"Dengarkan penjelasan saya, ini tak seperti yang anda bayangkan"
emeli menghempaskan tangannya dengan kasar."Lepaskan, tidak ada yang harus di jelaskan"lalu bergegas pergi.
Shitt..Saga membanting tangannya dengan kasar lalu mengacak-acak rambutnya.
"Anda yang memaksa saya nona"
mengambil gawainya yang berada di saku celana."Bereskan dan aku tidak mau ada kata gagal."
*********
Di sepanjang jalan Emeli terus saja mengoceh tak karuan, Tampa di sadari telah jauh dari tempatnya semula, Emeli menghentikan langkanya, melihat jalan yang cukup sepi dan lengang,lampu penerang yang kurang, menimbulkan hawa yang mencekam.
Tiga pria bertubuh kekar dan bertato nampak seperti preman menghampiri.
"Hai cewek, malam-malam gini ngapain sendirian, abang temani ya?"
ujarnya dengan mata yang mulai menggoda dan tangan yang seolah ingin meraba-raba.
Emeli mulai ketakutan matanya berkaca-kaca,
mencoba berontak, ketika tangannya mulai di pegang, Emeli mendorong salah satu pria hingga terjatuh, menyikut salah satu dada pria lalu menginjak kaki pria di sebelah nya.
Setelah cengkraman mereka terlepas.
Emeli berlari sekencang-kencangnya, tubuh gemetar dan air mata yang telah membasahi pipinya.Sementara di tempat yang jauh, seorang pria yang berada di dalam mobil mengawasi dengan seksama.
Tiba-tiba emeli tersandung,tubuhnya ambruk ke tanah dengan cukup keras.
Tiga pria bak preman itu semakin mendekat
"Mau kemana nona manis Abang temani ya..?"
sambil meraba-raba tubuh Emeli.
Hiks hiks hiks
"Lepas tolong ...tolong .....ibu"
Emeli mencoba berteriak. Namun salah satu pria membekap tubuhnya.
kekuatannya kalah jauh hanya pasrah sembari menangis.
"Bruukk...Salah satu preman tersungkur karena hantaman yang cukup keras.
"Kurang ajar beraninya kau...?"
Para pria itu melepaskan cengkraman dan mulai mengeroyok Saga.
Emeli membelalakan mata, ketika tau orang yang menolong adalah pria asing yang telah di tolak mentah-mentah.
Bak ahli karate profesional dengan mudah pria itu mengalahkan preman hingga kabur terbirit-birit.
Namun ada luka sayatan di lengan pria itu karena pergulatan yang kurang seimbang
pria asing itu, mendekati Emeli sambil membuka jaket dan menutupi tubuhnya.
Terdengar jelas suara issa kan yang membuat tubuh emeli bergetar.
Emeli duduk dengan wajah tertunduk di balik lututnya tak lupa tangan emeli menarik kupingnya dengan cukup keras.
"Tenanglah... anda aman sekarang"
sambil mengusap rambut emeli, yang berantakan dengan jaket yang sudah menutupi tubuh Emeli mendongkakan wajahnya,menatap lekat pria yang telah menolongnya.
"Terima kasih tuan"lirihnya.
Pria itu hanya menjawabnya dengan senyuman,
"Hei apa yang kau lakukan, lihat kuping mu sampai merah.?"
"Ketika sedih, saya akan melakukan ini, agar bisa melupakan kesakitan di hati dan lebih fokus pada rasa sakit di kuping saya tuan dengan mata yang masih berkaca-kaca.
"Sudahlah, hentikan,lihatlah kuping
mu sudah merah,"
sambil menurunkan tangan Emeli.
"Tidak baik seorang gadis berkeliaran di jalan pada jam segini."
"Ayo saya antar pulang ,pria itu berdiri dan melangkah pergi."
"Lengan Anda terluka tuan,"lirihnya dengan suara yg cukup pelan Namun bisa di dengar.
Pria itu menghentikan langkahnya.
"Masalah ini tak sebanding ,dengan masalah besar yang aku hadapi," lalu membuang nafas dengan kasar."Lagi pula tidak ada yang mau membantuku." pria itu melanjutkan langkahnya.
"Apa tawaran anda masih berlaku?"
langkah pria itu kembali terhenti ,menarik sudut bibirnya menimbulkan sebuah senyuman.
"Aku menolong mu, dengan ikhlas lagi pula aku bukan orang yang suka memaksa."
"Anda orang baik ,mungkin anda punya alasan tersendiri,aku akan coba membatu anda sebisa saya tuan."
Pria itu berbalik dan mendekati emeli ,"benarkah ,kau akan membantuku?"
emeli hanya mengangguk kan kepalanya
pria itu tersenyum dan menjulurkan tangannya ,untuk bersalaman.
"Kenalkan namaku Sagara Aditya."
"Namaku, emelia Anandita"
mengambil sapu tangan di sakunya kemudian mengikatnya di lengan saga yang terluka.
Saga melihat wajah emeli dengan seksama, yang nampak berantakan,lalu menarik sudut bibirnya hingga menimbulkan senyuman.
"Sekarang kita teman, jadi jangan sungkan, bicara juga jangan terlalu formal,kayak pejabat aja."sanggahnya.
emeli tersenyum lalu mengangguk.
"Gitu dong, kalau tersenyum jauh lebih manis"
sambil mengacak-acak rambut emeli,
"Ayo ku antar ini sudah larut"
Saga menarik tangan emeli ,namun emeli hanya diam mematung.
"Saya tidak tau, harus pergi kemana tuan,
saya baru saja kabur dari rumah"
Saga menatap wajah emeli dengan sorot mata datar."Bukankah sudah ku bilang kita teman, Jagan bilang saya ataupun tuan,
kata-kata itu di larang dalam sebuah pertemanan, baiklah kita ke hotel ku, aku kan memesan kamar lagi."
"Apa kamu tidak penasaran, mengapa aku kabur dari rumah?"
"Itu urusan mu tentu kamu punya alasan sendiri untuk memilih jalan itu,ayo cepatlah ,ini sudah larut."sambil memegang tangan emeli berjalan menuju mobil, sesampainya di depan hotel Saga menyodorkan tas belanja.
"Apa ini?"dengan sorot mata heran
"Baju,kemaren aku ingin memberikannya tapi kamu buru-buru pergi,sudahlah istirahat,
besok aku akan menjelaskan semua tentang masalahku."Emeli keluar dari mobil setelah mendapatkan kunci kamar, sementara Saga memesan kamar lain.
Angin yang masih dingin bersamaan suara Kokok ayam yang bersautan, menanda kan subuh Telang datang, emeli terbangun menunaikan kewajiban sebagai seorang Muslim.Emeli mondar mandir di pintu kamar bingung, atas keputusan yang di ambil apakah sudah tepat atau malah membuat kesalahan untuk hidupnya.
"Tapi bagaiman mungkin aku, mengabaikan orang yang telah menolongku, dua kali"
emeli mengacak-acak rambutnya karena frustasi ketokan pintu membuyarkan kan lamunan emeli yang sedari tadi.
"ya sebentar"lalu membuka pintunya, terlihat seorang pria tampan berdiri gagah dengan senyuman, sambil menenteng map biru, siapa lagi kalau bukan Sagara Aditya.
"Selamat pagi ,emeli bolehkan aku masuk?"
"Silakan ...."seraya mempersilahkan.
"Apa kamu sudah makan?"
"Sudah tuan, barusan menyantap roti yg yang berada di kulkas" sembari tersenyum.
"Sayang sekali padahal niatku ingin mengajak mu makan."dengan wajah lesu.
"Tuan...."
"Panggil namaku saja" sanggahnya.
"Aku ke sini sekalian mau membahas tentang Laura" ucapnya tiba-tiba serius.
"Bisakah kamu ceritakan tentang Laura?"
Saga,berjalan menghempas tubuhnya di kursi lalu menaruh map itu di meja yang berada di depannya.
menghela nafas panjang dengan wajah lesu.
"Duduklah...?"Emeli berjalan lalu duduk di depan, Saga.
"Laura... adalah putri satu-satunya, tuan Wijaya Suseno, beliau sangat menyayanginya, setelah kepergian ibunya, di usia Laura yang masih 12 tahun, tuan Wijaya sangat memanjakannya ,mengabulkan semua permintaan anak semata wayang nya itu ,asalkan Laura bahagia.
Tapi , sebulan yang lalu Laura menghilang entah kemana, semua anak buahnya di kerahkan.Memberitakan di media sosial,lapor polisi, bahkan menyuruh detektif ternama dengan harga yang fantastis telah di lakukan, namun semuanya sia-sia.
Laura hilang bagai di telan bumi bahkan tak ada jejak sebagai petunjuk.
Sejak saat itu tuan Wijaya tidak semangat hidup beliau sakit-sakitan. Sampai akhirnya di rawat di rumah sakit.
Saga menyodorkan map biru , ke hadapan emeli,semalam aku telah membuatnya.
bacalah ini surat perjanjian kita biar tidak ada yang merasa dicurangi, kalau kurang kau boleh tambahkan di bawahnya?"
Poin 1
"Pihak kedua harus menyetujui apapun perintah pihak pertama, kecuali
melanggar hak asasi,dan etika.
Poin 2
Setelah misi selesai,pihak pertama akan memberi kompensasi berupa uang 3 milyar berserta rumah dan isinya,
menyelesaikan masalah pihak kedua tak terkecuali merebut kembali usaha dan perkebunan yang telah di sita.
Poin 3
Jika misi gagal poin 2 tak berlaku ,bila
kesalahan terletak pada pihak kedua
maka pihak kedua harus membayar denda. sebesar 3 milyar
mata emeli terbelalak, membaca poin ke 2
dan ke 3 mendongkakan wajahnya menatap saga dengan sorot mata penuh tanya .
Saga tersenyum Smith
"Tentu saja aku tahu semua tentang mu, bahkan aku tau di mana sekolahmu dan mengapa kamu berada di sini,
dan adanya poin ketiga aku hanya ingin melihat keseriusan mu, dalam membantuku.
"Apa itu bukan pemerasan namanya,
tenang saja jika aku berjanji, pasti aku tepati
tidak perlu surat kontrak.
Apalagi ini terlalu banyak, bahkan aku hanya ingin membantu karena kamu telah menolongku dua kali." Emeli mengepalkan tangan dengan wajah geram.
"Jagan marah nona, aku hanya takut kamu ingkar."ucapnya dengan santai.
"Aku sudah bilang,aku adalah orang yang menepati janji."
"Apa kamu takut emeli" sanggah saga dengan wajah mengejek.
"Jangan tunjukan wajah seperti itu Saga. Rasanya tangan ingin sekali mencakar wajah tampan mu?" dengan intonasi yang lebih tinggi.
"Kalau begitu,mengapa tak kau tanda tangani?"
mengambil pulpen,lalu menulis poin ter akhir.
Poin 4
Pihak kedua terbebas dari segala hukuman dan tuntutan apapun jika bila rencana pihak pertama gagal, atau di ketahui orang lain, jika kesalahan bukan berada di pihak kedua
dengan cepat emeli menandatanganinya,
melempar map itu ke wajah saga,
tentu saja dengan sorot mata penuh amarah
dengan senyum saga mengambil map tersebut.
Tiba-tiba ponsel saga berdering...
"halo.." wajahnya tiba-tiba memerah saat menelpon. "Baiklah..."lalu mematikan gawainya meletakkan ke sakunya"kita pergi sekarang."
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments