Bab 2 Ishana, Tolong Aku

Matahari kini tidak lagi menyinari bumi bagian itu. Gelap … hanya kerlipan bintang yang kini menghiasi langit.

Tidak ada perkembangan bagi Wisnu, penyakitnya sudah parah, hanya semangat dan impiannya yang membuat laki-laki itu mampu bertahan. Rita hanya bisa menangis mendengar segala penjelasan dokter Farhan.

Sedang di ruangan lain, operasi Risma berjalan lancar, wanita malang itu kini kehilangan bayinya juga kehilangan rahimnya.

Ardhi hanya bisa menatap sendu kearah ranjang Rumah Sakit itu. Kalau kedua mata Risma terbuka, ia tidak tahu kata apa yang akan dia ucap untuk menyemangati istrinya.

Kehilangan bayinya lagi, itu saja adalah luka paling mendalam bagi Risma, tapi Ardhi selalu menyemangati Risma, kalau mereka akan punya bayi lagi, Risma pun kembali bangkit. Sedang untuk saat ini? Bagaimana Ardhi menguatkan istrinya.

Tok! Tok! Tok!

Suara ketukkan menyadarkan Ardhi, dia segera berjalan menuju pintu dan membukanya, terlihat sosok mamanya, wajah yang selalu ceria itu terlihat sangat hancur dan sedih.

"Mama." Ardhi berusaha menyambut mamanya.

Rita masuk begitu saja ke ruangan Risma, dia memandangi wanita yang masih tidak sadarkan diri itu. Rita duduk di sofa yang ada di ruangan itu sambil memijat kepalanya yang begitu pusing. Menantunya belum sadar, tapi demi keinginan terbesar suaminya, dia harus sekejam ini pada Risma. "Papamu." jerit Rita.

"Papa kenapa?" Ardhi duduk di samping mamanya.

"Keadaannya semakin memburuk, sedang Risma, sampai kapanpun dia tidak bisa mewujudkan keinginan papamu, karena dia tidak punya rahim lagi, demi papamu, mama mohon menikah lagi ...."

Ardhi langsung menjauhi mamanya. "Sampai kapanpun aku tidak akan menyakiti Risma."

Hancur sudah harapan Rita, dia hanya bisa menangis dan pergi dari ruangan itu.

Saat pandangan mata Ardhi tertuju pada Risma, ternyata wanita itu sudah membuka kedua matanya.

"Sayang ...." Ardhi langsung mendekati istrinya.

"Apa yang mama katakan tadi?" Butiran crystal bening mulai berjatuhan di ujung pelupuk mata Risma.

Ardhi diam, dia tidak tahu harus menjawab apa.

"Aku--" Risma tidak mampu berkata lagi, membayangkan keadaannya saat ini.

Dia teringat kejadian 4 tahun lalu, di mana Ardhi dan dirinya sepakat untuk menikah, sedang saat ini dirinya tidak mampu mewujudkan keinginan itu.

"Mama benar, sebaiknya mas menikah lagi."

"Sampai kapanpun aku tidak akan menikah lagi."

Risma berusaha membujuk Ardhi, agar lebih mengutamakan kedua orang tuanya, daripada perasaannya, namun semua itu gagal.

Seminggu berlalu, keadaan Risma mulai membaik, tapi tidak dengan Wisnu. Laki-laki itu masih di rawat di Rumah Sakit.

Karena keadaan Risma yang membaik, Risma diizinkan untuk pulang, Ardhi pun segera membawa Risma pulang. Beruntung ada bi Atin yang datang ke Rumah Sakit, dia pun membantu Ardhi membereskan barang-barang mereka.

Ardhi, Risma bi Atin, masih dalam perjalanan pulang. Ketiganya diam. Namun perhatian Ardhi tertuju pada seorang wanita yang terus berlari, terlihat dia dikejar beberapa orang.

"Bukankah itu Ishana?"

Ardhi diam, Risma lebih dulu mengenali wanita itu. "Bi, buka kunci mobil di dekat bibi, sedang bibi langsung geser ya." pinta Ardhi, dia memacu mobilnya kearah Ishana, dan berhenti tepat di depan Ishana.

"Ishana masuk!" Teriak Risma.

Sepersekian detik kemudian, Ishana sudah berada di dalam mobil Ardhi, terdengar jelas napasnya masih memburu.

"Kamu kenapa di kejar-kejar pria berbadan tegap itu Na?" tanya Risma.

"Kakakku, dia punya hutang sama rentenir, kakak kabur meninggalkan hutang, papa sakit di Rumah Sakit, aku tidak tahu harus bagaiana lagi." Ishana masih berusaha mengatur napasnya.

"Sejak mama meninggal, papa sering sakit-sakitan, ditambah kelakuan kak Fajri, penyakit papa makin parah, hariku juga mulai tidak tenang, andai papa mengizinkan aku menjadi istri keempat si rentenir mungkin semua ini akan berakhir."

Mendengar ucapan Ishana barusan, sebuah ide terlintas di benak Risma.

Ishana menyandarkan punggungnya di sandaran kursi mobil Ardhi.

"Hutang kakak kamu berapa Na?" tanya Risma.

"Jangan bilang kamu mau bayarin, maaf tidak usah."

Risma terdiam, masalah uang, Ishana sangat tidak mau membebani siapapun.

"Terlalu banyak hutangku padamu Ris, jangan buat aku menambahi lagi, aku tidak sanggup." Ishana masih mengatur napasnya.

"Papa kamu?" tanya Risma.

"Masih di Rumah Sakit, ada teman aku yang bantu mantau kalau aku pergi gini."

"Kamu ke Rumah aku dulu ya," pinta Risma.  

Ishana ingin menolak, karena papanya juga mungkin butuh dia, namun mengingat Risma kehilangan bayinya, membuat Ishana tidak tega menolak permintaan Risma sahabatnya.

Sesampai di rumah, keadaan terasa sepi, hanya ada para pelayan yang lalu lalang melakukan tugas mereka. Ishana dan bi Atin keluar dari mobil bersamaan, sedang Ardhi tengah membantu Risma keluar dari mobil. Ishana tersenyum melihat keromantisan pasangan itu.

Barang-barang Ardhi dan Risma sudah di turunkan para pelayan, sedang Risma meminta Ishana menemaninya di kamarnya. Karena ada Ishana, Ardhi memilih menghabiskan waktu di ruang kerjanya, sambil mengerjakan pekerjaannya dari sana.

Di kamar Risma.

Risma dan Ishana berdiri di balkon kamar itu, mata Risma memandangi sayu pemandangan indah yang terhampar di bawah sana.

"Na, aku ingin cerita boleh?"

Ishana meletakkan telapak tangannya di pundak Risma. "Cerita saja, aku siap dengar."

"Kamu ingat, apa sebab pernikahan aku sama mas Ardhi?"

Ishana tersenyum, dia adalah saksi bagaimana Ardhi melamar Risma dengan persyaratan. "Sangat ingat, tapi kak Ardhi sangat sayang padamu, lihat perlakuannya saat ini."

"Kamu ingat, kalau mimpi kedua orang tua Ardhi ingin memiliki cucu dari keturunannya sendiri?"

Ishana terdiam, dia hanya bisa memijat pundak Risma. "Jangan khawatir, kalian pasti bisa."

Buliran air mata mengalir deras di pipi Risma. Dia mulai menceritakan keadaannya.

Melihat sahabatnya menangis seperti itu, Ishana hanya bisa memeluk Risma. Lidahnya kelu, dirinya tidak tahu harus berkata apa, Ishana pun ikut menangis.

"Na, bantu aku mewujudkan mimpi kedua orang tua Ardhi."

Duggg!

Jantung Ishana seakan meledak mendengar permintaan sahabatnya.

Risma melepaskan pelukan mereka, kedua tangannya memegangi pundak Ishana, wanita itu diam seperti patung. "Daripada kamu menikahi bandot tua itu, lebih baik kamu jadi saudariku dalam rumah tangga ini."

"Na, tolong aku, hanya kamu yang aku percaya, aku percaya sama kamu, kamu tidak akan merebut mas Ardhi dariku."

"Sekarang aku tidak punya rahim, laki-laki mana yang nerima aku, kalau aku salah memilihkan istri untuk Ardhi?"

"Kamu baik Na, kamu tidak akan membiarkanku terdepak dari keluarga ini."

"Ada aku, atau tidak ada aku, cinta kak Ardhi kuat buat kamu Risma."

"Tapi tidak ada ketenangan Na, kedua orang tua Ardhi pasti sangat ingin cucu, apalagi itu adalah impian papa. Jika aku tidak berbesar hati, aku akan kehilangan kasih sayang mama Rita."

"Tolong aku Na, kita bertiga bisa bahagia dalam ikatan pernikahan ini ...." Risma terus memohon pada Ishana.

Tangis Ishana kini pecah. "Tega kamu Ma!" Ishana berusaha untuk meneruskan ucapannya. "Kamu tau, aku tuh sayang banget sama kamu, kamu malah minta aku menjadi wanita yang akan membuat kamu cemburu sepanjang hidup kamu, aku gak bisa!" Ishana melepaskan tangan Risma yang memegangi kedua pundaknya, dan pergi dari sana.

"Na, tolong aku ...." tangis Risma pecah, wanita itu memerosotkan tubuhnya ke lantai balkon.

Langkah kaki Ishana terhenti. "Masih banyak wanita lain yang bisa kamu pilih untuk menjadi istri kedua kak Ardhi, kenapa harus aku?"

"Cuma kamu yang aku percaya yang bisa bahagiain mas Ardhi."

"Lebih baik aku bunuh kamu, daripada aku sakitin kamu."

"Ishana, tolong aku ...." tangis Risma semakin pecah. "Sejak kecil kita selalu bersama, berbagi apa saja, kenapa tidak kalau kita harus berbagi suami?"

"Aku mengorbankan keselamatanku demi dirimu, kenapa kamu tidak mau menolongku ...." tangis Risma semakin pilu.

Ishana terdiam, selama ini Risma selalu memberikan apa saja, memberi pertolongan, bahkan saat ibu angkatnya meninggal Risma yang membantunya, yang tidak pernah Ishana lupakan, Risma berani mengorbankan nyawa demi dirinya.

"Baik, tapi jika kak Ardhi mau, kalau kak Ardhi menolak, aku juga menolak, 1 yang harus kamu ingat, aku melakukan ini demi kamu, dan atas permintaan kamu."

Risma bersusah payah bangkit dari posisinya, dia segera memeluk Ishana. "Terima kasih Na."

Sedang Ishana hanya diam meratapi nasibnya, kenapa dirinya harus menjadi orang ketiga dalam sebuah hubungan.

***

Ishana diminta Risma menunggu di ruang tamu, sedang Risma menemui Ardhi di ruangan kerjanya.

"Ada apa sayang? Apa Ishana sudah pergi?" Ardhi kaget menyadari kehadiran Risma di ruang kerjanya.

"Mas aku mau bicara."

Risma langsung mengutarakan semua keinginan dan rencananya.

"Kamu gila?!" Ardhi sangat geram mendengar permintaan Risma.

"Aku hidup bersamamu 4 tahun lamanya, aku yakin, Ishana adalah wanita yang tepat untuk melengkapi kekurangan kita, lagian aku sudah nggak sempurna mas, menjalani tugasku pun tak sebebas dulu, pelayananku sama mas akan terbatas, kehadiran Ishana akan menolong kita semua."

Ardhi bersikukuh menolak keinginan Risma.

"Baik, mas pilih menandatangi surat yang mana? Surat menikah lagi, atau surat kematian papa?"

"Jika mas egois, mas akan menyesal selamanya, karena mengecewakan papa di akhir hayatnya."

Terpopuler

Comments

@ £I£I$ Mυɳҽҽყ☪️

@ £I£I$ Mυɳҽҽყ☪️

meski pun awal mula karena keinginan istri pertama, tapi lambat lain istri kedua pun ingin kan cinta suami juga, meski awal nya mereka tidak saling mencintai

2021-11-30

0

Siena

Siena

jadi yg keduanya itu temannya?? berat nih..

2021-11-21

0

🧭 Wong Deso

🧭 Wong Deso

lanjut baca yah

2021-10-27

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Hati atau Mimpi
2 Bab 2 Ishana, Tolong Aku
3 Bab 3 Cinta Yang Sama
4 Bab 4 Jaga Perasaan
5 Bab 5 Adil
6 Bab 6 Tidak Sanggup
7 Bab 7 Sama Saja
8 Bab 8 Untuk Kamu
9 Bab 9 Kemarahan Rita
10 Bab 10 Pertempuran
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13 Dia Istrimu Juga
14 Bab 14 Suami Kamu Juga
15 Bab 15 Sakit
16 Bab 16 Sakit
17 Bab 17 Keinginan
18 Bab 18 Strategi Eva
19 Bab 19 Air Mata Eva
20 Bab 20 Ikhlas?
21 Bab 21 Pembelaan Ardhi
22 Bab 22 Ngidam Eva
23 Bab 23 Pencuri Hati
24 Bab 24 Mangga
25 Bab 25 Pengakuan Ishana
26 Bab 26 Paku Kertas
27 Bab 27 Kebahagiaan Ardhi
28 Bab 28 Pengakuan Rita
29 Bab 29 Terlanjur
30 Bab 30 Candu
31 Bab 31 Memastikan
32 Bab 32 Berlawanan
33 33 Hancur
34 Bab 34 Pilihan
35 Bab 35 Nara
36 Bab 36 Perlu Waktu
37 Bab 37 Aku Juga Punya Alasan
38 Bab 38 Ledakkan
39 Bab 39
40 Bab 40 Mungkin Ini Yang Terbaik
41 Bab 41 Terima Kasih Maduku
42 Bab 42 Memberikan, Bukan Menjual
43 Bab 43 Dunia Baru
44 Bab 44 Memulai
45 Bab 45 Jangan Bahas Masa Lalu
46 Bab 46 Jangan Rayu Bunda
47 Bab 47 Bundaaa
48 Bab 48 Perkenalan Anak Kecil
49 Bab 49 Mama?
50 Bab 50 Kehilangan Jejak
51 Bab 51 Makna Nama
52 Bab 52
53 Bab 53 Cincin
54 Bab 54 Jalan Yang Tepat
55 Bab 55 Siapa Lagi
56 Bab 56 Rasa Yang Hilang
57 Bab 57 Merasa Kosong
58 Bab 58 Cinta Yang Tertinggal
59 Bab 59 Cari Tau
60 Bab 60
61 Bab 61 Menepi
62 Bab 62 Rasa Itu
63 Bab 63 Sulit Percaya
64 Bab 64 Pulang Ke Rumah
65 Bab 65 Keluarga Jully
66 Bab 66 Rahasia
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
Episodes

Updated 78 Episodes

1
Bab 1 Hati atau Mimpi
2
Bab 2 Ishana, Tolong Aku
3
Bab 3 Cinta Yang Sama
4
Bab 4 Jaga Perasaan
5
Bab 5 Adil
6
Bab 6 Tidak Sanggup
7
Bab 7 Sama Saja
8
Bab 8 Untuk Kamu
9
Bab 9 Kemarahan Rita
10
Bab 10 Pertempuran
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13 Dia Istrimu Juga
14
Bab 14 Suami Kamu Juga
15
Bab 15 Sakit
16
Bab 16 Sakit
17
Bab 17 Keinginan
18
Bab 18 Strategi Eva
19
Bab 19 Air Mata Eva
20
Bab 20 Ikhlas?
21
Bab 21 Pembelaan Ardhi
22
Bab 22 Ngidam Eva
23
Bab 23 Pencuri Hati
24
Bab 24 Mangga
25
Bab 25 Pengakuan Ishana
26
Bab 26 Paku Kertas
27
Bab 27 Kebahagiaan Ardhi
28
Bab 28 Pengakuan Rita
29
Bab 29 Terlanjur
30
Bab 30 Candu
31
Bab 31 Memastikan
32
Bab 32 Berlawanan
33
33 Hancur
34
Bab 34 Pilihan
35
Bab 35 Nara
36
Bab 36 Perlu Waktu
37
Bab 37 Aku Juga Punya Alasan
38
Bab 38 Ledakkan
39
Bab 39
40
Bab 40 Mungkin Ini Yang Terbaik
41
Bab 41 Terima Kasih Maduku
42
Bab 42 Memberikan, Bukan Menjual
43
Bab 43 Dunia Baru
44
Bab 44 Memulai
45
Bab 45 Jangan Bahas Masa Lalu
46
Bab 46 Jangan Rayu Bunda
47
Bab 47 Bundaaa
48
Bab 48 Perkenalan Anak Kecil
49
Bab 49 Mama?
50
Bab 50 Kehilangan Jejak
51
Bab 51 Makna Nama
52
Bab 52
53
Bab 53 Cincin
54
Bab 54 Jalan Yang Tepat
55
Bab 55 Siapa Lagi
56
Bab 56 Rasa Yang Hilang
57
Bab 57 Merasa Kosong
58
Bab 58 Cinta Yang Tertinggal
59
Bab 59 Cari Tau
60
Bab 60
61
Bab 61 Menepi
62
Bab 62 Rasa Itu
63
Bab 63 Sulit Percaya
64
Bab 64 Pulang Ke Rumah
65
Bab 65 Keluarga Jully
66
Bab 66 Rahasia
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!