Sebulan telah berlalu sejak kejadian itu. Zia mencoba untuk melupakannya. Meskipun saat melihat Reynand ia masih terbayang akan semuanya.
Ia mencoba bersikap sebiasa mungkin di depan semua orang. Namun sepertinya tak begitu berhasil. Banyak anak yang mempertanyakan begitu pun para guru.
Zia yang sekarang benar-benar berbeda dengan yang dulu. Dulu ia begitu aktif dan ceria. Tak pernah terjadi aksi bullying di sekolah karena Zia pasti akan membela.
Tapi sekarang nggak ada lagi Zia yang aktif dan ceria. Ia lebih banyak diam dan hanya akan bersuara jika ditanya. Begitu pula dengan Zia yang berani melawan bullying, sekarang ia seakan tak peduli jika ada kejadian seperti itu.
Kegiatan bimbingan belajar bersama Reynand juga masih berlanjut. Hanya saja dilakukan di cafe milik Rey. Itu pun harus di tempat terbuka.
Reynand sangat merasakan perubahan sikap Zia, apalagi saat belajar bersama. Dulu Zia akan sangat cerewet jika Rey bermain-main, tapi sekarang ia seolah acuh.
Berkali-kali Rey meminta Zia untuk kembali ke dirinya semula, namun tak akan semudah mambalik telapak tangan.
Sedangkan Mita sama sekali belum mengetahui jika yang terjebak dalam permainannya adalah sepupunya sendiri.
Bi Surti tidak sempat hanya untuk mengambil foto Rey juga lupa menanyakan namanya.
Jadi dia sulit mengungkap siapa sebenarnya pemuda itu.
Mita sendiri tidak kepikiran jika pemuda itu adalah Reynand. Bukankah saat itu Rey bilang tak ingin ke rumah Zia.
Ia mencoba melupakannya, yang penting Zia hancur dulu, pikirnya. Persetan dengan rencananya yang akan menggunakan orang suruhannya itu untuk mengambil alih harta keluarga Zia.
......********......
*hooeek
hooeek
hooeek*
Pagi itu Zia dibangunkan oleh perutnya yang tiba-tiba bergejolak. Buru-buru ia ke kamar mandi. Tubuhnya lemas ketika isi perutnya keluar semua.
Ia terlihat sangat pucat dan merasa sedikit pusing. Beberapa kali ia merasakan mual.
Saat di meja makan pun demikian. Zia yang biasanya sangat lahap saat sarapan dengan nasi goreng, kini justru mual-mual ketika mencium aromanya.
"Biii aku nggak mau nasi goreng ini. Baunya aneh gini. Aku sarapan roti sama selai bluberi aja deh", pinta Zia pada bi Surti.
"Lho kenapa non, biasanya non sangat suka kalau bibi bikinin nasi goreng buat sarapan?", tanya bi Surti sambil menyerahkan beberapa lembar roti tawar kepada Zia.
"Nggak tau bi, enek gitu nyium aromanya", jawab Zia sambil menggigit rotinya.
Bi Surti belum menyadari dengan apa yang terjadi pada Zia. Mungkin masuk angin atau penyakit mag Zia kambuh, pikirnya. Karena akhir-akhir ini Zia kurang menjaga pola makannya.
Selesau sarapan Zia langsung berangkat sekolah. Zia yang biasanya akan menyemprotkan parfum ke seluruh tubuhnya, hari ini merasa malas dan nggak suka dengan aroma parfumnya sendiri.
Sesampai di sekolah, entah mengapa ia sangat ingin berdekatan dengan Reynand. Zia menunggu Rey di parkiran karena ia belum melihat motor atau mobil Rey.
Beberapa menit kemudian, terdengar deru motor. Dengan mata berbinar Zia langsung mendekat karena memang itu adalah Rey yang datang.
"Pagi Rey", sapa Zia menampakkan wajah senangnya.
"Zia, lo kenapa?", tanya Reynand heran.
"Iih orang nyapa itu ya dijawab, bukan malah balik nanya", gerutu Zia sambil memanyunkan bibirnya.
"Eh iya, pagi juga Zia Maharani", sahut Rey sambil sedikit membungkukkan badannya layaknya menyambut seorang tuan putri.
"Heeemmm, wangi banget parfum lo Rey. Enak gue suka", gumam Zia mengendus enduskan hidungnya ke arah Reynand.
"Lo kenapa sih Zi, nggak lagi sakit kan?", tanya Reynand heran, meskipun ia sedikit senang karena Zia mulai riang kembali.
"Nggak apa-apa, nggak tau kenapa hari ini gue pengen deket-deket sama lo", ucap Zia sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Zia sendiri sebenarnya heran kenapa dia bisa sangat ingin berdekatan dengan Reynand. Sampai-sampai melakukan hal yang cukup memalukan itu.
Zia terus mengekor di belakang Reynand saat masuk ke dalam kelas. Bahkan ia sampai mengikutinya sampai ke bangku belakang.
"Gue duduk deket lo ya Rey, please", mohon Zia menunjukkan puppy eyesnya.
"Haaa lo yakin?", tanya Reynand meyakinkan yang dijawab anggukan yang sangat antusias dari Zia.
Mau nggak mau akhirnya Doni yang biasa duduk di sebelah Reynand pun pindah ke depan ke samping Mita. Mita yang baru menyadari bahwa orang yang duduk di sampingnya bukan Zia sedikit kaget.
"Kok lo sih, Zia mana?"
"Noh Zia ngerebut tempat ternyaman gue", jawab Doni pada Mita sedikit kesal.
Pasalnya, Doni adalah anak yang kurang begitu aktif saat pelajaran, makanya ia memilih duduk di bangku belakang. Tapi sekarang ia harus mengalah karena diancam oleh Reynand jika nggak pindah maka ia tak akan ditraktir.
Mau tidak mau ya Doni harus nurut, daripada nggak dapat gratisan kan. Lagian paling cuma sehari doang, pikirnya.
Pelajaran berlangsung seperti biasa. Tapi nampak ada sesuatu yang luar biasa terjadi pada Zia. Sepertinya Zia yang aktif dan ceria kini telah kembali.
Sepanjang pelajaran, senyum terus terpancar dari bibir mungilnya.
Saat waktu istirahat tiba, Zia mengekor di belakang Reynand dengan wajah yang terus berbinar. Sedikit aneh menurut Rey dan teman-teman yang melihatnya. Namun Zia tak ingin menghiraukannya.
Zia sendiri sebenarnya bingung dengan yang dialaminya. Tapi berada di dekat Rey membuat moodnya membaik.
Reynand mengajak Zia ke kantin. Mereka duduk bersebelahan karena Zia ingin terus menempel dengan Rey.
"Lo makan apa Zi, biar gue pesen", tawar Reynand pada Zia.
"Emmm bakso aja deh", jawab Zia kemudian.
Reynand memesan makanan permintaan Zia ke pak Mamat, penjual bakso langganannya.
Dua mangkuk bakso kini berada di atas nampan yang dipegang Reynand. Membawanya ke meja dimana telah ada Zia yang menunggunya.
Setelah sampai, dia menyodorkan semangkuk bakso kepada Zia dan satunya lagi untuk dirinya sendiri.
Zia langsung menyambar bakso itu lalu memasukkan beberapa sendok sambal ke dalamnya. Kuah bakso yang tadinya sedikit bening itu kini menjadi merah dan terlihat sangat pedas.
Yang Reynand tahu, Zia tidak pernah makan makanan pedas atau asam karena ia memiliki penyakit mag yang bisa kapan saja kambuh ketika makan makanan itu.
"Eh Zi, jangan makan", larang Reynand ketika Zia akan memasukkan baksonya ke dalam mulut.
"Apa sih Rey, orang gue mau makan kok dilarang", elak Zia sambil memakan bakso itu.
"Ini enak banget Rey. Bakso terenak yang pernah gue makan. Apalagi ditambah sambel banyak gini", ucapnya lagi.
"Lo nggak pedes? Itu sambelnya banyak banget, nggak takut sakit perut?", tanya Reynand lagi yang merasa tambah heran.
"Udah nggak usah cerewet, makan aja tuh. Kalau nggak mau siniin buat gue", pinta Zia pada Reynand.
"Lo masih mau nambah emangnya?", tanya Reynand lagi.
"Nggak ah, udah kenyang", tolak Zia yang telah menghabiskan semangkuk bakso lalu mengelus perutnya.
Lamunan Reynand yang melihat tingkah Zia dikejutkan oleh Doni yang tiba-tiba saja mengambil alih semangkuk bakso dihadapannya.
"Ih pergi lo Don, bau bangwt sumpah parfum lo. Enek gue udah kenyang-kenyang gini", usir zia pada Doni.
Doni yang merasa dikatai Zia bau langaung menciumi bajunya.
"Apa sih orang wangi ini kok Zi, hidung lo aja kali yang rada eror", jawab Doni tak terima
Tiba-tiba saja wajah Zia berubaj seperti menahan sesuatu. Ia tak tahan langaumg berlari ke arah toilet.
hooeek
hooeek
hooeek
Zia memuntahkan isi perutnya. Kedua kalinya ia muntah-muntah sejak dari rumah tadi. Pertama karena mencium aroma nasi goreng buatan bibi dan yang kedua ketika mencium bau parfum Doni.
Selesai membersihkan mulutnya dan merasa lebih enak, Zia keluar kamar mandi. Di sana ternyata ada Reynand yang menunggu. Reynand merasa sangat khawatir karena tiba-tiba muntah-muntah. Pasti karena makan bakso dengan banyak sambal, pikirnya.
"Lo nggak apa-apa Zi, udah enakan? Gue bilang juga apa, jangan makan sambel banyak-banyak. Kan gini jadinya, lo sakit perut", cerocos Reynand.
"Gue nggak apa-apa, udah deh nggak usah bawel. Lagian badan gue emang udah agak nggak enak gitu, nggak tau kenapa sensitif banget penciuman gue", sahut Zia meyakinkan Reynand.
"Ya udah lo ke UKS aja istirahat dulu", pinta Reynand karena memang wajah Zia terlihat sangat pucat.
"Tapi gue pengen ditemenin sama lo", mohon Zia memelas.
"Ya udah iya gue temenin. Aneh banget lo hari ini. Biasanya ogah deket-deketan sama gue, tapi hari ini pengen nempel terus. Apa jangan-jangan lo udah jatuh cinta ya sama gue", goda Reynand sambil berjalan ke arah UKS.
Entah mengapa saat Reynand mengatakan itu, wajah Zia terasa panas. Pasti sekarang sudah terlihat merah seperti kepiting rebus.
"Hahahaaa, wajah lo merah gitu Zi", goda Reynand lagi.
Belum ada yang menyadari apa yang tengah dialami Zia adalah suatu pertanda. Pertanda yang akan mengubah semuanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Dwi Cimut
baby nya minta deket2 sama papa nya terus
2021-10-12
4