"Ma, pokoknya mama harus kuat, mama harus sembuh. Aku udah janji sama mama buat balas sakit hati mama. Aku janji ma, pasti. Aku juga udah ada rencana", ucap seorang gadis yang berada di samping seorang wanita dengan selang infus di tangannya.
"Kalian harus siap-siap nerima pembalasan gue atas sakit hati nyokap gue selama bertahun-tahun ini", ucapnya lagi seraya meremas foto seorang laki-laki dan perempuan yang saling merangkul.
......********......
"Zi, jadi kapan nih kita bisa belajar bareng. Ayo lah gue udah capek diomelin mulu sama bokap nyokap juga sama bu Mona", rengek Reynand pada Zia.
"Lo kenapa sih Rey, aneh banget tau nggak. Biasanya juga ogah banget deket-deket sama gue", "aaaa lo suka sama gue yaaaa", ucap Zia sambil tetawa.
"Idiiih ge-er lo, enak aja gue cuma pengen cepet-cepet belajar biar gue bisa lulus dengan nilai yang memuaskan. Dan pengen ngalahin lo tentunya", balas Rey tak mau kalah dengan Zia.
"Ooo gitu, ya udah lo belajar sendiri aja", sewot Zia.
"Eeh eeh, kok gitu".
"Ya kan niat lo pengen ngalahin gue dan gue nggak mau lo kalahin, jadi ogah banget gue ngajarin lo", ucap Zia sambil menjulurkan lidahnya.
"Bercanda doang kali Zi udah baper aja lo. Ayo lah kapan nih belajar barengnya?".
"Ya udah iya, kapan enaknya????eemm pulang sekolah aja deh lo ke rumah gue".
"Jadi tiap pulang sekolah nih gue ke rumah lo? Yakin loooo?? Kan nggak ada orang di rumah lo", ledek Rey sambil menaik turunkan alisnya.
"Eh gak jadi kalo gitu, ntar aja kalo udah ada bibi baru lo boleh dateng", ucap Zia sewot.
"Hahaha, eh tapi kapan lo dapet pembantu baru, kalo masih lama gimana coba".
"Bodo", Zia meledek balik sambil menjulurkan lidah.
Mendengar obrolan antara Zia dan Reynand, ada seseorang dengan senyum smirknya. Sepertinya rencananya kali ini akan berjalan dengan lancar.
......********......
"Zia, kamu dari mana aja jam segini baru pulang?"
"Mami..kapan mami pulang?", tanya Zia
"Mami tanya itu ya dijawab bukan malah balik nanya", seru mami Viola.
"Zia itu habis belajar bareng temen mi. Lagian sejak kapan mami peduli. Bahkan mami udah janji mau nyusul ke kampung bi Sum aja nggak jadi", jawab Zia dengan nada penuh kekecewaan.
"Mami itu kerja Zi, kamu ngerti dong. Mami kerja juga buat kamu, buat masa depan kamu", jelas mami Viola.
"Nggak, mami itu nggak peduli sama aku. Yang mami peduliin cuma pekerjaan, mami sama papi itu terlalu gila kerja tau nggak. Bukan aku yang nggak ngertiin kalian, tapi kalian yang nggak pernah mau ngertiin aku", teriak Zia sambil berlari ke kamarnya.
Kecewa, Zia benar-benar kecewa dengan kedua orangtuanya. Tapi dia sudah bertekad untuk tidak menangis lagi. Percuma, meskipun ia menangis tidak akan mengubah pemikiran mami dan papinya.
Padahal tadi sebelum ia belajar bersama di cafe Rey, Zia sempat mengirim pesan kepada maminya. Tapi jangankan dibalas, bahkan dibaca saja tidak.
Dan tadi sesampai di rumah malah maminya bertanya. Zia memang tidak berniat mengatakan bahwa ia sudah mengirim pesan ke maminya. Biar saja, toh percuma saja berdebat, pikirnya.
......********......
Reynand masih betah berada di cafe. Sambil senyum-senyum sendiri ia memainkan pulpen di atas meja. Membuat siapa saja yang melihat heran.
"Rey!!!!", teriak seseorang tepat di dekat telinganya.
"Astaga...mamiii ngagetin tau nggak".
"Ya abisnya kamu ngelamun sambil senyum-senyum sendiri. Kan mami takut", ucap seseorang yang tak lain adalah maminya Rey.
"Nggak kok mi, nggak apa-apa", elak Rey.
Ya memang setelah belajar bareng dengan Zia tadi, Rey diajak ketemu sama maminya. Karena kebetulan dia masih ada di cafe itu, Rey meminta maminya bertemu di tempat dimana ia masih berada sekarang.
"Mami tumben ngajak Rey ketemu, emang mau ngomong apa sih?", tanya Rey sama maminya yang heran kenapa mengajak bertemu di luar.
"Gini Rey, mami sama papi itu rencananya mau ke Jerman, lumayan lama sih paling sekitar dua minggu. Kamu nggak apa-apa kan kalo mami tinggal?", jelas mami Rey.
"Ya elah mi, Rey itu udah gede. Kenapa coba mami pakek nanya dulu. Jelas Rey nggak akam kenapa-napa lah."
"Bukan apa-apa ya mami ngomong kayak gitu sama kamu. Mami itu khawatir kalo-kalo pas mami sama papi nggak ada di rumah terus kamu bikin masalah. Kan repot", ucap mami Marinka sambil memberikan lirikan tajam ke arah Rey.
"Nggak akan, pokoknya mami tenang aja. Mulai hari ini dan seterusnya mami akan melihat perubahan aku ke yang lebih baik lagi. Liat aja entar", jawab Rey dengan menaik turunkan alisnya.
"Kamu yakin, apa coba motivasinya?"
"Rahasia pokoknya mami terima beres aja hehe", tutup Rey sambil membayangkan wajah imut Zia.
Sepertinya Rey memang mulai tertarik dengan Zia. Siapa memang yang tak akan tertarik. Wajah cantik, tubuh indah, kulit putih, dan tentu saja kebaikan hatinya yang nggak diragukan lagi.
Flashback on
Ketika akan pulang sekolah Zia menghentikan Reynand.
"Rey, tunggu", panggil Zia
"Hemm, kenapa?"
"Hari ini lo bisa nggak belajar bareng?", tanya Zia.
"Bisa aja kok, di rumah lo apa di rumah gue apa dimana?", tanya Rey balik.
"Di cafe deket-deket sini aja gimana?"
"Boleh, ya udah ayok", ajak Rey sambil menggenggam tangan Zia.
Sesampai di parkiran, Rey baru sadar jika dari tadi ia menggandeng tangan Zia. Buru-buru ia melepaskannya dan meminta maaf.
"Eh sorry sorry, nggak sengaja".
"Nggak apa-apa kok".
"Oh iya, lo bawa mobil sendiri nggak?", tanya Rey pada Zia.
"Kebetulan gue nggak bawa, boleh nebeng kan sampek cafe doang kok", jawab Zia sambil sedikit malu-malu.
"Ya boleh lah, udah ayok naik".
Zia masuk mobil diikuti Rey yang langsung menduduki tempat kemudi. Hening. Tak ada yang memulai percakapan. Hanya deru mesin dan detak jantung mereka masing-masing yang terdengar. Sampai di suatu tempat yang disana banyak penjual kaki lima, Zia meminta Rey untuk menghentikan mobilnya.
Tanpa pemberitahuan Zia langsung turun dan menghampiri seorang nenek yang sedang menjajakan dagangannya. Ia membeli semua dagangan nenek itu meski sepertinya ia tak begitu membutuhkan barang tersebut.
"Buat apa sih lo beli pisang sebanyak itu? Pisangnya juga belum mateng semua lagi", tanya Rey penasaran.
"Ya buat apa gitu kek, sebenarnya gue cuma kasihan. Lo bisa lihat sendiri kan, itu nenek udah renta gitu tapi masih aja jualan. Lebih kasihannya lagi nggak ada yang mau ngelirik dagangannya. Gue yakin kalaupun gue kasih duit ke nenek itu dia nggak akan mau, jadi gue beli aja dagangannya", jelas Zia.
"Oh gitu", tanggapan Rey manggut-manggut sambil tersenyum.
Flashback off
Sejak saat di jalan itu, Rey mulai lebih tertarik lagi dengan kepribadian Zia. Menurutnya dia adalah gadis yang berbeda. Selain cerdas juga sangat peka terhadap sekitar.
Meskipun berasal dari keluarga berada tapi Zia tak pernah memandang seseorang dari status sosialnya.
...********...
Sementara di lain tempat, seorang gadis tengah menyusun sebuah rencana. Rencana untuk menghancurkan seseorang yang telah melukai orang yang sangat dia sayang.
"Pokoknya kita nggak boleh gagal. Semua harus sesuai rencana dan jangan sampai ada yang curiga", ucapnya kepada seorang wanita yang ada di depannya.
"Pasti non, saya akan lakukan apa yang non perintahkan. Saya nggak akan buat non kecewa", jawab wanita itu.
"Bagus, kita mulai rencananya setelah situasi aman", ucap gadis itu disertai senyum yang sangat sinis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments