Misi Dan Cinta
Emilia Anandita.
ltu namaku yang slalu di anggap pembawa sial, bukan tanpa alasan ibuku meninggal setelah melahirkan kan ku.
Ayahku pengusaha tekstil yang cukup mapan,
ayah sangat terpukul sepeninggal ibu beliau jatuh sakit dan akhirnya meninggal.
Ya... aku yatim piatu di usia 6 tahun
ayahku meninggalkan harta yang cukup, ada
beberapa aset dan perkebunan,maka dari itu pamanku Rafael.
satu-satunya kerabat yang kumiliki
untuk menggantikan usaha ayah sekaligus menjagaku.
Di rumah peninggalan ayah
paman tinggal bersamaku,dan istrinya Tante Sinta,dan kedua anaknya ,Dafa dan Mauren.
Selama tinggal dengan mereka, aku di siksa dan di perlakukan layaknya pembantu
Alasan mengapa mereka mengasuhku
apalagi kalau bukan harta.
yang ingin di dapat.
Semilir angin kian menusuk di rongga tubuhku,
samar-samar ku dengar bunyi jangkrik dan lolongan hewan yang mengerikan.
Mencoba membuka mata yang terasa berat secara perlahan.
Ku sapu semua ruangan yang redup,karena hanya ada lampu berwana kuning yang tergantung di atas plafon yg tak berbentuk.
Ruangan kosong yang usang, hanya ada debu beterbangan dan sampah yang berserakan di setiap sudut, aku mencoba mengingat-ingat, mengapa aku berada di ruangan yang sangat asing ini.
Terakhirku ingat saat pulang sekolah tiba-tiba seseorang mendekap ku dari belakang,
ku coba melawan dengan sekuat tenaga
meronta-ronta untuk di lepas, namun naas
kekuatan ku kalah jauh hingga berakhir di tempat ini.
Mulut di sumpal, kaki dan tangan di ikat dengan tali dengan sangat kencang menimbulkan bekas merah dan rasa perih, tak terasa bulir bulir bening lolos dari pelupuk mataku.
Badan rasa remuk seperti di Hantam ribuan balok berton-ton, hingga rasa sakit menjalar di sekujur tubuhku
samar-samar, ku mendengar langkah kaki yang kian mendekat.
Brakk...Tiba-tiba pintu terbuka.
Aku lihat paman Rafael beriringan dengan istrinya bibi Sinta mendekat. Dengan senyum tersungging di bibirnya dengan sorot mata tajam namun tak terbaca.
Paman Rafael berjongkok mendekatiku, sambil memegang map warna biru ya di bawanya sedari tadi.
Tangan kanannya mencengkram daguku dengan kasar.
"Rupanya kau sudah bangun,keponakanku?"
dengan ekspresi dingin dan senyum yang tersungging di mulutnya.
"Sungguh menyedihkan nasibmu, kau tenang saja sebentar lagi, kau akan bebas dari semua penderitaan ini.ucapnya dengan tatapan mengejek.
Author Prof.
Rafael menarik lengan Emelia, lalu menyandarkan di tembok, dengan cukup keras
menyodorkan map, sambil mengambil pulpen di saku sebelah kiri.
"Apa ini ?"tanyanya.
tentu saja berkas pengalihan harta, bukankah' sekarang usiamu sudah 19 tahun.
"Cukup tanda tangani kau akan terbebas dari semua penderitaan mu"
"Anggap saja ini kompensasi yang harus ku terima, setelah sekian lama merawat mu
dan memberi racun secara perlahan ke Abang tercintaku.
Seketika mata emeli terbelalak karena kaget
ya akulah yang membunuh ayahmu, tapi sayangnya aku harus menungggu cukup lama untuk mendapatkan semua ini.
"Karena kalau ada apa-apa dengan mu,semua peninggalan ayah mu, akan di sumbangkan di yayasan sosial.
Dengan sorot mata yang mulai marah,Rafael tiba-tiba menjambak rambut emeli.
Emeli hanya bisa meringis kesakitan
"bukankah Abang terlalu Pelit kepadaku
maka jangan salahkan aku.
Salahkan ayahmu hingga membuat dirimu terlalu lama menderita.
Tapi tidak apa apa, sebentar lagi kau akan menemuinya."Dengan senyum yang tersungging di bibirnya.
"Dan jangan lupa sampaikan salam ku untuknya.jangan buang waktuku kita selesaikan dengan cepat, tanda tangani berkas ini."ucapnya dengan suara membentak
Sorot mata emeli penuh dengan amarah kilatan kebencian terlihat jelas di manik mata yang mulai berkaca- kaca. Dia tak menyangka om Rafael akan sekejam itu pada dirinya.
Tiba-tiba emeli tersenyum namun paksakan.
"Bagaimana aku bisa tanda tangan jika tanganku terikat"
Rafael mengerutkan keningnya mencoba berpikir "lepaskan dia" ujar Rafael datar.
Seseorang bertubuh kekar menghampiri Emeli dan melepaskan ikatannya.
Emeli menggosok-gosok tangannya yang terasa perih.
"Tapi, sebelum itu aku ingin ke kamar mandi."
rahang Rafael mengeras dan langsung mencengkram dagu Emeli
"Kau ingin main-main rupanya, ingin kabur dari ku hah"bentaknya.
Emeli mendongakkan wajahnya menghadap pamannya,sembari tersenyum.
"Bagaimana mungkin aku bisa kabur, bahkan bertahun-tahun aku mencoba slalu gagal,
untuk meminta nyawaku saja aku tak mampu." Ucapnya penuh penekanan.
Rafael terdiam mematung mencerna ucapan Emeli."Apa ini tidak terlalu bahaya sayang?" saut Sinta dari belakang, dengan wajah yang kesal.Rafael menoleh dan menghampiri dan berbisik di telinganya.
"Bukankah Tikus kecil ini, mencoba bunuh diri berkali- kali saja gagal, apalagi untuk kabur
bersabarlah sedikit, sebentar lagi semua akan kita dapatkan"
sambil tersenyum dan menggenggam tangan Sinta mencoba untuk menenangkan.
"Baiklah lepaskan ikatan kakinya, dan antar dia ke kamar mandi.
"Cepatlah dan jangan macam-macam."
Emeli bergegas pergi di ikutin pria berbadan kekar.
Rafael memandang punggung mereka sampai menghilang di balik pintu.
Sesampainya di kamar mandi emeli mengedar pandangannya ke seluruh ruangan.
Terlihat jendela yang tak terkunci dengan Emeli naik ke wastafel membuka jendela dan melompat keluar.
Bruukk..Suara tubuh Emeli yang terhempas ke lantai dengan keras. membuatnya meringis merasakan sakit.
Emeli bangkit mengusap lututnya, lalu
mengepalkan tangan, penuh amarah dengan mata berkaca kaca yang mulai mengembun.
"Aku tidak boleh mati sebelum dendam ini terbalaskan."Dengan sisa tenaga Emeli berlari sekencang - kencangnya sambil mengusap bulir-bulir kristal yang lolos dari pelupuk matanya.
Di lain tempat karena tak sabar Rafael dan Sinta menyusul ke kamar mandi.
"Mana dia kenapa lama sekali,?" ujar Rafael.
"Masih di dalam bos"
"Emeli cepatlah jangan membuang-buang waktu?"
Sambil menggedor-gedor pintu dengan geram
karena tak ada sautan. Rafael mendobrak pintu.
Alangkah terkejutnya Rafael tak menemukan Emeli di dalam, hanya ada pintu jendela yang terbuka.
"Kurang ajar, dia mencoba kabur rupanya"
Rafael mengepalkan tangannya penuh amarah sambil berlari menuju luar rumah
benar saja Emeli sudah berada di luar gerbang
Rafael berteriak- teriak memanggil emeli sambil berlari dengan cepat.
Emeli yang sadar dirinya sudah ketahuan mulai panik dan berlari lebih kencang.
"Aku harus hidup, aku tidak boleh mati."
sambil ter seok- Seok dia berlari karena rasa sakit di sekujur tubuhnya begitu terasa,
di belakang Rafael,Sinta mengejarnya dengan mobil.
"Naiklah, dia tidak akan bisa lari kemana-mana" dengan cepat Rafael masuk mobil tersebut.
Emeli yang menyadari mobil itu semakin dekat semakin panik rasa sakit dan keringat yang terus bercucuran, tidak di dihiraukannya.
Mobil itu melaju sangat cepat dan hampir menyusul Emeli.
Karena ketakutan yang sangat hebat ,
Tampa berpikir panjang emeli menerobos masuk dalam hutan.
Kegelapan malam di tambah pohon-pohon yang yang menjulang tinggi semak- belukar yang rimbun dan lebat di tambah suara-suara hewan yang melolong mengerikan, memecahkan telinga membuat hati emeli menciut.
Emeli berlari seperti orang kesetanan, luka oleh goresan rating pohon tak dia hiraukan yang di pikirkan hanya bisa kabur.
Disaat Emeli lari dengan kencan.
Brraakk...
Emeli tersandung lalu terjatuh dengan keras.
Shitt....terdengar suara orang mengumpat.
...****************...
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Usagi
aku mampir ya kak
2022-02-09
0
Risyanti Manalu
voice suara
2021-11-08
0
𝒆𝑽 ࿐
thorr mampir di novel ku jg "aku dan tujuh pangeran tampan"
2021-11-06
0