Malam hari setelah makan rujak bareng dengan Reynand, Zia masih kepikiran dengan ucapan papinya. Ia begitu gelisah lalu segera melihat kalender. Perasaannya campur aduk ketika tanggal ia seharusnya haid sudah lewat beberapa hari.
Ia melirik jam yang menunjukkan jam baru pukul 20.05. Bergegas memgambil jaket dan kunci mobil. Lalu berpamitan pada bi Surti untuk ke supermarket.
"Bi, aku mau ke supermarket ya, entar kalau mami sama papi pulang nanyain bilang cuma sebentar", pamit Zia tanpa menunggu jawaban dari bibi.
Sesampainya di supermarket, Zia mengambil beberapa makanan ringan dan minuman. Ia juga diam-diam sambil melirik ke kanan kiri untuk memastikan tak ada yang melihat mengambil beberapa buah testpack.
Segera ia pergi ke kasir untuk membayar setelah mendapatkan apa yang ia cari. Beruntung di kasir sedang sepi. Jadi Zia nggak khawatir akan ada yang melihat apa yang dibeli.
Selesai membayar, Zia segera pulang. Ia sampai di depan pagar bersamaan denga mobil kedua orangtuanya yang juga baru pulang.
Setelah memarkirkan mobil ke garasi, Zia dan juga papinya berjalan beriringan masuk ke rumah, sedangkan maminya sudah turun terlebih dahulu.
Sesampai di ruang tamu, mami Viola bertanya pada Zia.
"Kamu dari mana Zi malam-malam gini?"
"Ini mi, dari supermarket beli cemilan", jawab Zia sambil menunjukkan tentengannya pada maminya.
"Oh ya udah udah malem buruan tidur. Besok harus bangun pagi-pagi, anterin mami sama papi dulu ke bandara", perintah mami Viola.
"Harus Zia ya mi, kenapa nggak pak Jamal aja?", tanya Zia seperti ingin menolak.
"Pak Jamal kan lagi pulang anaknya sakit. Lagian emang kamu nggak mau nganterin mami sama papi, say goodbye gitu?", tanya balik Viola.
"Ya udah iya Zia anterin, pakek segala say goodbye kayak biasanya nggak pernah ditinggal aja", cicit Zia pelan namun masih terdengar oleh maminya.
"Nah gitu dong. Ya udah yuk tidur", ucap Viola sambil menggandeng tangan putrinya itu.
Ada sedikit rasa nyaman ketika tangan Zia digenggam oleh maminya. Hal langka yang sangat jarang ia rasakan sejak maminya sibuk dengan pekerjaannya. Padahal dulu, sebelum maminya sesibuk sekarang ia selalu bermanja. Tidur sering ditemani oleh maminya.
Namun semenjak maminya memutuskan untuk mengejar mimpinya menjadi desainer terkenal, hal itu sudah jarang terjadi. Zia sering ditinggal pergi ke luar kota bahkan luar negeri. Hanya asisten rumah tangga yang menjadi temannya.
Sesampai di lantai atas, mereka berpisah menuju kamar masing-masing. Zia segera mengeluarkan testpack yang ia beli tadi. Ia sengaja memisahkan barang itu untuk disembunyikan. Takut jika maminya sudah pulang dan memeriksa belanjaannya, yang ternyata benar.
Zia mengeluarkan salah satunya lalu membukanya. Membaca petunjuk pemakaian yang ternyata akan sangat efektif jika digunakan pagi hari saat bangun tidur karena kadar hormon hCG nya sangat tinggi sehingga hasilnya akurat.
Ia menyimpan kembali barang itu ke dalam satu paper bag yang digantung di kamar mandi. Zia akan menggunakannya esok pagi.
Malam itu, Zia tidur dengan perasaan yang campur aduk.
Lain Zia lain lagi dengan Reynand. Ia telah tertidur di atas kasurnya dengan posisi yang sangat berantakan. Ia tertidur karena kekenyangan setelah menyantap beberapa porsi seblak dan mi ayam yang ia pesan secara online.
Ya, setelah pulang dari rumah Zia, Reynand merasa masih sangat lapar. Padahal ia sudah makan rujak beberapa bungkus saat di rumah Zia tadi. Akhirnya ia memilih memesan makanan online saja. Kebetulan mami dan papinya sedang makan malam di luar bersama rekan bisnisnya, jadi bibi tidak masak banyak hari ini.
......********......
Pagi hari saat adzan subuh berkumandang, Zia perlahan membuka matanya. Sudah biasa ia terbangun sepagi ini meskipun belum tentu ia akan menjalankan ibadah.
Ia merasa kebelet lalu segera bergegas ke kamar mandi. Saat melihat paper bag tergantung di sisi pintu, ia teringat ada hal yang harus dilakukannya.
Zia mengambil satu cup kecil lalu menampung sedikit urinnya ke sana. Ia mengambil satu testpack yang telah ia buka semalam lalu memasukkannya ke dalam urin yang telah ditampung itu.
Dengan perasaan was was ia menunggu sambil berjalan mondar mandir. Berharap apa yang ia khawatirkan tidak benar-benar terjadi.
Beberapa menit menunggu, hasilnya pun terlihat. Dua garis merah. Zia tak mau percaya tapi itu yang ia lihat.
Ia mengeluarkan testpack yang ia beli kemarin lalu memasukkan semuanya ke dalam urin. Menunggu dengan cemas berharap testpack yang pertama itu salah.
*deg
deg*
Ia melihat semua testpack itu dengan raut wajah yang sulit diartikan. Dua garis merah terlihat di sana.
Zia merosotkan tubuhnya ke lantai sambil menangis. Bingung, sedih, marah, takut campur aduk menjadi satu. Apa yang harus ia lakukan? Bagaimana jika orangtuanya tau? Bagaiman denga sekolahnya? Bagaimana dengan cita-citanya?
Menyalakan shower lalu mengguyur seluruh tubuhnya dengan air. Berharap ini hanya mimpi dan ia akan segera bangun. Menangis menumpahkan semua kesedihan hatinya.
Apa yang harus ia lakukan setelah ini? Haruskah ia memberi tahu Reynand bahwa saat ini ia tengah mengandung? Atau ia harus menyembunyikan dan menanggung beban ini sendiri?
Zia tersadar dari lamunannya ketika mendengar suara teriakan dari luar kamarnya. Mami Viola sudah memanggil-manggil dari tadi.
Zia segera menyelesaikan mandinya lalu menyusul mami dan papinya ke ruang makan.
"Kamu ngapain aja sih, dari tadi mami panggil nggak denger?", tanya mami Viola yang sedikit geram denga putrinya itu.
"Ya maaf mi, kan Zia lagi di kamar mandi nyalain shower", ucap Zia menyembunyikan ketakutannya.
"Itu kenapa mata sembab gitu, habis nangis?", tanya mmi Viola lagi yang melihat mata sembab Zia.
"Eh ee enggak kok siapa yang nangis, ini tadi kena sabun jadi perih makanya kayak nangis mi", jawab Zia berbohong.
"Ooohhh kirain. Ya udah buruan nanti mami sama papi ketinggalan pesawat lagi", mami Viola percaya dengan ucapan maminya.
Sedangkan papi Samuel hanya diam memperhatikan interaksi anak dan istrinya itu.
Saat sarapan, ada sedikit drama dari Zia. Ia tidak mau makan dengan yang udah disiapin oleh bi Surti.
Zia membuat sendiri makanannya yaitu sandwich dengan isian yang sangat aneh yaitu kacang panjang dan juga kol yang diberi saus tomat.
Bahkan ia membuat satu lagi untuk dibawa ke sekolah.
Sedikit aneh mami dan papi Zia melihat tingkah putrinya, namun coba tak dihiraukan karena mereka harus segera berangkat.
Dalam perjalanan menuju bandara untuk mengantar keberangkatan kedua orang tuanya, Zia lebih banyak diam dan melamun. Memikirkan langkah selanjutnya yang harus ia ambil dengan keadaannya ini.
"Kamu kenapa Zi, dari tadi diam aja, kamu sakit?", tanya mami Viola karena melihat putrinya sedari tadi hanya melamun seperti tidak punya semangat.
"Eng enggak apa-apa kok mi, Zia cuma nggak akan terbiasa aja jauh dari mami sama papi dalam waktu yang lama. Biasanya walaupun sering ditinggal juga nggak akan selama ini", elak Zia tak ingin orang tunya curiga.
"Makanya kan papi udah nawarin buat kamu ikut pindah aja sekarang", ucap papi Samuel menanggapi perkataan Zia.
"Kan Zia udah bilang pi, bentar lagi ujian. Nggak mungkin banget kalau Zia pindah sekarang", protes Zia pada papinya.
"Ya udah kalau gitu nggak usah sedih. Ntar kalau udah lulus langsung deh bisa nyusul kita, kamu kuliah di sana. Iya nggak mi?", terang papi Samuel lagi meminta persetujuan istrinya.
"Nah bener tuh kata papi, ntar kamu kuliah aja di Australia", sahut mami Viola menyetujui perkataan suaminya.
Sesampainya di bandara, Zia mengantar kedua orang tuanya sampai di pintu masuk. Mereka saling memeluk cukup lama. Meski Zia kecewa dengan sikap kedua orang tuanya yang sering mengabaikannya, tapi Zia tetap menyayangi mereka.
Setelah kedua orang tuanya masuk, Zia segera melajukan mobilnya menuju sekolah. Ia tak mau terlambat karena bel masuk tinggal dua puluh menit lagi.
Tak sampai dua puluh menit, Zia telah tiba di sekolah. Memarkirkan mobilnya lalu bergegas masuk kelas. Sampai di dalam kelas, belum banyak temannya yang datang. Ia lalu duduk di bangku belakang sebelah Reynand biasa duduk.
Saat Reynand masuk, ia langsung duduk di bangkunya yang disusul Doni di belakangnya. Namun Doni harus menelan kecewa ketika mendapati bangkunya telah diduduki oleh Zia.
Tanpa rasa berdosa, Zia bertanya pada Doni.
"Ngapain lo kesini?"
"Lah ini kan tem_", ucapan Doni terpotong karena guru sudah datang.
"Doni, kamu mau ikut pelajaran saya atau tetap berdiri di situ?", tanya guru itu.
Mau tak mau Doni segeda duduk di bangku depan dekat Mita, sedangkan Zia masih santai seperti tak bersalah.
Doni sebenarnya sangat nggak nyaman duduk di depan karena itu bukan dia sekali. Namun ia harus mengalah dari pada kena marah Reynand.
Di sisi lain, Mita merasa aneh dengan sikap Zia. Kenapa akhir-akhir ini sepertinya Zia lebih dekat dengan Reynand, padahal sebelumnya biasa saja.
Tapi, untuk saat ini ia tak mau memusingkan masalah ini. Ada hal yang lebih penting yang harus ia pikirkan.
Ketika jam istirahat tiba, Zia mencegah Reynand yang ingin ke kantin. Ia telah mempersiapkan sesuatu untuknya. Entah kenapa saat tadi ia memakan makanan buatannya, ia juga ingin melihat Reynand memakannya.
"Nih buat lo, pokoknya lo harus makan ini sampai habis di depan gue", ucap Zia sedikit memerintah Rey.
"Apaan nih?", tanya Reynand penasaran.
"Buka aja", jawab Zia singkat.
"Sandwich? Isi apan nih kok aneh gini bentuknya", tanya Reynand sedikit ragu dengan makanan itu.
"Udah buruan makan atau gue akan marah sama lo", sungut Zia.
Reynand akhirnya memakan makanan yang udah disiapin Zia dengan ragu-ragu. Zia menungguinya sambil menopang dagu dengan wajah yang sangat berbinar.
"Weeekkkk....makanan apaan nih, aneh banget rasanya", ucap Reynand sambil meludahkan makanan itu.
"Ih ini enak tau, tadi juga gue sarapan pakek itu kok, enak", elak Zia meyakinkan Reynand.
"Hah, lo sengaja ngerjain gue kan. Ah jadi ilang kan laper gue", sungut Reynand karena kelakuan Zia.
Tapi ia seperti tak tega jika melihat Zia kecewa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Dwi Cimut
up lagi.........
2021-10-13
1