WM-13 |DAY MINUS FIVE-26|

Tenang. Harusnya itu yang terjadi sekarang, setelah dirinya meminta maaf secara tulus juga memberikan hadiah dengan harga tidak murah kepada Snow. Tapi semuanya tidak seperti harapan. Winter merasa gugup, dia bahkan berkeringat dingin setelah pintu kamarnya tertutup sempurna.

Gila. Ya, dia rasa dirinya sudah tidak waras. Bagaimana bisa dia merasa gugup hanya karena meminta maaf kepada seorang gadis? Menghadapi kolega, klien, atau seluruh staff kantor saat mereka mengajukan gugatan kenaikan gaji saja Winter tidak pernah segugup ini. Ada apa dengan dirinya?

Oh God.

Winter mengusap kasar wajahnya sendiri, lalu berkacak pinggang dengan bibir dilipat kedalam. Dia juga terlihat gelisah dengan mengepalkan tangan, lalu menggigit punggung tangannya itu.

“Kenapa sih?” tanyanya lirih pada diri sendiri. Ia juga mengingat kembali bagaimana Snow meminta waktu tiga puluh hari untuk memulai hubungan. Ah, lebih tepatnya, untuk meluluhkan hatinya agar gadis itu bisa menggantikan posisi Amora. Itu akan sangat berat, sumpahnya di awal. Tapi lihat sekarang? Belum genap sepuluh hari saja dia sudah kebingungan dengan sikapnya sendiri yang Winter sendiri tidak tau mengapa dia bisa seperti ini.

Apalagi, sebelum pergi meninggalkan Snow sendirian tadi, dia sempat berbalik dan menyahut gelang kaki dari tangan Snow, lalu memakaikan pada kaki berkulit putih milik si gadis.

Winter mengacak kepalanya, merasa dipermalukan oleh sikapnya sendiri. Mengapa dia berubah perhatian begitu? Apa ini cuma rasa simpatinya saja, karena semalam menyakiti gadis tersebut. Ah, benar. Rupanya hanya rasa simpati. Begitulah dia meyakinkan dirinya sendiri sebelum pikirannya dikuasai hal-hal yang tidak ia inginkan dan tidak juga bisa ia kendalikan.

Selain Winter, Snow yang berada dikamar lain turut bertanya-tanya. Apa sebenarnya maksud Winter memberi dan memakaikan gelang kaki itu kepadanya?

“Aku bingung.” gumam Snow pada dirinya sendiri di tengah sepi malam hari yang semakin larut. “Apa kak Winter memang sengaja membuatku bingung?”

Akhirnya, Snow memutuskan untuk menuruni ranjang dan berniat pergi kedapur untuk mengambil air minum. Akan tetapi, begitu pintu dibuka, sosok Winter juga tengah keluar dari kamarnya, dan alhasil keduanya saling bersitatap dalam kurun detik yang lumayan lama. Sampai salah satu dari mereka berhasil menurunkan pandangan, Snow kalah telak ketika manik setajam elang itu berhasil membuatnya beringsut.

Ia memutar tubuh dan berjalan menuju dapur tanpa bicara apapun dengan Winter. Peduli apa, toh Snow memang tidak berniat menyapa, apalagi berbicara basa-basi empat mata dengan laki-laki tersebut.

Snow mengambil segelas air putih, lalu duduk di meja makan kecil yang berada tidak jauh dari dapur, menenggaknya disana seperti orang yang baru saja menemukan sumber air di gurun pasir yang gersang.

“Kita perlu bicara.”

Snow hampir tersedak air yang hampir tandas itu ketika Winter tiba-tiba muncul dan bersuara dibelakang punggung Snow.

Buru-buru Snow mengusap bibirnya yang basah dan menaruh atensi pada pria yang sudah duduk didepannya. Manik mereka kembali bersinggungan, kali ini tidak ada yang mengalah, mereka saling menatap sengit.

Snow menegakkan punggung, meraup udara dengan serakah agar paru-paru tetap bekerja dengan baik, kemudian membuka bibir untuk bersuara.

“Memangnya, kak Winter mau bicara apa denganku?” tanyanya sabar. Ia tau sekarang, Winter lebih bisa dikendalikan ketika dia mengambil celah bawah dari suara Winter. Laki-laki itu akan sedikit melunak ketika dia merasa tidak di dominasi.

“Tentang hubungan pernikahan kita.”

Sontak Snow terdiam, bibirnya terkatup rapat memandang sikap tenang Winter saat berbicara. Menunggu rentetan kalimat selanjutnya yang akan dikatakan Winter untuk ia dengar baik-baik.

“Aku rasa, kamu perlu tau sekarang, karena kamu sudah memilih menjadi istriku, meskipun hanya tiga puluh hari.”

Seharusnya, Winter tidak perlu menyebut tenggat waktu yang pernah disinggung Snow untuk kejelasan hubungan mereka segamblang itu. Jika wajah bisa tersenyum, hati siapa yang tau?

Snow menarik sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman kaku, lalu fokusnya kembali memperhatikan wajah rupawan sang lawan bicara.

“Memangnya apa lagi yang tidak kakak tunjukkan kepadaku?”

Atmosfer berubah mencekam. Temaram satu lampu dapur yang sengaja dinyalakan Snow, juga kehadiran Winter adalah penyebabnya. Bahkan, Winter terlihat tidak main-main dan menekankan kepada Snow, agar gadis itu percaya kepadanya tanpa sedikitpun penyangkalan.

Winter membuang muka sejenak dengan senyuman jengah. Dia tau mungkin satu hal yang akan ia katakan ini tidak akan berpengaruh pada siapapun, bahkan Snow yang memang sejak awal memang tidak ia harapkan, 'kan?

“Cepat katakan kak. Aku sudah mulai mengantuk dan ingin secepatnya kembali ke kamar.”

Winter kembali mengarahkan tatapan pada sosok Snow yang memang sudah terlihat lelah, matanya sayu, bibirnya yang masih basah karena air minumnya, dan wajah cantiknya yang...

SH*IT!

Winter mengumpat dalam hati. Mengapa ia malah mendeskripsikan gadis bocah itu sedikit detail.

“Aku memutuskan akan melamar Amora setelah kita berpisah nanti.”

Snow terkejut, sangat. Bahkan dia ternganga seperti orang bodoh. Namun ia tetap berusaha menetralisir semua rasa kejut, dan... sakit hati yang hampir merampas seluruh kesadarannya. Begitu juga dengan istana cinta yang sedang ia bangun susah payah itu, terasa seperti sengaja di remukkan, ah tidak, dihancurkan tanpa ampun. Winter tidak mengizinkan istana indah yang Snow sebut 'Cinta' itu berdiri sempurna.

Ia tersenyum singkat, meraih kembali gelas minuman, dan menenggak sisa air putih yang tadi hampir tandas.

“Silahkan. Aku tidak lagi punya hak setelah kita berpisah,” Snow menjeda, ingin menggumam dalam hati, tapi bibirnya tidak bisa di ajak kompromi. Suaranya begitu saja keluar. “Jadi aku memang tidak memiliki kesempatan hanya untuk sekedar mengenal kakak lebih jauh ya?” Kepalanya mengangguk paham seraya menatap gelasnya yang sudah kosong. Sama seperti yang ia rasakan saat ini, kosong, terlalu nyeri hingga rasa yang dulu begitu pekat untuk Winter, perlahan menguap di udara.

Namun, bukannya kalimat penenang, penyesalan, atau rasa bersalah, Winter menatap lekat gadis tanpa ekspresi didepan tempatnya duduk.

“Sejak awal aku sudah memperingatkan kamu, bahwa aku tidak memiliki perasaan apapun kepadamu. Hanya Amora.”

Ya. Amora. Memang hanya wanita itu yang pantas berada disisi Winter.

“Jadi, aku tegaskan sekali lagi. Mulai sekarang, jangan pernah meletakkan perasaan apapun kepadaku.”

Snow mengangguk paham. Ia baru akan memulai semuanya. Tapi semua sudah di patahkan terlebih dahulu oleh Winter yang tidak ingin dijangkau sedikitpun oleh perasaannya.

Merasa pembicaraan itu sudah cukup, Winter berniat pergi.

“Jika,” suara Snow menghentikan langkah Winter. “—seandainya aku yang hadir lebih dulu dalam kehidupan kakak, apa kakak akan mencintaiku seperti mencintai dia?”

Winter terpaku di tempatnya berdiri. Tanpa berbalik untuk sekedar mengakui kehadiran Snow, Winter masih menunggu kalimat selanjutnya yang akan diucapkan Snow kepadanya. Ya, dia masih bersedia menunggu meskipun hampir satu menit Snow tidak mengatakan apapun.

Pada akhirnya, Winter memutuskan untuk benar-benar meninggalkan Snow sendirian di sana. Ia hanya perlu mengacuhkan gadis itu dan semuanya akan berjalan seperti semestinya. Berpisah setelah tiga puluh hari bersama sebagai formalitas.

Pintu kamar yang tak terjangkau oleh penglihatan Snow itu terdengar mengatup. Winter sudah berada didalam ruangan pribadinya, dan mungkin laki-laki itu tidak akan dan tidak harus memikirkan perasaan Snow saat ini.

Nafas Snow memburu. Airmata yang sedari tadi ia tahan, perlahan turun, luruh bersama semua emosi yang ia redam kuat-kuat agar tidak meledak sedikitpun.

Seharusnya, sejak awal dia memang harus sadar diri jika Winter sama sekali tidak mengharapkan dirinya. Sejak awal, dia tau jika Winter tidak akan meletakkan satupun pengakuan akan dirinya. Sejak awal, dia seharunya tidak berharap apapun. Dan sejak awal, dia seharunya tidak melakukan pernikahan ini.

Semua salahnya. Semua seolah berubah menjadi Boomerang yang kini kembali menyerang setelah ia melempar jauh. Snow melipat kedua tangannya diatas meja, menyembunyikan wajah yang cukup menyedihkan itu di dalam ruang kosong yang tercipta, menangis tanpa suara hingga dadanya terasa ngilu.

Hari ini dia paham. Jika mencintai seseorang yang sama sekali tidak memiliki perasaan sedikitpun untuk dibalaskan, itu memuakkan.

Lelah. Snow benar-benar lelah berjuang seorang diri meskipun belum genap tiga puluh hari. Labirin pernikahan yang ia lewati begitu rumit sampai-sampai ia sulit keluar. Ia hanya berharap tidak akan tersesat dan membusuk dengan luka menganga disekujur tubuh, mendekam didalam likuan yang terbentuk sama yang ia sebut dengan sebuah makna mendalam, yakni Cinta. Ia berharap akan ada sebuah pintu terbuka untuk membawanya keluar dari semua ini.

Ia ingin berhenti. Dan,

Pergi.[]

Terpopuler

Comments

Riska Wulandari

Riska Wulandari

hilangkan rasa cinta Snow untuk Winter pliss..

2023-05-03

1

Decha Dell Mesit

Decha Dell Mesit

sdihnya

2022-08-16

2

Wijaya Wijaya

Wijaya Wijaya

😭 jangan memberikan hatimu lebih dalam untuk winther ...

2022-05-26

2

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 WM-1|Start|
3 WM-2 |HIDUP BERSAMA|
4 WM-3 |TERJEBAK MOMEN|
5 WM-4 |INI BUKAN KENCAN 'KAN?|
6 WM-5 |DAY MINUS ONE—30|
7 WM-6 |RAK BUKU YANG MENYEBALKAN|
8 WM-7 |DAY MINUS TWO-29|
9 WM-8 |SESUATU YANG DISEMBUNYIKAN DARIKU|
10 WM-9 |DAY MINUS THREE-28|
11 WM-10 |MASA LALU YANG KEMBALI HADIR|
12 WM-11 |DAY MINUS FOUR-27|
13 WM-12 |GELANG KAKI UNTUK PERMINTAAN MAAF YANG TULUS|
14 WM-13 |DAY MINUS FIVE-26|
15 WM-14 |KAMU BUKANLAH SOSOK YANG KUKENAL|
16 WM 15 |DAY MINUS SIX-25|
17 WM-16 |KEPUTUS-ASAAN DALAM KEPUTUSAN|
18 WM-17 |ISI HATI KITA|
19 WM-18 |DAY MINUS SEVEN- 24|
20 WM-19 |SUTRA|
21 WM-20 |RAGU|
22 WM-21 |AMORA ZYLVYNNA|
23 WM-22 |DAY MINUS EIGHT—23|
24 WM-23 |SUAMI DAN MANTAN|
25 WM-24 |TERPURUK|
26 WM-25 |DAY MINUS NINE—22|
27 WM-26 |SIMPUL DAN KEPUTUSAN|
28 WM-27 |APA KAU TAU?|
29 WM-28 |DAY MINUS TEN-21|
30 WM-29|KHAWATIR|
31 WM-30 |SEBUAH HARAPAN YANG TIDAK TERDUGA|
32 WM-31|DAY MINUS ELEVEN-20|
33 WM-32 |VOICE MESSAGE|
34 WM-33|SEBUAH KEPUTUSAN YANG INGIN SNOW AMBIL SEPIHAK|
35 WM-34|DAY MINUS TWELVE-19|
36 WM-35 |ULURAN TANGAN|
37 WM-36 |TEMAN MASA KECIL|
38 WM-37|KESALAHAN FATAL YANG DIBUAT WINTER UNTUK SNOW|
39 WM-38|MALAM YANG TERASA MENYIKSA|
40 WM-39|TENTANG KITA YANG TIDAK BISA LAGI BERSAMA|
41 WM-40|PULANG|
42 WM-41|KEPUTUSAN WINTER|
43 WM-42|DAY MINUS SIXTEEN—15|
44 WM-43 |SARAN|
45 WM-44|PEMILIK NOMOR ITU ADALAH,|
46 WM-45|BERTEMU SEKALI LAGI|
47 WM-46|MAAF, KITA TETAP BERPISAH|
48 WM-47|KEPUTUSAN SNOW|
49 WM-48 |That Day| [END]
50 Epilogue
51 EXTRA PART
52 EXTRA PART II
53 BUAT READERS TERCINTA
54 Short Story With Sunny. Ep.1
55 Short Story With Sunny Ep.02
56 Short Story With Sunny Ep.03
57 Short Story With Sunny Ep.04
58 Short Story With Sunny Ep.05
59 Short Story With Sunny Ep.06
60 Short Story With Sunny Ep.07
61 Short Story With Sunny Ep.08
62 Short Story With Sunny Ep.09
63 Short Story With Sunny Ep.10 [END]
64 Announcement.
65 PENTING!!!
66 My Angel Baby (New Novel)
67 We
68 Nightfall
69 Can I Love You?
70 Recognize You
71 Novel Baru
Episodes

Updated 71 Episodes

1
Prolog
2
WM-1|Start|
3
WM-2 |HIDUP BERSAMA|
4
WM-3 |TERJEBAK MOMEN|
5
WM-4 |INI BUKAN KENCAN 'KAN?|
6
WM-5 |DAY MINUS ONE—30|
7
WM-6 |RAK BUKU YANG MENYEBALKAN|
8
WM-7 |DAY MINUS TWO-29|
9
WM-8 |SESUATU YANG DISEMBUNYIKAN DARIKU|
10
WM-9 |DAY MINUS THREE-28|
11
WM-10 |MASA LALU YANG KEMBALI HADIR|
12
WM-11 |DAY MINUS FOUR-27|
13
WM-12 |GELANG KAKI UNTUK PERMINTAAN MAAF YANG TULUS|
14
WM-13 |DAY MINUS FIVE-26|
15
WM-14 |KAMU BUKANLAH SOSOK YANG KUKENAL|
16
WM 15 |DAY MINUS SIX-25|
17
WM-16 |KEPUTUS-ASAAN DALAM KEPUTUSAN|
18
WM-17 |ISI HATI KITA|
19
WM-18 |DAY MINUS SEVEN- 24|
20
WM-19 |SUTRA|
21
WM-20 |RAGU|
22
WM-21 |AMORA ZYLVYNNA|
23
WM-22 |DAY MINUS EIGHT—23|
24
WM-23 |SUAMI DAN MANTAN|
25
WM-24 |TERPURUK|
26
WM-25 |DAY MINUS NINE—22|
27
WM-26 |SIMPUL DAN KEPUTUSAN|
28
WM-27 |APA KAU TAU?|
29
WM-28 |DAY MINUS TEN-21|
30
WM-29|KHAWATIR|
31
WM-30 |SEBUAH HARAPAN YANG TIDAK TERDUGA|
32
WM-31|DAY MINUS ELEVEN-20|
33
WM-32 |VOICE MESSAGE|
34
WM-33|SEBUAH KEPUTUSAN YANG INGIN SNOW AMBIL SEPIHAK|
35
WM-34|DAY MINUS TWELVE-19|
36
WM-35 |ULURAN TANGAN|
37
WM-36 |TEMAN MASA KECIL|
38
WM-37|KESALAHAN FATAL YANG DIBUAT WINTER UNTUK SNOW|
39
WM-38|MALAM YANG TERASA MENYIKSA|
40
WM-39|TENTANG KITA YANG TIDAK BISA LAGI BERSAMA|
41
WM-40|PULANG|
42
WM-41|KEPUTUSAN WINTER|
43
WM-42|DAY MINUS SIXTEEN—15|
44
WM-43 |SARAN|
45
WM-44|PEMILIK NOMOR ITU ADALAH,|
46
WM-45|BERTEMU SEKALI LAGI|
47
WM-46|MAAF, KITA TETAP BERPISAH|
48
WM-47|KEPUTUSAN SNOW|
49
WM-48 |That Day| [END]
50
Epilogue
51
EXTRA PART
52
EXTRA PART II
53
BUAT READERS TERCINTA
54
Short Story With Sunny. Ep.1
55
Short Story With Sunny Ep.02
56
Short Story With Sunny Ep.03
57
Short Story With Sunny Ep.04
58
Short Story With Sunny Ep.05
59
Short Story With Sunny Ep.06
60
Short Story With Sunny Ep.07
61
Short Story With Sunny Ep.08
62
Short Story With Sunny Ep.09
63
Short Story With Sunny Ep.10 [END]
64
Announcement.
65
PENTING!!!
66
My Angel Baby (New Novel)
67
We
68
Nightfall
69
Can I Love You?
70
Recognize You
71
Novel Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!