Kecelakaan

Di sekolah

Perasaan Zia masih tidak tenang. Pikirannya masih terus tertuju pada bi Sum. Seperti ada sesuatu yang akan terjadi tapi Zia sendiri tidak tau apa. Saking tidak tenangnya sampai-sampai ia tidak konsentrasi saat belajar di kelas.

Sementara itu pak Jamal telah sampai mengantar bi Sum ke terminal. Ia menunggu sampai bibi benar-benar mendapat bus yang akan di tumpangi pulang ke kampung halaman. Ada rasa aneh dalam diri pak Jamal ketika menatap kepergian bi Sum. Perasaan yang sama dengan yang dirasakan oleh Zia.

Bi Sum memasuki bis yang akan membawanya pulang. Ia pun merasakan berat untuk meninggalkan anak majikannya yang sudah seperti anaknya sendiri. Perasaannya resah, seperti ini adalah terakhir kalinya ia berada di kota itu. Dengan berat hati bi Sum masuk lalu duduk di bangku yang masih kosong.

"Bismillahirrohmannirrohim, semoga nggak ada apa-apa dan selamat sampai tujuan", ucap bi Sum.

Bis pun mulai merangkak ketika bangku penumpang telah terisi penuh. Perjalanan kali ini sangat panjang sehingga membuat beberapa penumpang memilih memejamkan mata.

......********......

Setelah jam pelajaran pertama berakhir, Zia langsung menelepon pak Jamal untuk memastikan apakah bi Sum sudah berangkat menaiki bus atau belum. Ia begitu khawatir dan cemas dengan kepulangan bi Sum kali ini.

"Halo, pak Jamal udah anterin bibi ke terminal dengan selamat kan?".

"Iya non, bi Sum juga sudah masuk bus, mungkin sebentar lagi busnya akan jalan", jelas pak Jamal.

"Oh ya udah pak kalo gitu, nanti siang tolong jemput aku ya".

"Baik non".

Selesai menelepon pun tak membuat kecemasan Zia berkurang, namun ia tetap mencoba menepis dan terus berpikir positif. Mungkin karena ia akan merasa sangat kesepian dan sendiri lagi ketika tak ada bi Sum di rumah, pikir Zia.

Tak lama setelah itu bu Mona guru pelajaran Matematika pun masuk. Zia mencoba fokus kembali ke pelajaran, ia tak mau ketinggalan satu pelajaran pun karena sebentar lagi akan ujian. Zia ingin dalam ujian kelulusan ini ia mendapatkan nilai yang sangat memuaskan sehingga bisa membuat orangtuanya bangga.

"Selamat pagi anak-anak".

"Selamat pagi bu", ucap semua murid bersamaan.

"Oke sekarang kalian masukkan semua buku, sisakan pulpen saja dia atas meja. Hari ini saya pengen ngetes kalian, udah siap buat ujian apa belum".

"Yaaaahhh bu kok ulangan sih".

"Iya bu, kita mana siap".

"Iya bu kok dadakan".

"Gak seru ih bu Mona".

"Belajar kayak biasanya aja lah bu".

Begitulah sahutan dari beberapa murid yang meras keberatan dengan pernyataan bu Mona.

Bu Mona sendiri hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah anak-anak muridnya ini.

"Saya itu cuma mau ngetes kalian, sampai mana kalian paham sama pelajaran saya, nggak akan masuk nilai", jelas bu Mona.

"Ini kalian kerjakan", perintah bu Mona sambil menyerahkan selembar kertas berisi beberapa soal, "waktu kalian tiga puluh menit", jelasnya lagi.

"Yang bener aja bu, masak tiga puluh menit".

"Iya, mana cukup bu".

"Harusnya cukup kalo selama ini kalian perhatiin saya pas pelajaran", ucap bu Mona sambil melirik ke arah Reynand.

"Ibu ngapain ngelirik saya, emang saya kenapa coba?", tanya Rey ketika menyadari bu Mona berbicara sambil meliriknya.

"Nggak apa-apa. Udah kalian semua kerjain dalam waktu tiga puluh menit, setelah itu ibu akan evaluasi".

Suasana hening seketika karena semua murid tengah serius mengerjakan soal yang diberikan oleh bu Mona. Tampak mereka sangat serius dan cukup tegang meskipun ini bukanlah ujian yang sesungguhnya. Namun tampak berbeda dengan Zia, dia tampak santai dan tanpa kesulitas sedikit pun.

Tiga puluh menit kemudian.

"Oke waktu selesai, kumpulkan sekarang".

Semua murid tampak maju, meskipun mungkin ada beberapa yang belum menyelesaikan soalnya. Bu Mona segera memeriksa hasil pekerjaan semua muridnya. Keningnya tampak berkerut ketika memeriksa dua lembar terakhir. Tampak perbedaan yang sangat jauh dari kedua kertas tersebut. Dilihatnya nama dari keduanya.

"Pantas saja", gumamnya.

Setelah selesai bu Mona berdiri.

"Oke hasilnya udah ketahuan.Ya lumayanlah, sepertinya kalian udah siap ya buat ujian, kecuali.....Reynand dan Zia tolong kalian maju", perintah bu Mona.

Reynand dan Zia saling pandang. Rey maju sambil menyenggol bahu Zia yang masih bengong.

"Ih apa sih Rey senggal senggol".

"Buruan, dipanggil noh".

Zia akhirnya mengekor di belakang Rey menuju ke depan kelas. Ada perasaan bingung kenapa bu Mona memanggilnya.

Sesampainya di depan kelas.

"Nih lihat, bedanya jauh banget Rey. Kamu itu niat nggak sih mau lulus?? Coba dong kamu berkaca sama Zia, heran lo ibu sama kamu kenapa dulu bisa masuk IPA, IPA 1 lagi", ucap bu Mona sambil sedikit berteriak.

"Ya elah bu, gitu doang mah tenang aja saya pasti lulus kok".

"Mau lulus dari mana kalo kamu terus kayak gini, nyerah deh ibu sama kamu".

"Zia, mulai hari ini sampai waktu ujian tiba ibu nggak mau tahu gimana pum caranya kamu harus kasih bimbingan buat Rey, dan kamu Rey kamu harus nurut bimbingan dari Zia", ucap bu Mona dengan tegas.

"Tapi bu...ibu aja nyerah apalagi saya, mana saya bisa bu", tolak Zia.

"Ya pokoknya harus bisa".

"Kalo saya sih oke oke aja bu", ucap Rey sambil cengar cengir naik turunkan alisnya ke Zia.

"Ishh nyebelin lo".

"Ya udah fiks ya, oke kalian balik ke tempat duduk".

Kring kring kring

Bel istirahat berbunyi. Semua berlarian ke kantin tak terkecuali Zia dan Rey. Zia berjalan sambil menunduk memainkan handphone dan tanpa sengaja menabrak Reynand.

"Aduuuhhh".

"Sengaja kan lo nabrak-nabrak gue biar bisa deket", ledek Rey sambil senyum-senyum.

"Enak aja, gue gak sengaja ya. Lagian siapa yang mau deket-deket sama lo, ge-er", jawab Zia sambil berlalu dari hadapan Rey. Sedangkan Rey masih senyum-senyum sendiri memandang Zia.

......********......

Pulang sekolah Zia dijemput oleh pak Jamal karena hari ini memang nggak bawa mobil sendiri. Hari ini Zia benar-benar nggak semangat pulang. Ia sudah membayangkan di rumah nggak ada bi Sum pasti sangat kesepian. Zia menyempatkan diri makam siang dulu di luar, tanpa bi Sum di rumah ia malas untuk makan sendiri.

Siang sudah berganti sore, tapi bu Sum belum juga memberi kabar apakah sudah sampai apa belum. Zia merasa sangat khawatir. Dicobanya menghubungi bi Sum tapi malah nomornya nggak aktif.

"Iih kok malah nggak aktif sih, bibi ini kemana coba", gumamnya.

Zia merasa sangat nggak tenang. Berkali-kali mencoba menghubungi nomor bi Sum tapi masih nggak aktif. Untuk mengalihkan pikirannya, ia mencoba menyalakan televisi. Digonta gantinya chanel tv tapi ia merasa nggak ada yang menarik. Sampai....

"Pemirsa, telah terjadi kecelakaan bus antarkota. Bus yang melaju dari Jakarta tujuan ke kota Surabaya terguling ke dalam jurang. Diperkirakan seluruh penumpang tidak ada yanh selamat".

"Apaaaa...bi Sum", remot yang digenggam Zia langsung jatuh bersamaan dengan merosotnya tubuhnya ke lantai.

Pak Jamal yang kebetulan belum pulang melihat nonanya terjatuh ke lantai langsung berlari menghampiri.

"Non ada apa non, non Zia kenapa? Apa yang terjadi?"

"Bibi pak, bi Sum. B..bus yang ke arah Surabaya kecelakaan. Bi Sum di situ kan?" ucap Zia dengan air mata yang telah membanjiri kedua pipinya.

"Astaga non..bi Sum, nggak mungkin non".

"Bi Sum huhuhuuuuu".

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!