1 Tahun berlalu begitu saja.
1 tahun, itu waktu yang lama buat Rita, dia tidak mampu lagi untuk bersabar. Namun, meluapkan kemarahannya hanya memperburuk keadaan, namun kesabarannya juga ada batasnya.
Pagi ini wajah Rita terlihat tidak bersahabat. Sorot matanya tertuju begitu tajam kearah Ardhi dan kedua istrinya.
"Pagi mama," sapa Risma.
Namun tidak ada jawaban, reaksi pun tidak ada.
"Salon langganan mama bangkrut ya?" Ardhi berusaha mengajak Rita bercanda.
Namun sama saja, tidak ada rekasi, yang ada kekesalan Rita semakin memuncak, membuat Ishana berulang kali memijat pundaknya.
"Ini 1 tahun Dhi!" Ucapan Rita begitu menekan.
"Iya 1 tahun, mama mau adain Anniv aku sama Ishana ya?" Ardhi masih berusaha mengajak ibunya bercanda.
"2 bulan!" Sorot mata Rita terlihat seperti memancarkan api. "Jika 2 bulan kamu belum bisa membuat Ishana hamil, maka rencana mama yang harus berjalan."
"Mama, mama jangan bikin Ishana dan Ardhi stres ma, semakin mereka stres, semakin susah mereka," tegur Wisnu.
Keceriaan pagi itu seketika menguap karena ancaman Rita.
Padahal kehidupan rumah tangga Ardhi begitu damai, tidak ada keributan antara istri pertama dan kedua. Jika saatnya Ardhi menghabiskan malam di kamar Ishana, keduanya malah sibuk dengan pekerjaan mereka, dan mengisi waktu dengan berbagi cerita, mengobrol sampai rasa kantuk menyerang mereka.
Obrolan tentang rasa sayang dan cinta mereka yang sama, yang tertuju untuk Risma.
Karena ucapan Rita tadi pagi, Ardhi dan Ishana sama-sama diam, biasanya keduanya sering berbicara banyak hal, namun malam ini lidah mereka tidak mampu berkata-kata.
Maaf Dhi, untuk kesekian kalinya progaram kalian gagal. Sepertinya kamu harus melakukannya secara langsung. Seperti predeksi ku di awal. Kamu harus melakukan proses penyuntikan dengan jarum tumpul milikmu sendiri.
Ardhi terbayang ucapan dokter Sonia.
"Kita coba Na."
Sorot mata Ishana langsung tertuju pada Ardhi. "Harus?"
"Entah, kita coba dulu." Ardhi mengumpulkan keberanian mendekati Ishana.
Tangan Ardhi baru menyentuh sisi telinga Ishana. Sedang wanita itu memejamkan matanya begitu rapat.
"Maaf aku tidak bisa!"
Perkataan yang sama terlepas dari mulut keduanya.
***
Keadaan Wisnu lumayan membaik, Rita bisa pergi jika ada perkumpulan Arisan yang selama ini dia ikuti. Suasana begitu ramai, namun sayang saat ini suasana hati Rita sangat buruk. Dirinya hanya diam, membiarkan pembicaraan-pembicaraan yang sama sekali tidak menarik baginya.
"Eh jeng, anaknya jeng Asri itu, istri keduanya Bapak wakil itu." Teman arisan Rita menyebutkan profesi yang dimaksud.
"Hooh jeng, kasian mau aja dia dimadu!"
Bermacam pendapat dan penialaian mereka tentang poligami menjadi bahasan beberapa anggota Arisan.
"Eh ibu-ibu! Apa salahnya jika orang punya bini lebih dari satu?!" Suara lantang Eva memenuhi ruangan itu. "Jadi bini kedua atas izin istri pertama itu lebih terhormat daripada doyan ghibah, tapi ternyata simpenan seseorang," oceh Eva lagi.
"Iya, Eva benar, putrinya Asri juga jadi istri kedua tuh Pak Wakil, karena istri pertama tidak bisa ikutin tu Bapak ke tempat dinas dia, masa iya suaminya sanggup puasa lama, diri gak mau ngikut suami, wajarlah suami cari selimut baru."
"Nggak semua begitu bu, banyak kok mereka yang berpisah tapi kesetiaan mereka kuat," sela Eva.
"Iya, Eva benar kebutuhan dan pertahanan setiap orang beda." sela yang lain.
"Ih, aku ogah ya jeng, masa anak kita jadi penghangat di perantauan, apalagi kalau sampai jadi mesin pembuat anak buat keluarga orang!" Ketus yang lainnya.
"Kalau karena ketururunan, itu bukan mesin pembuat anak bu, tapi tentang menolong sesama wanita, setiap wanita itu adalah saudara."
Sorotan mata para anggota Arisan tertuju pada wanita cantik yang begitu seksi itu.
"Tentang wanita yang bersedia memberi rahimnya untuk wanita lain, itu hanya karena ingin menolong. Ada saudaranya yang tidak bisa hamil, dan satu wanita bersedia menolong dengan menjadi madunya, itu penolong bu, bukan mesin pencetak anak!" sela Eva lagi.
"Ini kalau aku ya, andai ada suatu keluarga yang butuh rahim untuk melahirkan zuriat mereka, aku ikhlas jadi yang ke 10, bukan karena harta ya ibu-ibu, tapi lebih ke sisi saling menolong," ucap Eva.
Perhatian Rita tertuju pada wanita muda itu, dia terus memerhatikan Eva. Setelah acara arisan mereka selesai, Rita langsung mendekati Eva. Kini hanya ada mereka berdua di ruangan itu, ibu-ibu anggota arisan yang lain sudah pulang.
"Boleh kita kenalan?" tanya Rita.
"Sangat boleh Nyonya Rita, saya Eva Bastian, saya sangat tahu siapa Nyonya." Eva tersenyum dan mengulurkan tangannya pada Rita.
"Saya tertarik dengan perkataan kamu sebelumnya," ucap Rita.
"Tentang?"
"Kalau kamu bersedia jadi yang ke berapa pun demi menolong wanita lain."
"Ah, di dunia nyata mana ada yang begitu, yang meminta suaminya menikah lagi demi mendapatkan keturunan." Eva melanjutkan pekerjaannya, membereskan majalah fashion yang berisikan bermacam pakaian yang dia jual di butiknya.
"Kalau ada, apakah kamu mau membantu?"
Eva menghentikan kegiatannya. "Kalau yang bersangkutan memberi sesuatu yang tidak bisa saya tolak, maka akan saya pertimbangkan."
"Saya memiliki anak satu-satunya--"
"Iya, saya tahu, Ardhi Pramudya, CEO Wardana Group," sela Eva.
"Owh, kamu tahu tentang saya rupanya."
"Anak saya memiliki 2 istri." Rita mulai menceritakan rumah tangga Ardhi, Risma, dan Ishana pada Eva.
"Saya butuh wanita yang bersedia jadi istri ketiga Ardhi. Apapun yang kamu mau, akan saya berikan," ucap Rita.
"Hemm, boleh juga." Eva tersenyum bahagia.
"Tugas utama kamu, lahirkan anak dari anak saya, maka apapun yang kamu mau saya beri."
"Misal nih tante, andai anak tante menginginkan saya?"
"Saya tidak perduli, kamu menikah selamanya atau hanya ingin melahirkan penerus putra saya. Kamu bisa bertahan dengan 2 madu yang lain, saya setuju, kamu pergi juga saya setuju."
"Deal, kapan tante butuh saya, panggil saja." Eva memberikan kartu namanya pada Rita.
"Baik, sebagai penyemangat kamu, saya akan beri butik saya untuk kamu, jika kamu bisa hamil lebih cepat, tapi jangan coba-coba menipu saya dengan hamil anak orang lain."
"Idih tante, saya memang pemuja materi, tapi saya masih menjunjung kehormatan, walau saya seorang model, saya jamin, saya masih perawan."
Kesepakatan Rita dan Eva pun terjadi.
***
Bagi Ishana dan Ardhi, waktu 2 bulan itu terlalu sedikit untuk mereka menerima satu dan yang lainnya. Tapi, bagi Rita itu seperti 2 tahun.
"Bagaimana ini Na, besok hari terakhir kita." Ardhi terlihat cemas.
"Entahlah kak, aku juga bingung."
"Bagaimana kalau mama meminta aku menikah lagi?" tebak Ardhi.
"Itu lebih baik, lebih baik wanita lain yang hamil bukan aku."
"Gila! Sentuh kamu aja aku nggak bisa, apalagi wanita lain." Ardhi mengusap kasar wajahnya.
"Lain kali, kalau ngomong dipikir dulu. Kakak kemaren bilang, siap menikahi 100 wanita, ucapan itu adalah do'a, ucapkan hal yang baik, walaupun itu bercanda, karena kita tidak pernah tau, kapan waktu yang kabul saat berdo'a," tegur Ishana.
"Walau menikah 10 kali lagi, sama saja, aku yang tidak mampu Na."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
🔵🍭ͪ ͩ𝐒𝓊𝓈𝓌𝒶𝓉𝒾 ՇɧeeՐՏ🍻
wwoww...menikah lagi.
bagaimana dengan hati risma?
2021-10-23
3
⏤͟͟͞R◇Adist
nah lhoooo mau dinikahkan. lgi wkkwkwwk
2021-10-17
0
Zuhrotul Islamiyah
huaaa kenapa sih thorr setiap capt mengandung bawang... baru kali ini aq baca noveel dari bab awal sampek sini nyesek terus
2021-10-17
0