kecewa karena ini bukan Ishana.
Anak kita yang mau ....
Mengingat kalimat itu, Ardhi bangkit dan segera mematikan lampu kamar Eva, berpetualang dalam gelap, dengan bayangan Ishana yang membuat jiwanya bersemangat.
Ya salam, kenapa ini, aku selalu membayangkan Ishana?
Tidak boleh Dhi, kamu tidak boleh membayangkan perempuan lain.
Kenapa tidak boleh? Ishana halal kau sentuh, hanya saja kamu terlalu takut melakukannya.
Pertarungan batinnya terus terjadi, seakan mengimbangi pertarungannnya saat ini. Sepanjang duelnya dengan Eva, hanya Ishana yang hidup dalam pikiran Ardhi.
"Baby ... awww ...."
Jeritan Eva mengusik fantasi Ardhi tentang Ishana. Ardhi membungkam mulut Eva dengan tangannya.
"Empppp!" Eva berusaha merintih, walau mulutnya ditutup oleh telapak tangan Ardhi.
*
Hawa dingin mulai menusuk permukaan kulit, Risma segera kembali menuju kamarnya, saat ini perasaanya lebih baik.
Mas Ardhi hanya numpang tidur di sana, tanpa obat perang-sang, mana mungkin mas Ardhi bisa melakukannya bersama Eva.
Risma terus melangkah meniti anak tangga. Saat dirinya berada di depan pintu kamarnya, suara yang tertahan samar dia dengar.
"Eva, tahan suaramu, jangan seperti ini, malu kedengaran orang."
"Emppp!"
"Pelan-pelan, kamu mau bunuh anak kita?" Namun ucapan Eva diiringi jeritan ero-tis yang membuat bulu kuduk merinding.
Hati Risma kembali hancur, mendengar jeritan dan rin-tihan itu, dia tau apa yang Ardhi dan Eva lakukan. Risma kembali ke kamarnya dan menumpahkan tangisnya di sana.
***
Matahari kembali menyinari bumi, walau cahayanya masih samar, namun kegiatan di rumah Ardhi sudah terlihat sibuk, para pelayan sedari pagi berkutat di dapur.
Ishana lebih dulu sampai di meja makan, keadaan terlihat sepi, Rita dan Risma belum menampakkan wajah mereka. Ishana segera membantu beberapa pelayan yang menyiapkan sarapan untuk mereka.
"Selamat pagi Ishana."
Sapaan itu menyita perhatian Ishana, terlihat Eva turun bersama Ardhi.
"Pagi Eva." Ishana memberikan senyuman termanisnya.
Senyuman itu membuat jantung laki-laki yang berjalan bersama Eva seakan berhenti berdetak.
"Risma mana?" tanya Eva.
"Belum turun sepertinya," sahut Ishana.
"Nah, begitu dong Dhi, bersikap mesra juga pada istrimu yang lain, bosan mama melihatmu hanya bersikap mesra sama Risma doang."
Saat yang sama Risma berada tepat di belakang Ardhi.
"Risma, kamu sakit?" Ishana melihat ada yang berbeda dari Risma, mata Risma terlihat sembab.
Ardhi dan Eva langsung menoleh kearah belakang mereka. Eva sangat bahagia, dia yakin Risma semalaman menangis membayangkan dirinya dan Ardhi.
Ardhi langsung menghampiri Risma. "Kamu sakit sayang?"
"Beb ... aku takut turun sendiri, kepala aku pusing, pandangan aku buram, kalau aku terpeleset gimana?" rengek Eva.
Ardhi terpaksa kembali pada Eva, takut pagi ini kacau karena gempuran lidah Rita. Ardhi memegangi pundak Eva, membantu wanita itu menuruni tangga.
"Lutut aku lemas beb, kamu itu luar biasa banget, pantas kalau kamu memiliki 3 istri, 1 istri akan kewalahan melayani kamu," bisik Eva.
Namun Risma sangat jelas mendengar ucapan Eva barusan.
Ardhi hanya menghempas kasar napasnya, andai wanita ini tidak hamil anaknya, ingin rasanya mendorong wanita yang penuh drama ini.
"Eva mau sarapan apa sayang?" tanya Rita.
Eva menunjuk sarapan yang dia mau.
"Beb, suapin ...." rengek Eva.
"Satu suapan pertama saja, aku mau kerja soalnya," jawab Ardhi.
Eva setuju, dia segera membuka mulutnya kala sendok yang berisi makanan Ardhi arahkan ke mulutnya.
Sarapan pagi kali ini terasa mencekam bagi Risma. Rasanya paru-parunya tidak kebagian oksigen. Namun dia berusaha melewatinya dengan tegar.
Eva tersenyum melihat gurat kesedihan yang menghuni wajah Risma.
Ini baru hari pertama, Risma. Lihat siapa yang bertahta di puncak hati Ardhi nantinya, kamu kira aku bakal pasrah seperti Ishana?
***
Ruangan dokter Jully sepi, pemeriksaan rutin sudah selesai, beberapa perawat lain melakukan tugas mereka, tertinggal Ishana dan dokter Jully di ruangan itu.
"Apa karena aku miskin, hingga kamu menolakku Na?"
Ishana langsung memeriksa keadaan sekitar, memastikan tidak ada yang mendengarnya.
"Saya melakukan ini semata menolong sahabat saya."
"Kamu itu wanita istimewa Na, tidak pantas menjadi selir di hati seseorang, kamu pantasnya menjadi ratu."
Ishana hanya diam.
"Andai aku bisa menghindar, aku memilih menghindar, menikah belum masuk kamusku saat ini, karena aku ingin menemani papa, tapi keadaan tidak mendukung." Ishana terus melakukan tugasnya.
"Kenapa harus Ardhi Na?"
"Kenapa aku tidak bisa menolak jadi yang kedua saja, aku tidak menemukan jawabannya."
"Setelah seminarku di luar negri, aku akan pindah Rumah Sakit, aku tidak mampu melihat wanita pujaanku menjadi selir seorang raja yang tidak mencintainya."
Ishana hanya diam dan terus melakukan tugasnya.
"Apa memang tidak ada sedikitpun celah di hatimu untuk kumasuki?" tanya Jully.
"Kalau kamu mau mencintaiku, aku yakin, Ardhi dengan senang hati melepaskan kamu untukku, selama ini dia tau, kalau aku jatuh cinta, tapi aku belum beri tahu dia, kalau wanita itu kamu."
Ishana diam, setelah selesai merapikan beberapa berkas, dia pergi tanpa menjawab pertanyaan dokter Jully.
Maafkan saya dok, dari dulu saya tidak bisa mencintai Anda, bahkan saya sudah berusaha membuka hati saya untuk Anda. Maaf tidak bisa.
Ishana hanya bisa menjerit dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
🕊⃟🍁F1R4
buka hati mu...🎶🎶🎶
2021-10-22
0
🅛➊🅝⸙ᵍᵏ
ishana jgn mau buka hati.
klu hati di buka mati donk😁
2021-10-21
0
🅛➊🅝⸙ᵍᵏ
kak mis ada kunti ya di kamar ada rintihan idiiiiih idiiiiih..... 🤭🤭
2021-10-21
0