Ngidam lagi

Seorang gadis tengah celingak celinguk mencari pemilik tempat ia berada sekarang.

Ia bertanya pada salah seorang karyawan Karyawan itu lalu memberitahu dimana orang yang dia cari berada.

Gadis yang tak lain adalah Mita itu lalu masuk ke ruangan yang dimaksud karyawan itu.

"Hai tante", sapa Mita ketika melihat Marinka.

"Eh Mita, hai sayang. Kamu sama siapa ke sini?", tanya Marinka.

"Sendiri tante. Eh Rey lo ngapain pakek jas gitu, kayak yang mau nikah aja?", tanya Mita ketika melihat Reynand masih dengan setelan jasnya.

"Ya emang mau nikah", sahut Marinka yang membuat Mita melongo sedangkan Reynand sedikit melotot.

"Hahahaa..kalian ini, ya memang Rey mau nikah kan, masak nggak mau nikah, gimana mami mau cucu kalau nggak nikah. Tapi bukan sekarang. Itu Rey pakek jas buat jadi model tante Mit, ada temen yang minta foto jasnya pakek model", jelas Marinka menahan tawa karena ekspresi Reynand.

"Ooo gitu. Eh itu di depan kayaknya mobil Zia deh, emang dia di sini?", tanya Mita setelah teringat tujuannya mampir ke butik milik tantenya itu.

"Ooohh eeemmmm", gumam Marinka bingung mau menjawab apa lalu memberi kode pada Rey. Untungnya Reynand segera paham.

"Itu gue pinjam mobil Zia, motor gue dibawa sama Doni", jelas Reynand berbohong.

"Zianya nggak ikut ke sini?", tanya Mita lagi.

"Nggak, tadi dia naik taksi", jawab Reynand santai sambil melepaskan jasnya.

Sementara itu di ruang ganti, Zia merasa sebal. Kenapa Mita lama sekali berada di situ? Dan juga Reynand serta maminya yang seolah melupakan kalau Zia sedang berada di dalam.

Sebenarnya Zia sudah menaham lapar dari tadi, tapi karena Marinka telah menunggu untuk mencoba baju jadi Zia tak mengajak Reynand untuk makan terlebih dahulu.

Dan sekarang dia malah harus menahan lapar lebih lama lagi karena terjebak dalam ruangan ganti.

Untungnya tas sekolahnya tadi ia bawa masuk. Kalau tidak pasti sudah ketahuan Zia ada di sana.

Saat Zia teringat kalau membawa ponsel, ia segera mengirim pesan ke Reynand.

"Gue udah laper banget. Anak lo minta makan"

Isi pesan yang dikirim ke Reynand.

ting

Tanda ada pesan masuk di ponsel Reynand. Ia melihat notifikasi pesan dari Zia. Segera Reynand membuka pesan itu. Seketika ia menepuk jidatnya karena hampir melupakan keberadaan Zia.

Reynand membisikkan sesuatu ke maminya. Maminya pun sama, hampir lupa jika calon menantunya sedang bersembunyi cukup lama.

"O iya Mita, kamu tadi ada perlu apa ke sini?", tanya Marinka mengalihkan pembicaraan.

"Nggak apa-apa sih tan, cuma pengen mampir aja", jawab Mita.

"Gimana kalau kamu temenin tante makan siang. Kebetulan anak tante yang satu itu mau kencan", ucap Marinka sambil tersenyum melirik ke arah Reynand. Sedang yang dilirik hanya berekspresi datar.

"Haaa, emang lo mau kencan sama siapa? Apa jangan-jangan lo pacaran sama Zia ya?", tanya Mita yang sudah sangat penasaran dari kemarin.

"Kalau iya emang kenapa?", tanya balik Reynand.

"Rey, lo belum kenal sama Zia, gue nggak yakin dia orang yang baik", ucap Mita bernada cukup tinggi.

"Udah udah nanti aja dibahas. Sekarang yuk Mita, tante udah laper banget", ajak Marinka sambil menarik tangan Mita keluar.

Setelah memastikan Mita dan maminya keluar, barulah Reynand mengetuk pintu ruangan dimana Zia mengganti bajunya tadi.

tok tok tok

"Zi keluar, udah nggak ada", teriak Reynand.

ceklek

Pintu terbuka dan menampakkan seorang gadis dengan peluh membasahi kening dan wajahnya. Mukanya juga terlihat pucat.

"Lo mau bikin gue mati di dalem", ucap Zia saat sudah di luar.

"Ya sorry, kan nggak tau kalau Mita bakal ke sini", sanggah Reynand.

"Gue laper, pengen makan pizza yang gedeeeee banget", ucap Zia merentangkan tangannya memperagakan.

"Ya udah iya ayo", ajak Reynand menggandeng tangan Zia.

Mereka pergi dari butik itu setelah sebelumnya Zia memberikan gaun yang dipakainya tadi ke salah satu karyawan.

Reynand memegang kemudi sedangkan Zia duduk di sampingnya.

"Eh nggak jadi pizza deh, gue mau makan ketoprak", ucap Zia saat mereka sampai di tempat parkir untuk membeli pizza.

"Haaa Ziii, lo ngerjain gue!!! Ini kita udah jalan jauh terus pas udah nyampek lo bilang nggak mau pizza dan mau ketoprak", ucap Reynand dengan nada sedikit tinggi.

Zia menatap Reynand dan bersiap meluncurkan air matanya.

"Hiks hiks hiks, lo bentak gue. Huaaa papi jahat dek, kita kan maunya ketoprak tapi papi nggak mau beliin, hi hiii", teriak Zia sambil menangis.

"Eh eh, nggak usah pakek nangia dong. Elah tuh ntar dilihat orang kan malu, disangkanya gue ngapa-ngapain lo lagi. Ya udah iya kita cari ketoprak", hibur Reynand agar Ziq berhenti menangis.

Benar saja, Zia tak menangis lagi setelah mendengar ucapan Reynand. Matanya nampak lebih bersinar malah.

Reynand terus melajukan mobilnya mencari penjual ketoprak. Mereka telah berjalan cukup lama namun belum juga menemukan penjualnya.

Hampir dua jam mereka berkeliling akhirnya ada juga penjual ketopraknya.

Reynand memarkirkan mobilnya lalu turun dan segera memesan ketoprak yang sangat diinginkan Zia. Zia pun mengekor di belakang Reynand.

Namun Reynand tampak bingung dengan ekspresi yang ditunjukkan Zia. Semenjak turun tadi ia hanya memberengutkan wajahnya.

"Lo kenapa sih Zi, cemberut aja?", tanya Reynand.

"Nggak apa-apa", jawab Zia singkat.

Pesanan pun datang. Dua porsi ketoprak. Satu disodorkan ke Zia dan satu lagi ke Reynand.

"Gue udah nggak mau ketoprak", ucap Zia berhasil membuat Reynand naik darah, namun coba untuk ditahan.

"Tadi lo bilang mau ketoprak, ini udah ada depan lo tinggal makan aja", ucap Reynand sedikit menggigit giginya menahan emosi.

"Abis kelamaan, gue udah nggak pengen. Gue pengen tahu thek itu", ucap Zia sambil menunjuk penjual tahu thek di seberangnya.

"Haa terus ini gimana, gue juga nggak akan biaa habisin?", tanya Reynand bingung.

"Dibungkus aja", jawab Zia enteng.

Akhirnya Reynand menuruti kemauan Zia. Dia meminta penjualnya untuk membungkus ketoprak yang sudah dipesan tadi.

Zia sudah berjalan terlebih dahulu ke arah penjual tahu thek. Reynand segera menyusul Zia.

"Udah pesen?", tanya Reynand dan dijawab anggukan oleh Zia.

Pesanan pun datang. Wajah Zia nampak sangat berbinar. Ia segera melahap makanannya sengan sangat rakus.

"Pelan-pelan, nggak akan ada yang ambil makanan lo", ucap Reynand yang melihat kerakusan Zia.

Zia makan sudah seperti orang yang tidak makan seminggu saja.

Dalam sekejap, makanan yang tadinya penuh sepiring hanya tersisa piringnya saja.

Ia memesan lagi sepiring tahu thek dan segera menghabiskannya lagi. Ia kembali memesan lalu dalam sekejap telah ludes.

Reynand yang melihatnya hanya bisa melongo. Bagaimana bisa Zia yang badannya sekecil itu bisa menghabiskan tiga piring tahu thek sekaligus.

Sedangkan Reynand sendiri masih belum menyentuh makanannya karena sibuk memperhatikan calon istrinya.

Benar-benar wanita jika tengah ngidam memang sangat aneh.

"Kok nggak dimakan sih makanannya, lo nggak mau?", tanya Zia ketika melihat makanan Reynand masih utuh.

"Kalau nggak mau buat gue aja", ucap Zia nyengir kuda sambil mengambil makanan Reynand.

"Lo bener-bener ngidam ya Zi, kayak orang kesetanan aja", ucap Reynand melihat tingkah aneh Zia.

"Ini juga karena anak lo, dia yang pengen makan ini. Bawaannya laper mulu tau", sahut Zia sambil mengelus perutnya.

"Bawa-bawa anak lagi, lo nya aja kali yang kesenengan. Bulat baru tahu rasa lo", ucap Reynand.

"Bodo amat, yang penting kenyang", ucap Zia lagi sambil terus makan.

Setelah menghabiskan semua makanan di depannya Zia bersandar pada sandaran kursi sambil mengelus-elus perutnya.

Selesai makan, Zia mengantar Reynand ke apartemennya. Namun Zia merasa sangat berat untuk pulang. Ia masih sangat ingin menempel pada Reynand.

Padahal seharian mereka sudah bersama dari pagi hingga sore.

"Gue nggak mau pulang, pengen sama-sama li aja", rengek Zia manja.

"Ih jijik gitu Zi ngelihat lo manja gini, aneh tau", sahut Reynand sedikit menjauhkan diri dari Zia.

"Lo mah gitu, anak lo nih yang pengen deket-deket papinya", cicit Zia membalas.

"Dengerin ya Zia, di dalam ada Doni. Nggak mau kan kalau sampai dia tau hubungan kita. Lagian bentar lagi kita juga nikah kan, lo bisa tiap hari dari pagi sampai pagi ngelihat gue", jelas Reynand tak ingin melihat Zia bersedih.

Zia mengerucutkan bibirnya, namun perkataan Reynand ada benarnya juga. Akhirnya ia pulang ke rumahnya sendiri.

"Ya udah deh kalo gitu gue pulang", pamit Zia pada Reynand sambil menyodorkan tangannya. Karena Reynand tak kunjung menyambut uluran tangannya Zia pun merengek.

"Iiih salim Rey".

"Haaaa, iya", ucap Reynand kaget diperlakukan seperti itu.

"Li hati-hati ya di jalan", ucapnya lagi.

Setelah kepergian Zia, Reynand masih bengong memandangi tangannya yang habia dicium Zia.

Terpopuler

Comments

mili_millenia

mili_millenia

lucu Zia ma rey

2021-11-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!