Bab 7 Sama Saja

Hari minggu, hari libur bagi Ardhi. Kalau Ishana, dia tidak kenal hari dan tanggal, dia terus bekerja sesuai jadwal, namun beruntung, hari ini dia juga libur.

Suasana pagi yang cerah, dinginnya pagi tidak menyurutkan semangat kebersamaan keluarga Wisnu untuk berkumpul di depan rumah.

Tiba-tiba senyum Ishana mengambang, kala sepasang matanya melihat sosok laki-laki paruh baya baru turun dari taksi. "Ayah ...." Ishana sangat senang, tanpa pamit pada siapapun, Ishana langsung berlari keaarah Purnama dan memeluknya erat.

"Ayah sudah sehat?"

"Alhamdulillah, saat ini Ayah benar-benar sehat, Ayah kangen sama kamu Na."

"Iya, Ishana juga."

"Na! Ajak kesini, maruk banget jadi orang!" teriak Risma.

Keduanya melepaskan pelukan mereka.

"Risma benar, ayo kita ke sana. Ayah ingin berbincang sebentar dengan suami dan mertuamu."

Ishana dan Purnama segera bergabung dengan keluarga Wisnu.

"Sudah sehat Pak?" sapa Wisnu.

"Alhamdulillah, Pak. Kalau Bapak?" Purnama balik bertanya.

"Alhamdulillah juga Pak, semakin sehat.

Obrolan Ayah Ishana, Wisnu, dan Ardhi terus berlanjut, hal ini tentu ingin Rita gunakan, selagi suaminya asyik berbincang dengan Ayah Ishana.

"Pak Purnama temani papa Ardhi main catur gimana?" usul Rita.

"Wah ... boleh-boleh, selama ini lawan papa cuma supir pribadi kami, si Abim." Wisnu terlihat begitu bahagia.

Purnama pun dengan senang hati menemani besannya bermain catur.

Melihat suaminya begitu asyik, Rita mengajak Ardhi, Risma, dan Ishana masuk ke dalam rumah.

"Ada apa mah?" tanya Risma.

"Tenggat waktu yang mama beri untuk Ardhi dan Ishana sudah habis."

"Ma, ini hubungan bukan perlombaan." Ardhi berusaha membuat mamanya mengerti.

"Berarti rencana mama yang harus berjalan." Rita memandangi kedua menantunya bergantian.

"Rencana mama apa?" tanya Risma.

"Ardhi menikah lagi," jawab Rita.

"Apa?!" Ardhi sangat terkejut dengan rencana mamanya. "Maaf ma, kehadiran Ishana saja aku belum sepenuhnya bisa menerima dia, bagaimana mungkin aku menikah lagi, cukup Ishana yang menjadi korban ketidak adilanku, sampai detik ini, hanya ada Risma dalam hatiku." Ardhi meraih tangan Risma dan memegangnya erat. "Dalam rumah tangga ini sudah cukup bagiku dengan Risma dan Ishana."

Rita memandangi Ardhi dengan tatapan yang sulit diartikan. "Kalau perempuan mandul ini yang meminta, hanya beberapa menit kamu setuju dan mau melakukannya, sedang kalau mamamu?" Kehancuran mulai terlihat dari wajah Rita.

"Di Rumah Sakit! Mama yang lebih dulu meminta kamu menikah! Tapi kamu menolak, setelah Risma yang meminta kamu setuju. Mama sungguh kehilangan anak mama."

Air mata mulai mengalir membasahi pipi Rita. Perlahan pandangan mata Rita tertuju pada Ishana. "Owh, jangan-jangan kamu sama-sama mandul seperti dia!"

Seketika tatapan mata Rita tertuju Risma. "Atau ... kamu sengaja menikahkan Ardhi dengan perempuan payah ini!" Telunjuk tangan Rita tertuju pada Ishana. "Agar Ardhi menanggung semua biaya pengobatan papa angkatnya dan melunasi semua hutangnya?" Rita tersenyum sinis.

"Mama ...." Ardhi sangat sedih melihat mamanya saat ini. Rita yang selama ini penuh kasih sayang sangat bertolak belakang dengan yang dia lihat sekarang.

"Kalau kamu sayang mama, menikah lagi dengan perempuan pilihan mama. Jika pilihan mama juga tidak bisa hamil, mama tidak akan mengganggu kalian bertiga lagi."

"Ma, punya 2 istri saja aku tidak bisa adil, bagaimana kalau tiga?" Ardhi berusaha meminta pengertian mamanya.

"Mama sakit Dhi, kalau mama meminta apa saja, kamu selalu menolak, sedang wanita mandul itu." Tatapan tajam Rita tertuju pada Risma. "Yang berjuang antara hidup dan mati itu mama saat melahirkan kamu, bukan wanita mandul itu!"

Rita menangis keinginannya tidak di setujui Ardhi. "Kalian berdua juga sama saja!" Rita memandang sinis kearah Ishana dan Risma. "Sama-sama tak berguna! Yang satu tak punya rahim, yang satu punya tapi tidak berguna!" Rita berjalan cepat meninggalkan kedua menantunya dan Ardhi.

Ardhi menghempaskan bobot tubuhnya diatas sofa. Padahal dia hanya perlu menggauli Ishana, entah kenapa hal itu begitu berat.

Sedang Risma hanya diam. Dia tidak tau harus apa. Pada Ishana dia bisa percaya, tapi pada wanita lain, hatinya begitu takut. Takut kalau wanita itu berkuasa pada kehidupan dan hati Ardhi.

"Bagaimana kalau lepaskan saja aku? Lagian benar kata ibu, aku tidak berguna," ucap Ishana.

"Tidak! Kamu adalah bahu aku Na. Aku tidak mau kamu pergi dari ikatan ini."

"Tapi--"

"Kamu pergi atau diam, semua tetap sama Na. Tapi, jika kamu masih bersedia di sini, kamu menjadi penguat bagi Risma," sela Ardhi.

Hari itu Rita berusaha bersikap manis pada tamunya, walau hatinya begitu kecewa.

Purnama pun lega, ternyata Ishana benar-benar diterima dalam keluarga ini, sebelumnya dia berpikir Ishana hanya mesin pencetak keturunan saja.

Bagi Ishana, Risma seperti dewi, dia rela melakukan apa saja demi Risma. Purnama tidak rela, kalau Risma memanfaatkan ketulusan dan kebaikan Ishana.

Purnama sangat ingat kejadian saat Ishana berusia 5 tahun, kebakaran yang menghanguskan panti, di mana Risma menjadi pahlawan bagi Ishana. Sebab tragedi itu pula dirinya diperintah mengadopsi Ishana, untuk melindungi wanita itu.

Setelah sampai di rumahnya, Purnama segera menelepon seseorang.

"Ishana adalah menantu keluarga itu, fokuslah dengan urusan Anda. Walau Ishana istri kedua, semua orang yang ada di rumah itu sangat menyayanginya."

"Satu lagi, kekhawatiran Anda tentang Risma, semua tidak benar, mereka benar-benar berbagi cinta."

"Kalau begitu, kirim putramu untuk bekerja padaku, kamu telah mendidik Ishana begitu baik, aku ingin membalas sedikit kebaikanmu, untuk mendidik putramu."

"Tentang pilihan Ishana yang rela menjadi madu sahabatnya, aku tidak bisa apa-apa. Aku hanya berharap dia bahagia dalam ikatan rumit itu."

Berselang beberapa hari, Pajri dikirim Purnama menemui mantan atasannya itu.

*****

Keramahan Rita, senyumannya, semua itu sudah tidak terlihat lagi seminggu ini. Bahkan Wisnu dan Rita memilih sarapan di kamar mereka.

Melihat perubahan Rita, Ardhi sangat sedih. Kesedihan juga terpancar di wajah Risma, dia merasa sangat kehilangan mertuanya. Selama ini dirinya paling dekat dengan Rita, bercanda bersama dan menghabiskan waktu bersama-sama. Sekarang, menyapanya saja Rita tidak mau. Bahkan Rita bersikap seakan tak melihat Risma.

Bagi Risma, Rita bukan mertua, tapi orang tuanya. Demi kebahagiaan kedua orang yang selalu mencurahinya dengan kasih sayang, Risma berusaha menguatkan hatinya.

"Mas, penuhi keinginan mama, bagiku tidak ada bedanya mas menikah lagi, karena di sini juga sudah ada Ishana."

Risma sangat berharap Ardhi mewujudkan keinginan mamanya.

"Maaf, aku tidak bisa."

Hari demi hari berlalu, Risma yang ceria seakan hilang, di depan mata Ardhi hanya perempuan yang berjasad Risma. Ardhi tersiksa melihat Risma yang sekarang.

Kesedihan, hanya itulah yang terpancar dari wajah Risma.

Ardhi semakin merasa terpojok dengan keadaan ini. Maju melukai hati istrinya, bertahan melukai hati kedua orang tuanya.

Anak, hanya itu. Mudah seharusnya, apalagi dirinya terbukti subur. Namun sangat sulit bagi Ardhi, karena harus melakukannya dengan wanita selain Risma.

Ardhi mengurung dirinya di ruang kerja yang ada di kantornya, berbagai berkas yang ada diatas meja kerjanya, seperti makanan basi yang malas dia lihat.

"Tuan." Derby heran melihat wajah Ardhi seperti benang kusut yang mustahil untuk diuraikan.

"Mamaku meminta aku menikah lagi."

"Waw, luar biasa."

"Sampai sekarang, aku tidak bisa menyentuh istri keduaku, bagaimana aku bisa menikah lagi?"

"Tuhan rasanya tidak adil, aku ingin menikah, dan ingin sekali melakukan itu dengan pasangan halalku, tapi aku malah tidak dikasih satupun. Sedang pria di depanku ini, dia di kasih 2, di sia-siakan satu, terus mau di kasih lagi satu!" keluh Derby.

Pletukkk!

Sebuah Pena terbang bebas menghantam dahi Derby.

"Aduh!" Derby menjerit sambil mengusap dahinya yang terasa sedikit ngilu."

"Aku stres! Bukan untuk bercanda!"

"Maaf Tuan," sesal Derby.

"Kalau segi pandang saya, ini hukuman buat Anda, Tuan. Karena Anda menyia-nyiakan sesuatu yang telah ditakdirkan untuk Anda, jika Anda masih menyia-nyiakan yang ketiga, tidak menutup kemungkinan ada keepat hingga kesepuluh." Sebelum Ardhi merespon, Derby langsung berlari menuju pintu, dia takut benda yang lebih besar dari pena melayang lagi kearahnya.

Ardhi terus berpikir tentang keinginan mamanya, kala makan malam, semuanya membisu, Ardhi memandangi wajah-wajah yang hadir di meja makan itu. Mempertimbangkan segalanya.

Namun saat sampai dirinya terbaring di tempat tidur, dia tidak bisa mengambil keputusan. Harapannya, mimpinya bisa memberi nasehat atau petunjuk tentang jalan yang akan dia ambil nanti.

Pagi kembali hadir.

Sarapan selesai, perut pun terasa kenyang. Ardhi segera bersiap berangkat ke kantor.

"Kamu libur Na?" tanya Ardhi.

"Iya kak, tadi malam aku dinas malam," jawab Ishana.

Risma tidak menyimak obrolan Ardhi dan Ishana, pikirannya terus memikirkan perubahan Rita dan bagaimana membujuk Ardhi.

"Mas, kenapa kita harus melukai perasaan mama lagi dan lagi," ucap Risma.

"Aku tidak tau lagi sayang, saat ini pikiranku benar-benar buntu."

"Percaya padaku mas, seperti ucapanku selama ini, bagiku tidak ada bedanya, mas menikah lagi atau tidak, karena dalam ikatan ini, aku sudah berbagi dengan Ishana."

"Apalagi aku, aku hanya penumpang dalam pesawat ini," sela Ishana.

Ardhi faham kemana arah bicara Risma. "Menikahi Ishana saja, luka hatimu belum sembuh, lalu bagaimana bisa aku menikah lagi?"

"Ya ... jaga saja hati istrimu itu, lupakan mama dan papamu, anggap kami sudah mati!" Tiba-tiba Rita berlalu begitu saja.

"Kalau aku menikah lagi, tolong tetap sayangi kedua istriku seperti sebelumnya," ucap Ardhi tegas.

Rita menghentikan langkah kakinya. "Mama tidak berjanji, tapi mama hanya tidak membenci mereka, karena dengan menyetujui permintaan mama, mama merasa kamu masih menganggap mama ada."

"Maksud mama, berarti mama masih ada di hatimu, walau saat ini wanita mandul itu yang bertahta di sana."

"Berhenti memanggil Risma wanita mandul," pinta Ardhi lembut.

"Panggilan itu akan melekat selamanya, jika kamu tidak mau mengikuti rencana mama."

Bertahan dengan pendiriannya hanya membuat keadaan rumah semakin tidak nyaman. Ardhi terdiam, dan terus membuat otaknya bekerja, mempertimbangkan segalanya.

Bertahan dengan 2 istri, rumahku surgaku serasa jauh dirasa, karena mulut pedas Rita selalu mengusik ketenangan bidadari-bidadarinya.

"Baik! Silakan bawa calon mama, katakan padanya kalau anak mama tidak bisa adil, biar dia seperti Ishana yang tetap menghormati Risma dan tidak mengeluh karena ketidak adilanku."

"Dari kemaren kek, jawab iya saja susah banget!" Rita kembali melanjutkan langkah kakinya.

Dengan begitu semangat, Rita segera menghubungi Eva, meminta wanita itu datang ke rumahnya.

"Waduh tante, kenapa baru sekarang, jadwal aku seminggu kedepan full, aku baru tanda tangan kontrak."

"Kapan kamu bisa?"

"Jadwal liburku hanya hari ini, itu pun sekarang, kalau sore, aku ada janji dengan dokter Sonia, aku mempersiapkan semuanya buat tante."

"Kalau begitu, cepatlah datang, tante akan meminta Ardhi menunggumu."

Panggilan telepon segera Rita akhiri, secepat yang dia mampu dia terus memacu langkah kakinya, menyampaikan berita ini sebelum Ardhi berangkat.

Terpopuler

Comments

ummi_Շɧ𝐞𝐞ՐՏ🍻muneey☪️

ummi_Շɧ𝐞𝐞ՐՏ🍻muneey☪️

yahhh mlah nambah lagi 🤦‍♀️🤦‍♀️

2022-06-27

0

ErmMa Fitri Ani

ErmMa Fitri Ani

drpd mesti menikah lgi,knpagk coba sentuh ishana aja sih,kan gk perlu ana orang ke3 lgi

2022-04-13

0

SyaSyi

SyaSyi

mampir aku kak
mampir juga di karyaku Cintailah aku

2021-10-26

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Hati atau Mimpi
2 Bab 2 Ishana, Tolong Aku
3 Bab 3 Cinta Yang Sama
4 Bab 4 Jaga Perasaan
5 Bab 5 Adil
6 Bab 6 Tidak Sanggup
7 Bab 7 Sama Saja
8 Bab 8 Untuk Kamu
9 Bab 9 Kemarahan Rita
10 Bab 10 Pertempuran
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13 Dia Istrimu Juga
14 Bab 14 Suami Kamu Juga
15 Bab 15 Sakit
16 Bab 16 Sakit
17 Bab 17 Keinginan
18 Bab 18 Strategi Eva
19 Bab 19 Air Mata Eva
20 Bab 20 Ikhlas?
21 Bab 21 Pembelaan Ardhi
22 Bab 22 Ngidam Eva
23 Bab 23 Pencuri Hati
24 Bab 24 Mangga
25 Bab 25 Pengakuan Ishana
26 Bab 26 Paku Kertas
27 Bab 27 Kebahagiaan Ardhi
28 Bab 28 Pengakuan Rita
29 Bab 29 Terlanjur
30 Bab 30 Candu
31 Bab 31 Memastikan
32 Bab 32 Berlawanan
33 33 Hancur
34 Bab 34 Pilihan
35 Bab 35 Nara
36 Bab 36 Perlu Waktu
37 Bab 37 Aku Juga Punya Alasan
38 Bab 38 Ledakkan
39 Bab 39
40 Bab 40 Mungkin Ini Yang Terbaik
41 Bab 41 Terima Kasih Maduku
42 Bab 42 Memberikan, Bukan Menjual
43 Bab 43 Dunia Baru
44 Bab 44 Memulai
45 Bab 45 Jangan Bahas Masa Lalu
46 Bab 46 Jangan Rayu Bunda
47 Bab 47 Bundaaa
48 Bab 48 Perkenalan Anak Kecil
49 Bab 49 Mama?
50 Bab 50 Kehilangan Jejak
51 Bab 51 Makna Nama
52 Bab 52
53 Bab 53 Cincin
54 Bab 54 Jalan Yang Tepat
55 Bab 55 Siapa Lagi
56 Bab 56 Rasa Yang Hilang
57 Bab 57 Merasa Kosong
58 Bab 58 Cinta Yang Tertinggal
59 Bab 59 Cari Tau
60 Bab 60
61 Bab 61 Menepi
62 Bab 62 Rasa Itu
63 Bab 63 Sulit Percaya
64 Bab 64 Pulang Ke Rumah
65 Bab 65 Keluarga Jully
66 Bab 66 Rahasia
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
Episodes

Updated 78 Episodes

1
Bab 1 Hati atau Mimpi
2
Bab 2 Ishana, Tolong Aku
3
Bab 3 Cinta Yang Sama
4
Bab 4 Jaga Perasaan
5
Bab 5 Adil
6
Bab 6 Tidak Sanggup
7
Bab 7 Sama Saja
8
Bab 8 Untuk Kamu
9
Bab 9 Kemarahan Rita
10
Bab 10 Pertempuran
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13 Dia Istrimu Juga
14
Bab 14 Suami Kamu Juga
15
Bab 15 Sakit
16
Bab 16 Sakit
17
Bab 17 Keinginan
18
Bab 18 Strategi Eva
19
Bab 19 Air Mata Eva
20
Bab 20 Ikhlas?
21
Bab 21 Pembelaan Ardhi
22
Bab 22 Ngidam Eva
23
Bab 23 Pencuri Hati
24
Bab 24 Mangga
25
Bab 25 Pengakuan Ishana
26
Bab 26 Paku Kertas
27
Bab 27 Kebahagiaan Ardhi
28
Bab 28 Pengakuan Rita
29
Bab 29 Terlanjur
30
Bab 30 Candu
31
Bab 31 Memastikan
32
Bab 32 Berlawanan
33
33 Hancur
34
Bab 34 Pilihan
35
Bab 35 Nara
36
Bab 36 Perlu Waktu
37
Bab 37 Aku Juga Punya Alasan
38
Bab 38 Ledakkan
39
Bab 39
40
Bab 40 Mungkin Ini Yang Terbaik
41
Bab 41 Terima Kasih Maduku
42
Bab 42 Memberikan, Bukan Menjual
43
Bab 43 Dunia Baru
44
Bab 44 Memulai
45
Bab 45 Jangan Bahas Masa Lalu
46
Bab 46 Jangan Rayu Bunda
47
Bab 47 Bundaaa
48
Bab 48 Perkenalan Anak Kecil
49
Bab 49 Mama?
50
Bab 50 Kehilangan Jejak
51
Bab 51 Makna Nama
52
Bab 52
53
Bab 53 Cincin
54
Bab 54 Jalan Yang Tepat
55
Bab 55 Siapa Lagi
56
Bab 56 Rasa Yang Hilang
57
Bab 57 Merasa Kosong
58
Bab 58 Cinta Yang Tertinggal
59
Bab 59 Cari Tau
60
Bab 60
61
Bab 61 Menepi
62
Bab 62 Rasa Itu
63
Bab 63 Sulit Percaya
64
Bab 64 Pulang Ke Rumah
65
Bab 65 Keluarga Jully
66
Bab 66 Rahasia
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!