Bab 4 Jaga Perasaan

Akad nikah selesai, mereka semua segera bersiap meninggalkan KUA.

Ardhi melihat supir pribadi mamanya baru turun dari mobil, dia memanggil sang supir agar mendekat padanya. "Mas Abim, mobil masih bisa bawa 2 orang lagi?" Tanya-nya.

"Sepertinya bisa Tuan, kan isinya hanya Tuan dan Nyonya," terang Abim.

Perlahan Ardhi mendekati kedua orang tuanya. "Ma, pah, boleh kalau Risma dan Ishana pulang sama kalian?" Aku ada urusan kantor mah, sebulan ini aku banyak meninggalkan pekerjaan."

Rita terdiam, dia bingung percaya atau tidak. "Ya sudah, biar kedua istrimu pulang sama kami." 

Ardhi tersenyum, dia langsung meraih telapak tangan mamanya, dan mencium punggung telapak tangan itu, hal serupa juga Ardhi lakukan pada papanya. Perlahan Ardhi mendekati Risma.

"Maaf, mas harus pergi." 

"Iya mas." Risma langsung meraih telapak tangan suaminya dan menciumnya.

Setelah berpamitan pada Risma, Ardhi pun berlalu begitu saja, karena seperti itulah yang biasa dia lakukan.

"Mas, mas melupakan sesuatu." Risma meng-isyarat pada Ishana.

"Langsung saja kak, pasti orang-orang di kantor menunggu Anda," sela Ishana. Hanya alibi, sebenarnya Ishana belum siap melakukan seperti yang Risma lakukan pada Ardhi.

Ardhi merasa lega, jujur dirinya masih belum siap menerima kehadiran Ishana.

Melihat hal ini Rita sangat kesal. "Kamu harus ingat Ishana, apa tugas kamu menjadi istri kedua Ardhi," sela Rita.

"Iya bu," sahut Ishana.

Mereka semua segera masuk ke dalam mobil, Wisnu duduk di depan, Rita di belakang, diapit oleh kedua menantunya.

Perlahan mobil yang Abim kendarai parkir di halaman rumah besar itu, dirinya langsung membantu Tuan besarnya turun dari mobil.

"Kalian berdua, istirahat saja, silakan masuk duluan, biar papa sama aku saja," ucap Rita.

"Iya ma," sahut Risma.

Risma dan Ishana masuk bersamaan ke rumah besar itu. Perasaan Ishana saat ini sangat kacau, sebelumnya dirinya datang ke rumah ini dengan perasaan gembira, mengunjungi sahabatnya. Sekarang dirinya menjadi bagian dalam keluarga ini.

"Ikut aku Na, aku tunjukkin kamar kamu." Risma menarik tangan Ishana menuju lantai 2, di sana ada 5 buah kamar, salah satunya adalah kamar Risma dan Ardhi. Risma masuk ke sebuah kamar yang berada tepat di samping kamarnya dan Ardhi.

Ketika Ishana memasuki kamar itu, terlihat sebuah kamar yang sama luasnya dengan kamar Risma, kamar itu dihias sedemikian rupa.

Wangi yang begitu lembut menyambut indra penciuman Ishana, dia tahu sahabatnya ini melakukan semua ini untuknya dan Ardhi. "Kenapa kamu lakuin ini Ris?"

"Aku selalu ingin melakukan yang terbaik untukmu." Risma mendekati Ishana dan memeluknya. "Bantu aku membahagiakan mas Ardhi ya Na."

Ishana hanya diam.

Bagaimana aku bisa membahagiakan kak Ardhi? Membahagiakan dia sama saja menyakiti kamu.

Ishana hanya diam, tidak mampu mengatakan apa yang hatinya katakan.

"Selamat beristirahat, aku mau ke kamarku dulu, kalau perlu sesuatu cari aku atau bi Atin, kamu sudah sangat mengenal keluarga ini, dulu kamu sahabatku, sekarang kamu saudariku." Risma menepuk punggung Ishana begitu lembut, dan langsung pergi meninggalkan Ishana.

Bagaimana kehidupan kita Risma?

Antara aku dan kak Ardhi sulit melakukan tugas yang harus kami lakukan, selain tidak ada cinta, kami juga sangat memikirkan dirimu.

Ishana memandangi dirinya pada cermin.

"Kenapa harus aku Risma? Apa benar suatu saat nanti kamu bisa tidak cemburu padaku? Ini pernikahan, bukan suatu drama!"

Ishana sangat bingung.

Di tempat lain ....

Ardhi menyelesaikan semua pekerjaannya begitu lancar, sibuk dengan pekerjaan dia bisa melupakan masalahnya untuk sementara waktu. Jam sudah menunjukkan pukul 16:00, namun Ardhi sengaja berdiam diri di ruangannnya. Dia sangat malas untuk pulang, padahal sebelumnya dirinya selalu bergegas pulang agar punya banyak waktu untuk Risma.

Jam menunjukkan jam 21:00, namun Ardhi masih juga belum pulang, sengaja melewatkan waktu makan malam bersama keluarga, demi menghindari Ishana.

Sedang di rumah Ardhi. Selesai makan malam bersama Ishana dan kedua mertuanya, Risma kembali ke kamarnya, dia langsung mengambil handphone dan menelepon Ardhi.

Bunyi panggilan yang pertama, Ardhi langsung menjawab panggilan Risma.

"Iya sayang," sahutnya.

"Mas sengaja lembur?"

Ardhi terdiam, kalau dirinya pulang cepat, sudah pasti Risma memintanya menghabiskan waktu bersama Ishana.

"Jangan lari dari tanggung jawab mas, sekarang Ishana istri mas juga, dia berhak mendapat nafkah batin, tidak semata nafkah lahir belaka. Pulang mas, penuhi kewajiban mas sebagai suami."

Risma berusaha untuk tegar, walau hatinya sangat sakit meminta Ardhi melakukan tugasnya kepada Ishana.

Tidak ada jawaban dari Ardhi, hanya helaan napas laki-laki itu yang terdengar oleh telinga Risma.

"Mas, lupakan aku sebentar … saja, ingat mimpi papa, kalau mas tidak melakukan tugas mas, bagaimana Ishana memenuhi impian papa?"

"Baik aku pulang, tapi setelah pekerjaanku selesai, sedikit lagi," kilah Ardhi.

"Keperluan mas sudah aku taruh di kamar Ishana, maafkan aku, pintu kamarku aku kunci dulu." Risma menyudahi panggilan teleponnya.

Bukan hanya pintu kamarku mas, tapi juga semua pintu kamar kosong, kecuali kamar Ishana.

Batin Risma.

40 menit berlalu, Ardhi pun sampai di rumahnya, rumah itu nampak gelap, karena penghuni rumah itu sudah berlarut ke alam mimpinya. Ardhi menuju kamarnya dan Risma, saat pintu tangannya menyentuh gagang pintu, benar saja pintu kamar itu dikunci Risma.

Ardhi mendongakkan wajahnya keatas, menghembuskan napasnya begitu kasar. Dia segera menuju kamar lain, semua kamar kosong yang ada di lantai 2 dikunci, Ardhi tidak menyerah, dia mencari kamar kosong yang lain yang ada di lantai bawah, namun sama, semuanya dikunci.

Ardhi kembali ke lantai 2, saat yang sama Ishana keluar dari kamar membawa teko kaca yang kosong. Wajahnya seketika pucat saat kedua matanya melihat sosok Ardhi.

Ishana menundukkan pandangannya. "Keperluan kak Ardhi sudah Risma siapkan di dalam, aku permisi mau ke dapur mengisi ini." Tetap menunduk, Ishana berlalu begitu saja melewati Ardhi.

Selesai keperluannya di dapur, berulang kali Ishana menarik napasnya begitu dalam dan menghembuskannya perlahan. Berusaha menetralkan ketegangannya. Merasa lebih baik, dia segera kembali ke kamarnya.

Kala kedua kakinya sudah memasuki ruangan itu, terlihat baju yang sebelumnya Ardhi kenakan sudah teronggok didalam keranjang pakaian kotor. Suara gemericik air terdengar jelas dari arah kamar mandi. Ishana meletakkan teko yang dia isi sebelumnya.

Dia melangkah kearah tempat tidur, dan mengambil bantal juga selimut, dan segera berbaring diatas karpet yang ada di kamar itu.

Saat yang sama Ardhi keluar dari kamar mandi, dia terkejut melihat Ishana berbaring di lantai walau beralaskan karpet tebal.

"Na, bangun."

Perlahan Ishana membuka matanya yang tadinya dia pejamkan. "Maaf kak, aku tidak sanggup melakukan tugasku sebagai istri pada kakak."

Air mata itu kembali membasahi pipi Ishana. "Aku sangat menyayangi Risma, aku tidak sanggup." Ishana berusaha menahan tangisnya.

Ardhi merasa bersalah, dirinya terlalu pede, dia pikir Ishana berharap disentuh olehnya. Perlahan Ardhi mendekati Ishana.

"Tidak ada yang harus turun dari ranjang itu, percaya padaku, aku juga tidak bisa melakukan hal itu selain dengan Risma."

Ishana memandang wajah Ardhi, dia seakan tidak percaya dengan ucapan Ardhi.

"Kau tetap temanku, hanya saja status kamu sebagai istri keduaku, tapi apa yang terjadi di kamar ini, hanya kamu dan aku yang tahu bukan?" Ardhi duduk bersila di depan Ishana. "Ku harap pernikahan ini tidak merubah apapun yang telah terjalin antara kita, kamu sahabat istriku, dan temanku."

Ardhi meraih kedua tangan Ishana. "Kita akan satu kamar, berbagi tempat tidur, tapi aku janji, aku tidak akan menyentuhmu, karena aku tidak bisa."

Ishana sangat bahagia mendengar pengakuan Ardhi. Dia berharap kehadirannya tidak merubah perasaan cinta antara Ardhi dan Risma.

Atas permintaan Ardhi, Ishana mau kembali keatas tempat tidur, mereka berdua berbagi tempat tidur, tidak terjadi apapun diantara keduanya. Bagi Ardhi sudah cukup memenuhi keinginan mamanya dan Risma untuk menikah lagi, namun dirinya tidak berjanji kalau akan memenuhi tugas batin seorang suami pada istri keduanya.

***

Pagi menyapa, dengan semangat Risma menyiapkan sarapan untuk semua anggota keluarga di rumah ini, walau hatinya sakit membayangkan malam pengantin suaminya dan sahabatnya, tapi Risma berusaha bahagia.

Berbagai menu makanan sudah tersaji di meja makan. Tugasnya di dapur selesai, Risma segera melangkah menuju lantai 2 rumah ini, tujuannya kamar Ishana. Dengan wajah yang dihiasi senyuman, Risma segera mengetukkan punggung telapak tangannya dipintu kamar Ishana.

Hanya menunggu sebentar, pintu itu terbuka, tampak sosok yang begitu tampan mengenakan setelan kerjanya.

"Selamat pagi sayang." Ardhi langsung menarik Risma kedalam pelukannya, dan mendaratkan ciuman lembut di pucuk kepala Risma, tanpa memerdulikan keberadaan Ishana.

Ishana tetap santai, dirinya masih sibuk mengeringkan rambutnya.

"Mas, ada Ishana," rengek Risma.

"Santai aja Ma, aku nggak lihat," sela Ishana.

"Lihat pun nggak apa-apa, Ishana sudah sering lihat kok." Ardhi semakin gemas menciumi Risma.

Risma menyudahi keisengan Ardhi. "Mas, mas itu punya 2 istri, mas harus jaga perasaan istri yang lain," bisik Risma.

"Iya, makasih nasehatnya." Ardhi kembali mendaratkan ciuman lembut di pipi kanan dan kiri Risma.

Risma merasa tidak nyaman dengan perlakuan Ardhi, dia berusaha bersikap biasa-biasa saja. "Mas, Ishana, kita sarapan sama-sama."

Perhatian Risma tertuju pada seragam serba putih yang dikenakan Ishana. "Kamu masih kerja?" tanya Risma pada Ishana.

"Sebelum menikah kak Ardhi tidak masalah aku tetap bekerja. Jadi aku memilih untuk tetap bekerja."

"Bagaimana program kita?" Risma menatap Ardhi dan Ishana bergantian.

"Kalau dengan Ishana gagal, aku tinggal nikah lagi, begitukan? Jadi santai saja." Ardhi menggandeng Risma menuju lantai bawah, sedang Ishana mengikuti mereka dari belakang.

Terpopuler

Comments

ummi_Շɧ𝐞𝐞ՐՏ🍻muneey☪️

ummi_Շɧ𝐞𝐞ՐՏ🍻muneey☪️

hhmmm kuat berapa lama nggak nyentuh klo tiap hari ketemu

2022-06-27

0

Didin Kembar

Didin Kembar

GB

2021-11-07

0

🕊⃟🍁F1R4

🕊⃟🍁F1R4

sebaik2 orang kalo mau di mandu gk deh tetap aja gk enak

2021-10-22

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Hati atau Mimpi
2 Bab 2 Ishana, Tolong Aku
3 Bab 3 Cinta Yang Sama
4 Bab 4 Jaga Perasaan
5 Bab 5 Adil
6 Bab 6 Tidak Sanggup
7 Bab 7 Sama Saja
8 Bab 8 Untuk Kamu
9 Bab 9 Kemarahan Rita
10 Bab 10 Pertempuran
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13 Dia Istrimu Juga
14 Bab 14 Suami Kamu Juga
15 Bab 15 Sakit
16 Bab 16 Sakit
17 Bab 17 Keinginan
18 Bab 18 Strategi Eva
19 Bab 19 Air Mata Eva
20 Bab 20 Ikhlas?
21 Bab 21 Pembelaan Ardhi
22 Bab 22 Ngidam Eva
23 Bab 23 Pencuri Hati
24 Bab 24 Mangga
25 Bab 25 Pengakuan Ishana
26 Bab 26 Paku Kertas
27 Bab 27 Kebahagiaan Ardhi
28 Bab 28 Pengakuan Rita
29 Bab 29 Terlanjur
30 Bab 30 Candu
31 Bab 31 Memastikan
32 Bab 32 Berlawanan
33 33 Hancur
34 Bab 34 Pilihan
35 Bab 35 Nara
36 Bab 36 Perlu Waktu
37 Bab 37 Aku Juga Punya Alasan
38 Bab 38 Ledakkan
39 Bab 39
40 Bab 40 Mungkin Ini Yang Terbaik
41 Bab 41 Terima Kasih Maduku
42 Bab 42 Memberikan, Bukan Menjual
43 Bab 43 Dunia Baru
44 Bab 44 Memulai
45 Bab 45 Jangan Bahas Masa Lalu
46 Bab 46 Jangan Rayu Bunda
47 Bab 47 Bundaaa
48 Bab 48 Perkenalan Anak Kecil
49 Bab 49 Mama?
50 Bab 50 Kehilangan Jejak
51 Bab 51 Makna Nama
52 Bab 52
53 Bab 53 Cincin
54 Bab 54 Jalan Yang Tepat
55 Bab 55 Siapa Lagi
56 Bab 56 Rasa Yang Hilang
57 Bab 57 Merasa Kosong
58 Bab 58 Cinta Yang Tertinggal
59 Bab 59 Cari Tau
60 Bab 60
61 Bab 61 Menepi
62 Bab 62 Rasa Itu
63 Bab 63 Sulit Percaya
64 Bab 64 Pulang Ke Rumah
65 Bab 65 Keluarga Jully
66 Bab 66 Rahasia
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
Episodes

Updated 78 Episodes

1
Bab 1 Hati atau Mimpi
2
Bab 2 Ishana, Tolong Aku
3
Bab 3 Cinta Yang Sama
4
Bab 4 Jaga Perasaan
5
Bab 5 Adil
6
Bab 6 Tidak Sanggup
7
Bab 7 Sama Saja
8
Bab 8 Untuk Kamu
9
Bab 9 Kemarahan Rita
10
Bab 10 Pertempuran
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13 Dia Istrimu Juga
14
Bab 14 Suami Kamu Juga
15
Bab 15 Sakit
16
Bab 16 Sakit
17
Bab 17 Keinginan
18
Bab 18 Strategi Eva
19
Bab 19 Air Mata Eva
20
Bab 20 Ikhlas?
21
Bab 21 Pembelaan Ardhi
22
Bab 22 Ngidam Eva
23
Bab 23 Pencuri Hati
24
Bab 24 Mangga
25
Bab 25 Pengakuan Ishana
26
Bab 26 Paku Kertas
27
Bab 27 Kebahagiaan Ardhi
28
Bab 28 Pengakuan Rita
29
Bab 29 Terlanjur
30
Bab 30 Candu
31
Bab 31 Memastikan
32
Bab 32 Berlawanan
33
33 Hancur
34
Bab 34 Pilihan
35
Bab 35 Nara
36
Bab 36 Perlu Waktu
37
Bab 37 Aku Juga Punya Alasan
38
Bab 38 Ledakkan
39
Bab 39
40
Bab 40 Mungkin Ini Yang Terbaik
41
Bab 41 Terima Kasih Maduku
42
Bab 42 Memberikan, Bukan Menjual
43
Bab 43 Dunia Baru
44
Bab 44 Memulai
45
Bab 45 Jangan Bahas Masa Lalu
46
Bab 46 Jangan Rayu Bunda
47
Bab 47 Bundaaa
48
Bab 48 Perkenalan Anak Kecil
49
Bab 49 Mama?
50
Bab 50 Kehilangan Jejak
51
Bab 51 Makna Nama
52
Bab 52
53
Bab 53 Cincin
54
Bab 54 Jalan Yang Tepat
55
Bab 55 Siapa Lagi
56
Bab 56 Rasa Yang Hilang
57
Bab 57 Merasa Kosong
58
Bab 58 Cinta Yang Tertinggal
59
Bab 59 Cari Tau
60
Bab 60
61
Bab 61 Menepi
62
Bab 62 Rasa Itu
63
Bab 63 Sulit Percaya
64
Bab 64 Pulang Ke Rumah
65
Bab 65 Keluarga Jully
66
Bab 66 Rahasia
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!