Sesuatu

Di rumah Zia.

Bi Surti tengah menyiapkan sesuatu setelah tadi sebelumnya ia menerima pesan dari seseorang bahwa rencana yang telah mereka susun akan segera dilaksanakan.

Dalam hati bi Surti sebenarnya berat, namun ia tak mau terjadi sesuatu dengan orang-orang yang disayangi jika sampai tak melaksanakan rencana itu dengan baik.

Zia sendiri sejak pulang sekolah tadi masih betah berada di kamar. Makan siang saja belum. Ia tak merasa lapar sedikit pun. Perasaannya sedikit aneh, seperti ada yang akan terjadi namun entah apa.

Di sisi lain, Rey yang berencana ke rumah Zia tak langsung ke tempat tujuan. Ia singgah sejenak ke cafe miliknya yang juga searah dengan jalan ke rumah Zia. Rencananya Rey ingin membawa beberapa makanan yang bisa untuk menemani mereka belajar nanti agar tidak bosan.

Rey tak berniat lama di cafe, namun sepertinya ia sedikit harus bersabar karena ada beberapa masalah di cafe yang harus diselesaikan.

Hingga beberapa jam Rey baru selesai dengan urusannya. Ia segera meminta kepada karyawannya untuk menyiapkan makanan yang akan dibawa ke rumah Zia.

......********......

Di mall.

Marinka masih asyik mengajak Mita jalan-jalan. Masuk satu toko ke toko lainnya. Marinka tampak sangat menikmati. Namum sepertinya tidak dengan Mita. Ia terlihat sangat resah. Beberapa kali mengecek HPnya berharap seseorang segera memberi kabar.

Marinka sedikit heran lalu bertanya kepada Mita.

"Sayang, kamu kenapa kok sepertinya nggak tenang gitu? Kamu sakit?"

"Eh enggak kok tan, Mita nggak apa-apa. Beneran deh", sergah Mita agar tantenya tidak curiga.

"Kalau kamu capek apa sebaiknya kita pulang aja? Atau kamu mau makan dulu?", tanya Marinka lagi.

"Kayaknya makan dulu aja deh, laper hehe", ajak Mita sambil sedikit tertawa.

"Ya udah ayo kalau gitu".

Marinka dan Mita akhirnya menuju ke sebuah restoran. Mengisi tenaga setelah lelah berputar-putar mengelilingi mall dan mendapatkan beberapa barang yang mereka inginkan.

Tak lama kemudian, ada telepon masuk dari orang yang disuruh Mita untuk menjaga mamanya.

"Iya, ada apa?", ucap Mita setelah menggeser tombol hijau di ponselnya.

".."

"Apa? Mama histeris lagi? Ya udah aku kesana sekarang", ucapnya lagi.

Mita mencoba mencari-cari kontak seseorang untuk menelepon, tapi sial ponselnya malah mati.

Mita pamit kepada tantenya untuk menemui mamanya, Marinka memaksa untuk ikut dan diiyakan oleh Mita.

Mereka berdua akhirnya menuju tempat dimana mama Mita berada.

......********......

Sementara di suatu tempat, seorang pemuda tengah mondar mandir di samping mobilnya yang sedang mogok. Ia sepertinya tak bisa melanjutkan tugasnya karena hari sudah semakin sore sedangkan montir yang ia panggil tak kunjung datang.

Yang membuatnya semakin gusar adalah orang yang memberinya tugas tidak bisa dihubungi. Ia pun tak mempunyai nomor ponsel pembantu yang dimaksud rekannya kemarin.

Saat itu memang hari sudah menjelang sore. Jika pemuda itu melanjutkan rencananya, kemungkinan malam hari baru sampai karena kerusakan mobilnya cukup parah. Ia juga tidak mungkin memesan taksi online dan meninggalkan mobilnya di tempat itu.

......********......

Di lain tempat, Rey yang melajukan motornya menuju rumah Zia sudah hampir sampai.

Entah mengapa saat membayangkan wajah imut Zia, ia merasakan detak jantungnya berpacu cukup kuat.

Rey bahkan senyum-senyum sendiri. Untungnya ia menggunakan Helm full face, jadi tak ada orang lain yang melihatnya. Jika tidak, sudah pasti orang-orang akan merasa aneh.

Beberapa menit kemudian ia sudah sampai di depan gerbang rumah Zia. Setelah memencet bel dan dibukakan pintu oleh bi Surti, Rey lalu menjalankan mobilnya ke tempat parkir di dalam halaman rumah.

Setelah memarkirkan kendaraannya, bi Surti mengajaknya masuk. Rey pun mengekor di belakang bibi.

Sesampainya di dalam rumah, bi Surti bertanya kepada Reynand.

"Maaf den, apakah aden ini teman non Zia dan non Mita?", tanya bi Surti kepada Rey.

"Iya bi, Zianya ada di rumah kan?", tanya Rey balik.

"Ada den, silakan aden duduk dulu. Saya panggilkan non Zia sebentar", suruh bi Surti yang ditanggapi anggukan oleh Rey.

Jika ada yang bertanya kenapa bi Surti juga menyertakan Mita dalam pertanyaannya kepada Rey, itu adalah karena sebuah kode yang dibuat oleh Mita.

Di sini Mita memang kurang teliti dalam membuat rencana karena ia tak menunjukkan foto orang yang akan mengeksekusi rencana mereka.

Zia yang mendengar pintu kamarnya diketuk segera bangkit dan membukanya. Terlihat bi Surti tengah berdiri di sana.

"Kenapa ya bi?", tanya Zia.

"Itu non, ada tamu. Katanya teman non Zia", jawab bi Surti.

"Temen? Siapa ya bi, cewek apa cowok, trus bibi tanya namanya siapa nggak?", Zia memberondong bi Surti dengan beberapa pertanyaan.

"Cowok non, maaf bibi nggak sempat tanya namanya", cicit bi Surti ragu-ragi.

"Ya udah deh, bibi bikinin minum dulu. Aku ganti baju sebentar".

"Baik non", ucap bi Surti seraya menuju lantai bawah dimana ada Rey.

Bi Surti membuatkan dua gelas jus untuk Zia dan temannya. Ia sengaja belum menjalankan rencananya sekarang, karena kalau ia langsung mencampur sesuatu itu pasti akan sangat mudah diketahui siapa pelakunya.

Saat bi Surti selesai membuat jus, ternyata Zia belum juga turun. Ia meletakkan jusnya di meja dan mempersilakan tamu majikannya untuk minum.

Bi Surti hampir melupakan sesuatu. Ia harus memastikan bahwa orang yang ada di dalam rumah itu adalah orang suruhan Mita.

"Maaf den, kalau boleh tau nama aden siapa ya? Maaf sebelumnya, tadi non Zia bertanya sama saya tapi saya belum tahu", ucap bi Surti sambil tersenyum.

"Nama saya Reynand bi, biasa dipanggil Rey", jawabnya dengan sopan.

"Baiklah, saya panggilkan non Zia lagi ya den. Kok belum turun-turun", pamit bi Surti.

Rey hanya mengangguk menanggapi ucapan bi Surti.

Sebelum sampai di ujung tanggah, bi Surti telah berpapasan dengan Zia.

"Eh bi, mau kemana?", tanya Zia.

"Mau panggil non lagi, lama sekali, kan kasihan tamunya nunggu lama. Dandang dulu ya karena tamunya cowok, hehe", goda bi Surti yang berhasil membuat Zia bersemu merah.

"Bibiiii bisa aja deh", balas Zia tersenyum.

Mereka pun akhirnya turun bersamaan.

Sesampainya di ruang tamu, Zia cukup terkejut ketika mendapati Rey tengah duduk manis di sana. Ia heran karena tadi Rey sendiri yang mengatakan bahwa ia tak akan belajar bersama.

"Loh Rey, lo kesini. Katanya tadi nggak bisa dateng karena ada urusan?", tanya Zia penasaran.

"Tadinya iya Zia, cuma gagal total, hehe", jawab Rey cengengesan.

"Ya udah deh, karena lo udah di sini mending kita belajar aja", ajak Zia.

"Emang itu rencana gue. Oh iya ini tadi gue bawa beberapa makanan dari cafe, buat temen belajar aja", ucap Rey sambil menyerahkan beberapa bungkusan dan langsung diterima oleh Zia.

Zia membawa bungkusan itu ke dapur untuk disiapkan. Sementara bi Surti tidak nampak batang hidungnya karena ia sibuk menelepon bosnya yang tak kunjung bisa dihubungi.

Sore itu, Zia dan Rey belajar bersama. Mereka tampak lebih akrab dari biasanya. Mungkin kebersamaan selama beberapa hari ini telah membuat kedekatan di antara mereka.

Sedangkan bi Surti masih bimbang. Apakah ia melanjutkan rencana itu atau tidak? Sementara orang yang memberinya perintah tak kunjung dapat dihubungi.

Dengan beberapa pertimbangan, akhirnya bi Surti melakukannya. Ia mencampurkan sesuatu ke dalam teko berisi penuh air itu. Ia tak menaruh sesuati itu di dalam minuman yang disajikan kepada Rey dan Zia agar tak mudah diketahui.

Di rumah itu memang tidak ada orang lain selain Zia dan bi Surti. Hanya sesekali saja ada pak Jamal. Namun hari ini pak Jamal bilang ingin pulang lebih awal karena anaknya sakit.

Setelah menaruh minuman itu, bi Surti berpamitan pada Zia untuk berjalan-jalan di depan rumah guna mengusir kejenuhan.

Awalnya Zia tidak mengizinkan karena jika bi Surti keluar yang ada di dalam rumah hanya ada dirinya dan Rey.

Namum dengan dalih hanya sebentar akhirnya Zia memberi izin.

Zia dan Rey masih belajar bersama. Karena terus mengoceh memberi penjelasan kepada Rey yang membuatnya haus, Zia memutuskan untuk mengambil minum.

"Bentar gue ambil minum dulu, haus nih", pamit Zia.

"Gue sekalian ya, haus juga nih", pinta Rey yang hanya dijawab dengan deheman oleh Zia.

Zia kembali ke ruang keluarga dimana ada Rey disana dengan membawa satu teko air dan dua buah gelas. Ia menuang air ke dua gelas itu yang salah satunya langsung ditenggak habis olehnya.

Rey melirik sebentar ke arah Zia sambil tersenyum. Ia turut menenggak air dalam gelas tersebut hingga tandas.

Mereka melanjutkan belajar kembali. Lama kelamaan ada sesuatu yang aneh dirasakan Zia. Ia merasa sangat gerah dan keringat bercucuran di dahinya.

Tak berbeda jauh dengan Rey, ia juga merasakan hal yang sama.

Entah apa yang terjadi kemudian, tiba-tiba saja Rey sudah mengankat tubuh Zia menaiki tangga menuju ke kamar.

Di luar kendali diri masing-masing, Zia telah melepaskan seluruh pakaiannya begitu juga dengan Rey. Mereka saling memberikan sentuhan antara satu sama lain.

Bahkan dengan agresifnya Zia berani mencium Rey. ******* bibirnya yang juga dibalas oleh Rey.

Ketika hasrat telah memenuhi diri mereka, maka hal yang sangat ditakuti Zia selama ini pum terjadi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!