Hidup berumah tangga itu, ada fasenya. Terlebih berputar seperti roda. Kadang diatas, kadang dibawah. Kadang disatu titik, kalian akan saling membenci sampai di ubun-ubun. Kadang juga, kalian akan berada di satu titik, dimana cinta kalian akan meluap kepermukaan tanpa bisa di cegah.
Mungkin itulah salah satu alasan Snow membiarkan Winter kembali menyentuhnya. Ia mencoba menikmati setiap sentuhan lembut yang ditawarkan Winter pada setiap jengkal permukaan kulit pualamnya, lalu meresponnya dengan beberapa kali lenguhan yang semakin membuat Winter bertindak jauh. Bisa saja, keduanya dalam satu titik dimana cinta yang tidak mereka sadari itu sedang meluap ke permukaan tanpa bisa mereka cegah.
Nafas Snow memburu, begitupun Winter yang telah mereguk puncak dari pergumulan panas yang terjadi setelah perbincangan panjang mereka satu jam yang lalu. Semua terjadi begitu saja, dan Snow tidak bisa mencegah, apalagi menolak.
“Maafkan aku.” ucap Winter disela sengal nafasnya yang masih memburu, lalu menurunkan punggung untuk mengecup singkat bibir Snow tanpa melepas penyatuan mereka yang seharusnya sudah berakhir beberapa detik yang lalu.
Snow hanya tersenyum, ia mengangkat lengan kanannya ke udara, meraih Surai Winter yang basah akibat keringat, lalu menyibaknya meskipun percuma, sebab rambut depan Winter pendek.
“Aku juga meminta maaf sudah bersikap kekanakan, kak.”
Siapapun diantara kita, yang berharap ini akan menjadi awal yang baik dan indah, semoga saja terwujud.
Snow terus membatin hal tersebut agar dirinya tidak terlalu merasa kecewa setelah kembali pada kenyataan setelah kegiatan ranjang mereka berakhir.
Paginya, mereka berdua pergi bersama untuk pertama kalinya. Ini bukan kencan sepasang suami-istri yang sedang kasmaran di hari libur, melainkan pasangan yang sedang mencoba berbaikan setelah perang besar. Intinya, mereka berdua hanya berniat sarapan pagi bersama karena Winter merasa kasihan pada Snow yang terlihat lemah tak bertenaga.
“Mau makan apa?” tanya Winter saat membuka buku menu yang disodorkan oleh pramusaji.
“Terserah. Aku bukan pemilih dalam hal makanan.”
Winter menatap datar Snow hingga membuat sang pramusaji terlihat bingung pada dua orang didepannya.
“Dua set menu sarapan jepang.” putus Winter pada akhirnya, karena ia pikir makanan Jepang memberi sokongan nasi untuk kelangsungan hidup Snow selama setengah hari kedepan.
“Baik, minumannya?” tanya si pramusaji, masih berdiri dan bersiap mencatat pesanan.
“Air putih saja.” pinta Winter dengan wajah memicing lelah.
Pramusaji itu mencatat, membaca ulang pesanan kemudian pergi menuju bar pesan, meninggalkan dua makhluk yang saling tatap.
“Kenapa?” tanya Snow ketus, mematik tawa Winter.
“Kenapa apanya? Apa kamu masih tidak terima aku melakukannya sebanyak tiga kali?”
Bukan masalah tidak terima, yang menjadi masalah itu, tubuh Snow yang kelelahan dan seperti remuk karena Winter sangat aktif diatas ranjang. Upss!
“Maaf.” tutur Winter diiringi senyum manis dan terlihat lebih tulus.
“Tidak perlu meminta maaf.”
Baiklah. Katakan saja keduanya sedang mencoba dekat dan mengerti satu sama lain. Winter juga terlihat lebih bisa berkomunikasi baik dengan Snow sekarang.
“Aku tidak akan mengulanginya lagi.”
Wajah Snow yang sedari tadi merona, terlihat semakin memerah. Dia sama sekali tidak menduga akan menerima Winter begitu saja setelah semua yang terjadi dan membuat dirinya merasa kehilangan harga diri dua hari lalu.
Ponsel Snow tiba-tiba saja bergetar. Tapi ia abaikan karena Winter sedang mengajaknya berbicara saat ini. Snow rasa ini adalah kejadian langkah dan harus ia perhatikan sungguh-sungguh, siapa tau Winter tiba-tiba berubah seperti sebelumnya dan bersikap kaku kepada dirinya.
“Mama telepon, dan menyuruh kita datang kerumah untuk mengambil tiket bulan madu.”
Ah, sialnya, Snow tidak pernah kepikiran hal ini. Tentu saja keluarga Winter menunggu kehadiran cucu pertama mereka.
Snow kehabisan kata-kata dan hanya mampu menatap lurus tanpa ekspresi berlebih pada sosok Winter.
“Ya sudah. Kita ambil saja.”
Snow pikir, semua akan tetap baik-baik saja jika memang mereka hanya pergi untuk menunaikan apa yang menjadi kewajiban mereka dari sang mama. Tapi masalahnya, Snow sendiri tidak pernah kepikiran untuk pergi berbulan madu, keluar negri, khususnya bersama Winter. Itu mengerikan.
“Okey. Nanti sore kita kesana.”
“Kenapa nanti sore, setelah sarapan kan bi—”
“Aku ingin pergi jalan-jalan ke pantai sebentar. Aku perlu menyegarkan pikiran setelah hampir seminggu otakku diperas untuk urusan pekerjaan.”
Snow tau tidak mudah menjadi seorang pemimpin di sebuah perusahaan besar, tapi Snow juga tau semua ini hanya rekayasa yang dibuat Winter untuknya. Snow tau Winter bukanlah orang yang suka membuang-buang waktu hanya untuk sekedar melihat laut dan pasir.
Namun tidak lebih dari hanya sekedar menduga, Snow juga ingin menghargai apa yang di inginkan Winter. Mungkin saja laki-laki itu memang benar-benar membutuhkan penyegaran untuk otaknya yang lelah bekerja.
Winter merogoh saku Boogie pants yang ia kenakan, lalu mengeluarkan ponsel dan terlihat menghubungi seseorang.
“Pagi, Ma. Maaf, aku tidak bisa datang ke sana. Terutama untuk tiket bulan madu yang mama berikan kepada kami.”
“...”
“Aku sibuk. Mungkin tidak bisa pergi keluar negeri dalam waktu dekat.”
Apa? Mengapa Winter membatalkan tiket itu tanpa persetujuan dariku?
Snow melotot, dan Winter mengangguk sebagai tanda paham akan kekesalan yang tengah didemokan oleh Snow kepadanya.
“Ya, ya. Aku tau. Kita pergi lain kali. Aku benar-benar sibuk beberapa Minggu ini. Aku sedang banyak urusan pekerjaan di kantor, dan harus pergi ke luar kota juga.”
Pada akhirnya, lagi-lagi Snow harus mengalah. Keinginannya untuk berlibur musnah karena kesibukan Winter. Hingga kalimat selanjutnya yang melecut dari bibir Winter begitu mengejutkan untuk Snow.
“Lagian, kita bisa berbulan madu dirumah saja.”[]
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Love 💞💞💞
kenapa semudah itu snow???lelaki tempramen itu menyiksamu lahir dan Batin tp semudah itu kamu memaafkannya😢😢
2023-06-08
1
Riska Wulandari
aku mengerti apa yg d lakukan Snow hanya aku masih g terima sikap & perlakuan kasar Winter seolah d lupakan begitu saja..
2023-05-03
1
Lo ayank gue titik!
sesuai yg didapat kak
2022-10-04
1