Pagi itu, mami Viola telah siap dengan keberangkatannya ke Paris. Sebelum itu, ia sempatkan untuk sarapan bersama dengan anak semata wayangnya. Sedangkan papi Samuel telah berangkat kemarin siangnya saat Zia masih berada di sekolah, yang rencananya berangkat sore namun harus dipercepat saat masih siang.
Bi Surti telah menyiapkan berbagai hidangan untuk majikannya di atas meja. Beberapa adalah makanan kesukaan Zia yang ia ketahui dari mami Viola.
"Pagi mami", sapa Zia pada maminya.
"Pagi sayang, yuk sarapan dulu", jawab maminya.
"Iya mi. Mami jadi hari ini berangkat?", tanya Zia ketika melihat maminya telah berdandan rapi.
"Jadi sayang, ini kesempatan langka buat mami. Dengan adanya event ini, mami bisa lebih melebarkan sayap di dunia fashion", jawab maminya sambil mengoles roti dengan selai.
"Ya udah lah, semoga mami berhasil. Mami diantar pak Jamal kan ke bandara?", tanya Zia lagi.
"Iya dong, pak Jamal masih di jalan mau ke sini. Udah gih sarapan, bibi udah masakin makanan kesukaan kamu tuh", ucap mami Viola sambil menunjuk gado-gado di depannya.
"Kok bibi tau sih kalau aku suka banget sama gado-gado?", tanya Zia ketika bi Surti menyajikan dua gelas susu ke depan majikannya.
"Iya non, nyonya yang memberitahu saya apa aja yang non suka dan nggak non suka", jelas bi Surti.
"Eemm, enak nih bi. Bibi pandai juga ya masak", puji Zia sopan sambil senyum kepada bi Surti.
"Syukur deh kalau non suka", jawab bi Surti.
Zia dan maminya melanjutkan sarapan dengan lahap, sebelum akhirnya mereka berangkat bersama dengan tujuannya masing-masing. Tentunya dengan kendaraan masing-masing juga.
......********......
Sesampai di sekolah, Zia langsung disambut oleh Reynand. Zia sedikit terkejut ketika tiba-tiba Rey berada di samping mobilnya.
"Masuk bareng yuk", ajak Reynand.
"Iya ayo", balas Zia sedikit aneh dengan perubahan sikap Reynand yang menurutnya begitu cepat.
Tak lama setelah Rey dan Zia sampai di kelas, bel pun berbunyi. Pelajaran berlangsung dengan semua murid yang tampak serius termasuk Reynand.
Guru yang saat itu mengajar pun sedikit heran. Pasalnya, mulai dari kelas X sampai beberapa waktu yang lalu saja Rey jarang sekali memperhatikan. Tapi hari ini dia benar-benar aktif mengangkat tangannya ketika sesi tanya jawab.
kring
kring
kring
Bel istirahat berbunyi.
Zia berjalan berdampingan dengan Mita ke kantin. Di belakang mereka mengekor Reynand, tanpa sepengetahuan Zia maupun Mita tentunya.
"Biar gue aja yang pesen ya Zi, lo mau apa?", tanya Mita.
"Gue pengen makan bakso aja sih, tapi nggak apa-apa lo sendirian pesennya?", tanya balik Zia.
"Nggak apa-apa lah, udah lo tunggu gue di siti aja", ucap Mita.
Zia menurut, ia duduk di bangku paling pojok karena iti adalah tempat favoritnya. Tiba-tiba ia dikejutkan dengan kehadiran Reynand yang langsung nyelonong duduk di sampingnya.
"Ih Rey, kebiasaan deh ngagetin orang lo", sewot Zia pada Reynand.
"Hehe, sorry. Oh iya Zi, gue cuma mau bilang kalo hari ini kayaknya kita nggak belajar bareng dulu deh. Soalnya ada urusan yang harus gue selesaiin, nggak apa-apa kan ya?", terang Rey pada Zia.
"Ya nggak apa-apa lah, orang lo ini yang harusnya belajar, gue mah ngikut aja. Oh iya besok-besok belajarnya di rumah gue aja ya, soalnya udah ada bibi baru gue, lagian males banget kalo mesti kemana-mana gitu", jawab Zia.
"It's ok, gampang kalo soal itu. Ya udah gue duluan deh ke lapangan, pengen main basket bentaran", ucap Rey.
"Serah lo".
Tak lama kemudian Mita datang dengan membawa nampan berisi makanan pesanan mereka. Zia pun langsung melahap baksonya karena perutnya terasa lapar.
Di sela-sela makan, Mita sempat menanyakan sesuatu hal pada Zia.
"Lo hari ini belajar bareng lagi sama Rey Zi?", tanya Mita.
"Nggak Mit, katanya dia ada urusan", jawab Zia.
"Oh gitu", sahut Mita dengan sedikit senyum liciknya.
......********......
Di rumah, bi Surti yang tengah membereskan rumah tiba-tiba mendengar ponselnya berdering. Buru-buru ia mengambilnya takut kalau-kalau ada yang penting. Tertera nama "Bos" si sana.
"Iya non", jawabnya.
"Kita harus menjalankan rencana kita hari ini, sepertinya ini waktu yang tepat", sahut seseorang di seberang.
"Tapi apa ini nggak terlalu cepat non?", tanya bi Surti ragu.
"Nggak ada yang terlalu cepat, lebih cepat lebih baik. Pokoknya harus sesuai dengan apa yang udah kita rencanakan kemarin, paham!", sahut orang itu lagi dengan nada cukup tinggi.
"I iya baik non, saya akan siapkan semuanya dengan baik", jawab bi Surti dengan nada sedikit takut.
Setelah telepon dimatikan, bi Surti melanjutkan lagi pekerjaannya. Meskipun ada rencana cukup jahat, namun itu bukan niatnya pribadi. Ada sedikit keraguan dalam hatinya mengingat perlakuan yang sangat baik dari Zia maupun maminya.
Tapi ia harus tetap menjalankan apa yang sudah direncanakan. Ia tidak mau mempertaruhkan segalanya jika ingkar janji. Nyawa seseorang tengah terancam saat ini.
Di sekolah
Zia mendapati Mita tengah menelepon seseorang dengan nada berbisik. Ini adalah kesekian kalinya Mita berbisik saat menelepon. Sebenarnya Zia penasaran, tapi ia pikir nggak baik kalau harus menguping.
Zia mencoba bertanya, namun lagi-lagi jawaban Mita sama, ia tak ingin mengganggu orang lain jika menelepon dengan suara cukup keras.
Sedikit tak masuk akal menurut Zia, karena saat ini sedang tak ada pelajaran dan juga teman-teman sekelasnya sedang sibuk masing-masing, namum ia mencoba untuk mempercayainya.
Kelas Zia saat ini sedang jam pelajaran kosong karena guru mereka tidak masuk. Namun karena kelas mereka termasuk kelas teladan, tak ada yang keluyuran keluar kelas.
Hingga jam sekolah usai masih tak ada guru yang mengajar di kelas mereka. Saat bel pulang berbunyi, barulah Zia dan teman-temannya keluar.
"Rey, gue nebeng lo ya, pengen ke rumah lo. Kangen gue ama tante Marinka", rengek Mita pada Reynand.
"Ya lah ayo", jawab Reynand.
Mereka pun menaiki motor Reynand menuju ke rumah orang tuanya. Ya, Mita adalah saudara sepupu Reynand. Mami Marinka adalah adik tiri mamanya Mita, Feriska. Meskipun saudara tiri, namun Marinka sangat menyayangi Feriska seperti saudara kandung.
Sesampainya di rumah Reynand, Mita langsung masuk dan mencari dimana tantenya berada. Ia bahkan teriak-teriak memanggil nama tantenya karena tak kunjung menemukan orang yang dicari.
"Et dah lo ngapain teriak-teriak, lo pikir mami budek apa", sergah Rey karena Mita terus berteriak memanggil maminya Rey.
"Biarin, abis dimana sih tante nggak muncul-muncul tau nggak?", ucap Mita sedikit sewot.
"Ya elo cari aja di ruang baca, pasti ketemu", usul Rey.
"Lah iya ya, kok gue bisa nggak kepikiran", sahut Mita yang langsung berlari menuju ruangan yang disebutkan Reynand barusan.
"Tanteeee...", teriak Mita saat memdapati orang dia cari.
"Eh Mita sayang, tumben kamu kesini. Gimana kabar kamu? Mama juga gimana kabarnya?", mami Marinka memberondong Mita.
"Aku baik kok tan, cuma mami ya gitu deh. Kadang masih aja murung", ucap Mita dengan sedikit murung.
"Yang sabar ya sayang, tante yakin mama kamu pasti akan segera baikan", sahut Marinka memberi semangat, "ya udah yuk turun kita makan bareng", ajaknya lagi.
"Iya tan, aku panggil Rey sekalian ya", ucapnya Mita yang dijawab dengan anggukan oleh Marinka.
Beberapa saat kemudian, mereka bertiga telah berkumpul di meja makan. Tak ada obrolan apa pun karena itu sudah menjadi kebiasaan di keluarga Adhiyasta, jika disaat makan tidak boleh ada yang mengobrol.
Selesai makan, mami Marinka mengusulkan untuk mengajak Mita dan Rey jalan-jalan ke mall. Mita setuju namum tidak dengan Reynand.
Sebelum berangkat, Mita terlihat menelepon seseorang.
"Jalanin sekarang, mumpung ada kesempatan!", perintahnya.
".."
"Bagus, kasih gue kabar segera".
Telepon dimatikan dan Mita segera menghampiri tantenya yang telah menunggu di dalam mobil.
Sementara Reynand merasa bosan karena nggak ada yang bisa dia kerjakan. Sebenarnya tadi dia membatalkan belajar bersama dengan Zia karena berencana ingin menghabiskan waktu bersama maminya. Namun gagal karena akhirnya sang mami malah mengajak serta Mita. Rey merasa sangat malas jika bersama gadis itu.
Karena merasa bosan, ia berencana mendatangi rumah Zia untuk belajar bersama. Rey pikir nggak perlu membuat janji karena pasti Zia akan menerimanya.
Akhirnya Rey melajukan motornya menuju rumah Zia tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.
Sedangkan di dalam mobil yang tengah dikendarai mami Marinka, Mita tengah tersenyum penuh kelicikan membayangkan rencananya akan segera terlaksana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Sri Lestari E
kecil kecil udah jahat
2021-11-16
2